Monday, December 5, 2011

Yang Kualami di Tanah Suci (6)

Hati-hati Shodaqoh di Tanah Suci
Oleh : Ida Nur Laila

Saya pertama kali melihat pengemis di tanah suci adalah ketika ziyarah ke jabal Rahmah. Jabal rahmah terletak di wilayah Arafah, tempat utama prosesi haji, wukuf.
Jabal Rahmah ditandai dengan tugu sederhana, diyakini sebagai tempat pertemuan Nabi Adam dan bunda Hawa, nenek moyang manusia. Saat diturunkan di bumi, nabi Adam diturunkan di Pakistan dan Hawa di jeddah. Nama Jeddah sendiri dari katah Jaddah yang artinya nenek. Ratusan tahun kemudian mereka bertemu di jabal Rahmah.
Banyak Pengemis
Pengemis di sini unik. Yakni berpura-pura butung memperlihatkan ujung siku dua tangannya. Jumlahnya cukup banyak. Sejak di tempat parkir bus, dikaki bukit, bahkan sampai diatas bukit, walaupun bukan di puncaknya. Ada yang berdiri, duduk atau bahkan berbaring. Yang anak-anak dan yang tua biasanya berbaring.
“Mama haji...mama haji...” begitu mereka memanggil-manggil.

