Thursday, October 15, 2015

Satu kendil

Mengenang ibu (2)

Ketika hamil anak pertama,,ibu mertuaku seringkali datang menengok. Pada bulan ke 7 beliau datang dengan sekeranjang peralatan bayi. Saya heran.
"Kalau sudah 7 bulan, itu harus cepak-cepak".
Alhamdulillah. Saya yang relatif belum punya pengalaman, mendapat pelajaran, apa saja yang dipersiapkan menjelang kelahiran.
Ada sepasang bantal guling, perlak,,kasur tipis, kelambu. Baju lengan panjang, lengan pendek, popok,,gurita,,celana panjang, kain alas ompol, kain bedong, jarik gendong. Jarik untuk alas ompol, sarung tangan dan sarung kaki. Topi rajut.
Hmm. Saya justru belajar, bagaimana memperlakukan menantu. Ibu mertua sangat santun dan hormat dalam memberikan nasehat.

Pada hari H, ibu datang menengok dan mendapati saya di rumah sendirian. Walaupun ada ibu tetangga yang empunya kontrakan. Mengetahui saya sendirian, ibu menginap dan tidak jadi pulang. Tahun 1992 itu,,ibu selalu naik bus jika datang menengokku.
Esoknya saat ibu mau kondur, suamiku datang. Beliau menegur dengan keras dan menganggap suamiku tega membiarkan istri di rumah sendirian.


Waah padahal kami biasa saja. Suamiku pergi juga untuk urusan dakwah. Tapi begitulah sayangnya ibu mertuaku. Beliau memberi nasehat panjang lebar tentang tanggung jawab seorang suami.
Ibu menyuruh kami membeli kendil dari tanah liat. Tempat ari-ari jika nanti melahirkan.
"Aku hanya memakai 1 kendil untuk 8 anakku. Tiap aku melahirkan, maka kendil ditanam. 6 bulan lagi digali dan ari-ari sudah hilang. Kendil dicuci dan disimpan untuk anak selanjutnya."
Begitu hingga anak kedelapan.

"Kenapa begitu, Yang?"
"Maksudnya agar anak-anak rukun selamanya. Tidak pernah bertengkar "
Sebagai orang jawa, Eyang punya filsafatnya sendiri untuk resep menjadikan rukun putra-putrinya. Resep ari-ari dalam 1 kendil.

Sekalipun saya manggut-manggut, tapi saya tidak menirunya. Bukan karena apa-apa, tapi saya sering lupa urusan ari-ari ini setelah menanamnya. Apalagi kami sering pindah kontrakan.
Namun dengan tarbiyah, semoga anak-anakku tetap 1 kendil, eh tetap akur dunia akhirat. Amiin.

1 comment:

  1. Saya terenyuh sekali sama ceritanya bu.. Membuat saya belajar lagi menjadi menantu yang baik... Dan juga bagaimana jadi mertua kelak.. jazakillah khair bu..

    ReplyDelete