Friday, January 20, 2012

Yang Kualami di Tanah Suci (32)


Wisata Haji (1)
Oleh : Ida Nur Laila

Haji kok berwisata...ah maksudnya wisata religi-plus mumpung di Tanah suci. Kami mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di wilayah Makkah dan Madinah seperti masjid Kuba, masjid Qiblatain, percetakan Alqur’an, bukit Uhud, jabal Rahmah, jabal Tsur, jabal Nur. Wisata plusnya ke kebun kurma, Jabal Magnet, peternakan unta dan ke Jeddah.
Pagi itu kami bersiap untuk mengunjungi Jabal Tsur dan Jabal Rahmah, juga meninjau wilayah Arafah, Mina dan Muzdalifah yang akan menjadi tempat utama ibadah haji beberapa hari lagi. Berangkat dalam rombongan empat bus, aku mendapat tempat di bus 2. Sebelum berangkat dilakukan pengecekan penumpang bus, dan memastikan siapa saja tetangga duduk kita. Nanti saat pulang juga diminta tetap dalam kursinya masing-masing agar lebih mudah untuk pengecekan. Tentu agar tidak ada yang hilang atau tertinggal.
Tidak lupa jamaah diingatkan untuk memakai gelang pengenal dari logam maupun gelang karet warna biru dari maktab. Kalung ID card dari travel juga dipakai. Perlengkapan pribadi seperti tas paspor, topi, kacamata, masker, payung dan tempat minum...tidak ketinggalan. O ya sediakan juga uang kecil untuk shodaqoh di sepanjang jalan. Walaupun shodaqoh dengan uang besar juga sangat boleh...hehe. Setelah rombongan lengkap, kami bersama membaca doa perjalanan dan doa berkendara. Bus pun  mulai melaju meninggalkan apartemen Syauqiyah.

Menuju Jabal Tsur
Sepanjang perjalanan, pembimbing menceritakan riwayat tempat -tempat bersejarah. Kunjungan pertama adalah jabal Tsur, maka diawal  perjalanan, pemandu menceritakan tentang jabal Tsur. Di bukit ini terdapat gua tempat  Rasulullah dan Abubakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah. Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram. Untuk mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1,5 jam.
Saya mencoba menghadirkan bayangan  situasi genting saat Rasulullah memulai hijrahnya. Di malam yang gelap gulita, setelah berhasil lolos dari kepungan para pemuda tangkas utusan setiap kabilah kafir Quraisy, Rasulullah menemui Abu Bakar As-shidiq. Dibantu oleh putrinya Asma binti Abu Bakar, mereka menyiapkan perbekalan untuk perjalanan panjang menuju Madinah. Jarak antara Makkah dan Madinah sekitar 450 km. Asma membelah selendangnya menjadi dua sebagai pengikat perbekalan ayahandanya dan Rasulullah. Oleh karena idenya tersebut, Asma nantinya mendapat gelar sang pemilik dua sabuk.
Transit bersembunyi di gua Tsur adalah ide cerdas lantaran letaknya bukanlah rute menuju ke Madinah. Madinah terletak ke arah utara Mekkah, sementara bukit Tsur justru ke arah selatan. Namun demikian, tercium juga strategi mengecoh para pengejar ini, hingga mereka sempat juga mencari hingga ke mulut gua. Atas pertolongan Allah dengan hadirnya laba-laba yang membuat sarang menutupi pintu gua dan burung yang membuat sarang di mulut gua, maka para pengejar enggan memasuki gua. Rasulullah dan Abu Bakar selamat dari pengejaran malam itu.
Di dalam gua, Abu bakar menutupi lubang binatang yang ada dengan batu dan sobekan bajunya. Hingga tersisa lubang yang belum ia tutupi, maka ditutupnya dengan kakinya. Rupanya kaki beliau kena sengat hingga bengkak dan sakit. Abu bakar tidak mengeluh dan tidak merintih. Air matanya menetes menahan sakit dan ketakutan, khawatir Rasulullah tertangkap oleh para pengejar.
Air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah, hingga Rasulullah bangun dan menanyakan keadaannya. Rasulullah lalu mendoakan, hingga Abu bakar tenang dan sembuh dari sakitnya. Rasulullah menginap di gua Tsur selama beberapa hari.
Di abadikan dalam firman Allah Surah At-Taubah , ayat-40: 
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Aku memandang Jabal Tsur di kejauhan. Bukit batu itu tingginya sekitar 200m. tentu tidak mudah bagi Rasulullah dan Abu Bakar mendakinya pada malam yang mencengkam itu. Ingin rasanya aku napak tilas mencoba mendakinya, merasakan jerih payah yang dialami Rasulullah.  Sayangnya sekarang di sekitar Jabal Tsur sedang ada pembangunan, jadi kami tidak bisa mendekat ke lokasi gua.
Banyak alat berat dan truk yang lalu lalang. Debu dan pasir beterbangan, kami harus terus memakai masker agar tidak terkena. Saat berfoto, banyak yang lupa atau enggan membuka masker. Jadi hasil fotonya  adalah sederet orang berseragam dan bermasker yang memegang spanduk. Saya jadi ingat relawan dan pengungsi Merapi saat terjadi erupsi Oktober tahun 2010.
Saat kami baru datang, disambut oleh pedagang asongan. Banyak diantara mereka yang masih anak-anak dan remaja, seperti di Indonesia saja. Mereka menjajakan kaca mata, mainan anak, kalender, majalah dan minuman. Beberapa jamaah bertransaksi, ada yang tertarik membeli kacamata. Namun tiba-tiba kami terkejut karena dengan sangat cepat para pedagang asongan itu berlari dan menghilang di balik pagar. Rupanya ada penertiban oleh petugas. Waah makin mirip di tanah air.
Seorang teman yang sedang mencoba kacamata dan belum dibayar menjadi kebingungan lantaran mencari penjualnya yang sudah berlari menghilang. Hingga saat kami meninggalkan lokasi, para penjual itu tidak muncul lagi. Namun dalam perjalanan tak jauh dari lokasi, kami melihat beberapa pedagang di jalan raya. Apakah mereka orang yang sama atau tidak, kami tidak tahu.
Rekan yang terlanjur membawa kacamata, bertanya pada ustadz bagaimana cara membayar kaca mata itu. Ia tidak ingat ciri-ciri penjualnya, apalagi namanya. Juga tidak tahu apakah bisa kembali ke lokasi itu dan bertemu dengan orang yang tepat. Ustadz menyarankan agar ia berinfaq ke masjid seharga kacamata, bahkan dilebihkan. Dan diniatkan sebagai shodaqoh dari penjual kacamata. Semoga Allah yang mengembalikan pahala shodaqoh pada pedagang asongan tadi.

Bersambung.

No comments:

Post a Comment