Kasihan juga melihat anak-anak kecil sudah dikaryakan mengemis dengan posisi terlentang di panas terik. Namun orang bilang itu mafia. Wallahu a’lam. Pengemis dewasa kadang bercadar, memakai abaya hitam-hitam. Dari matanya atau anak yang digendongnya, saya bisa melihat mereka berkulit hitam.
Herannya saya, mengapa tidak ada penertiban untuk para pengemis ini. Konon mereka datang dari negara di sekitar Saudi Arabia. Sebagai negara petro dolar, kukira tidak ada penduduk Saudi yang menjadi pengemis.
Di lokasi lempar jumrah juga banyak pengemis. Ciri fisiknya mirip dengan yang di jabal rahmah. Belakangan saya juga menemui di Madinah. Beberapa lelaki bertangan buntung, kalau ini memang betul terlihat buntung, menghadang belas kasihan jamaah yang berjalan kaki ke masjid Nabawi.  Menjelang kepulangan barulah saya menemukan pengemis di sekitar Masjidil Haram. Peristiwa ini sungguh mencengkap dan mengejutkan.
Pagi itu kami mengantar rombongan jamaah yang berangkat duluan ke tanah air. Di sebelah hotel Madinah Al-Mubarak, telah berjajar 2 bus yang akan mengangkut rekan-rekan jamaah haji, sekitar 90 orang. Saat itulah muncul beberapa perempuan, berpakaian layaknya pengemis dan menadahkan tangan. Saya mengabaikan mereka lantaran memang tidak sedang membawa uang sepeserpun.
Hati-hati Shodaqoh
Seorang ibu tua, jamaah haji, jatuh kasihan dan membuka dompet untuk mengambil uang shodaqoh. Tanpa diduga, tiba-tiba muncul banyak orang dan langsung mengerubut ibu yang sedang membuka dompet. Tiba-tiba banyak tangan terjulur hendak mengambil uang di dompet. Menyadari situasi genting itu, saya mendekap ibu tadi beserta dompetnya, untuk menyelamatkan. Satpam hotel muncul dan mengusir para pengemis yang jumlahnya tiba-tiba lebih dari 10 orang.
Sedikit keributan terjadi lantaran mereka tidak mau diusir. Kami selamatkan ibu tadi ke halaman hotel.Kami sempat gemetaran karena tidak menyangka dengan insiden tadi.
“Ibu jangan membuka dompet di hadapan pengemis. Kalau mau shodaqoh, disiapkan uang secukupnya dan jangan ditaruh dalam dompet....” begitu nasehat pembimbing.
“Saya kasihan dan tiba-tiba ingin shodaqoh. Eh kok tidak shabar...akhirnya malah tidak jadi...” ibu tadi sedikit menyesal.
“Besok masih ada kesempatan ibu, bisa shodaqoh, tapi disiapkan dulu sejak di kamar hotel.” Hiburku.
Ini pelajaran berharga, kadang niat baik tanpa pengetahuan situasi lingkungan dan persiapan yang tepat, justru menjadi bumerang yang merugikan diri. Bayangkan jika situasi tadi terjadi sedang ibu ini sendirian. Ah tidak usah dibayangkan.
Mengumpulkan Barang Bekas 
Tapi kejadian ini yang mengisnpirasi saya untuk mengumpulkan barang bekas yang akan ditinggalkan jamaah haji lantaran kopernya tidak lagi muat. Insya Allah besok sebelum kami pulang, gudang barbeku tidak resmi yang kubuka, akan berpindah ke tangan para pengemis ini.
Prilaku pengemis yang suka agresif ini juga terjadi di beberapa tempat lain. Sebagian jamaah jadi enggan memberi pada mereka dan memilih bershodaqoh untuk para cleaning service, apalagi yang sepertinya berasal dari Indonesia. Kan saudara sendiri.
Aku sendiri tidak pernah mempedulikan asal muasal oiarng yang akan kuberi. Selama wajah mereka paling mengenaskan, eh maaf. Paling sedih, paling kurus dsb, maka aku suka saja memberinya.
Beshodaqoh memang banyak dil;akukan oleh jamaah haji. Kami yakin janji Allah bahwa shodaqoh memiliki banyak keajaiban yang tidak bisa dilogika. Maka jika ada jamaah yang sedang sakit, kita sarankan untuk bershodaqoh. Yang kehilangan barang dan ingin barangnya kembali, yang merasa telah berbuat tidak baik, yang ingin diringankan prosesi ibadahnya. Atau bahkan yang tidak mengharapkan apapun. Ada saja yang bershodaqoh.
Namun jika memberi, pilihlah orang yang tepat. Lantaran jika keliru akan tidak enak sendiri. Kadang kita sulit membedakan atau mencari siapa yang layak disedekahi. Seorang teman, ingin bershodaqoh membagi tiga pop mie yang dimilikinya, saat di Muzdalifah. Ia berkeliling dan semua orang menolak pemberiannya. Akhirnya ia kembali ke istrinya.
“Mah, ini kita bawa saja ke mina, nanti papah yang makan. Habis tidak ada yang mau menerima...”keluhnya. Kami tertawa. Ada juga orang yang kesulitan mencari orang yang disedekahi.
Ini adalah waktu menjelang shubuh. Banyak orang yang tengah bersiap sholat shubuh dan bersiap meninggalkan Muzdalifah. Dalam keremangan cahaya lampu, mungkin teman ini tidak mampu mengenali siapakah yang kira-kira mau menerima pemberian pop mienya.
Saya tawarkan bantuan menyampaikan shodaqohnya, lantaran kami memang ingin mengurangi banyak bawaan. Dengan segera ada saja orang yang mau menerima. Waah ternyata mau memberipun perlu kejelian.
Biasanya mudah bagiku untuk memberikan sedekah atau hadiah pada orang yang tepat. Seringkali aku membagikan stok buah dan makanan yang entah bagaimana dan dari siapa, selalu saja ada di kamar. Saat melempar jumrah, saat perjalanan ke muzdalifah, saat ziyaroh, kubawa bekal dan membagikan kepada sesama jama’ah yang kira-kira membutuhkan.
Namun suatu ketika aku juga pernah keliru. Di masjid Nabawi, biasanya diarea toilet ada cleaning servise yang mau menerima pemberian. Seragam mereka mudah dikenali, warna coklat keki, macam seragam polisi di Indonesia. Suatu sore aku lengah, seorang yang sedang duiduk diujung tangga, mengawasi orang yang lalu lalang, kuuluri shodaqoh, dan dia menolaknya. Ternyata seragamnya warna hitam. Seragam, asykarwati, eh asykar perempuan. Jadi mereka tidak mau menerima shodaqoh. Aku jadi minta maaf dan berjanji dalam hati untuk lebih teliti.
Manfaat Shodaqoh
Seorang teman menceritakan pengalaman tentang khasiat shodaqoh. Saat thowaf ifadhah dan sa’i, ia merasakan beratnya perjalanan lantaran masih dalam masa pemulihan setelah sakit beberapa hari. Tubuhnya masih lemas, dan karena ia berhadats saat thowaf, ia harus mengulangi 2 putaran lagi.  Sembilan putaran thowaf di lantai tiga...
Saat sa’i, lantas terfikir olehnya untuk bershodaqoh. Maka ia memberi kepada beberapa cleaning service pada tiap perjalanan. Alhamdulillah, perjalanannya kemudian terasa ringan. Ia selesaikan sa’i dengan mudah, tanpa rasa capek yang berarti, subhanallah.


No comments:

Post a Comment