Masih
tentang Penyalahgunaan media Informasi.
Pagi ini
sekitar jam 09.00 nada dering HPku berbunyi. Oow dari suamiku tersayang yang
sedang rapat di luar kota.
“ Umi...
umi dimana? Tolong ke sekolah SMA...sekarang ya, tanyakan apakah
Sinta anak pak Fulan ada di sekolah. Sebenarnya abi juga meragukan, tapi ini
bapaknya stress karena barusan mendapat telepon anaknya kecelakaan dan
kritis...” berondongan meluncur dari suamiku.
“ Aku di apotek.
Okee siap...tapi menurutku itu tipu-tipu deh...” kataku kalem.
“ Iya
mungkin saja, tapi sekarang ya ke SMAnya...karena kita berusaha telepon tak ada
yang mengangkat. Mungkin sedang di kelas...”
Setelah
mengiyakan dan menutup telepon, saya celingak-celinguk. Oiya, mobilku masuk
bengkel dari kemarin, jadi saya harus cari transport untuk sampai ke sekolah
yang dimaksud.
Saya
segera SMS driver. Sudah mendapat jawaban ok.
Sembari
menunggu jemputan yang jadi terasa lama gak datang-datang, saya mencoba menghubungi
nomer beberapa guru yang saya kenal. Juga nomer HP anakku yang bersekolah di
lokasi yang sama. Nihil. Tak satupun yang mengangkat. Hingga
jemputanku datang. Berepaka kali suamiku menelepon apakah aku sudah sampai di
sekolah atau belum. Ya jelas belum...berangkat saja belum.
Perjalanan
yang hanya 3km terasa jauh. Di jalan suamiku SMS update info nama lengkap dan
kelas si anak.
Hanya
tinggal 400m dari sekolah, ada telepon dari suamiku:
“
Umi...gak jadi ke sekolah saja. Ini sudah nyambung. Anaknya sudah membalas SMS,
dia baik-baik saja dan sedang di sekolah...”
Whoaaa...!!
Jika
mendengar kisah seperti di atas, mungkin mudah mengatakan :
“ Jaman
ginii.... masih ada yang terpengaruh tipu-tipu murahan...?”
Aku, ibuku dan si no3 |
Gurunya
menjawab anakku telah menyesuaikan diri dengan baik. Namun sang guru bertanya
mengapa hari ini anakku tidak masuk sekolah?
Bagai
disambar petir, jantung saya berdegup kencang. Kuingat tadi jam 06.15, putraku
meminta uang SPP dan kuberikan, bahkan kulebihkan untuk uang sakunya selama
sepekan.
Dalam
kegalauan saya berusaha menelepon anak. Ternyata tidak diangkat. SMS tidak di
jawab. Lalu saya menelepon ke rumah, kebetulan suamiku ada di rumah. Anak kami
tidak ada di rumah.
Berkelebat
bayangan kebaikan dan keburukan dalam fikiranku. Dimanakah anakku?
Siksaan fikiran
dan perasaan itu berlangsung hingga waktu adzan dhuhur. Saya bergegas wudhu,
sholat dan berdoa mohon petunjuk pada Allah.
“ Ya
Allah, dimanapun anakku berada saat ini, sadarkanlah, panggillah hatinya untuk
ingat rumah dan orang tuanya....Amin”
Hanya
beberapa menit setelah aku mengakhiri munajat siangku, ada SMS masuk dari
anakku.
“ Umi aku
tadi kecelakaan. Aku pingsan di pinggir ring road dan ditolong di rumah warga.
Sekarang aku sudah baik-baik saja.. aku mau pulang saja...” Lega bercampur
galau, segera kubalas SMSnya.
“ Jangan
pulang sendiri. SMS alamat nanti umi jemput” tak ada balasan.
Tak sabar
menunggu jawaban saya langsung menelepon. Tidak diangkat oleh anakku. Maka saya
berusaha mencegatnya di depan tempat kerjaku sambil terus menelepon. Jalan
pulang ke rumah melewati tempat kerjaku.
Singkat
cerita saya bergegas pulang setelah suami mengabarkan kedatangan anak kami yang
luka-luka dan sempat pingsan beberapa jam.
Kembali
ke urusan SMS tipu-tipu.
Anda bisa
membayangkan bahwa kami memaklumi kegalauan teman tersebut karena bayangan
peristiwa buruk bisa menimpa anak kita atau siapa saja..
Esoknya,
setelah suami pulang, saya bertanya kronologi dan situasi yang mencengkam bagi
temannya yang nyaris menjadi korban penipuan.
“ Pagi
itu pak Fulan dapat telepon. Katanya dari guru BP SMA yang mengabarkan anaknya
kecelakaan. Anaknya sedang kritis dan harus mendapat pertolongan segera. Kini
anak itu dibawa ke RS sarjito. Ada alat medis yang harus dipasang saat itu
juga, namun harus ditebus oleh orang tuanya...”
Mereka
tengah rapat saat telepon itu datang, terjadilah kegaduhan. Dalam kepanikan Pak
Fulan mencatat nomer rekening yang dituju setelah gagal menelepon anak dan
sekolah untuk melakukan kroscek. Teman-temannya melarang untuk transfer sebelum
ada kejelasan. Banyak orang berusaha menelepon teman, koneksi atau siapapun
yang terkait dengan keberadaan anak tersebut, termasuk suamiku yang menelepon
saya.
Salah
seorang teman ganti mengangkat telepon yang berdering lagi.
“ Halo,
ini apotek Kimia Farma...”demikian dari seberang.
“ Lho,
bukannya ini no guru BP yang tadi?”
“ Iya, ini
gurunya ada di sini, menunggu transfer dari bapak. Jika sudah transfer barang
akan segera kami kirim ke RS untuk segera dipasang ke putri bapak”
“Lho, ini
bukan di RS? Memang apoteknya dimana?”
“
Apoteknya di depan RS Sarjito. Di seberangnya...”
Karena
rombongan itu berasal dari Jogja, jadi semua mengetahui situasi di sekitar RS
Sarjito. Tak ada apotek KF di depan Sarjito.
“ Lho kan
seberangnya kampus UGM?’
“ Iya di
sebelah kampus itu. Segera transfer pak, kasihan anak bapak nanti tidak
tertolong...”
Suara di
seberang mulai tidak sabar. Para suporter yang ikut mengerubungi saling
berpandangan, semua merasakan keanehan.
“ Terusin
saja, biar habis pulsanya....” percakapan berlanjut bertele-tele hingga pak
Fulan berseru bahwa ia mendapat balasan SMS dari putrinya. Akhirnya mereka bisa
saling bertelepon dan putrinya meyakinkan ia betul-betul tidak mengalami
peritiwa apapun. Ternyata, masih menurut putrinya, dalam waktu bersamaan telah
ada beberapa orang tua temannya yang juga menjadi sasaran berita palsu
tersebut. Alhamdulillah tidak ada yang menjadi korban. Sasarannya biasanya anak
pejabat. Memang pak Fulan ini juga pejabat.
Adapun
teman yang tadi masih kontak dengan penipu, telepon dari seberangpun putus. Dan
semua ketegangan itu selesai dilanjut dengan perbincangan pengalaman
orang-orang yang pernah mendengar cerita serupa.
Begitulah
sekilas berbagi pengalaman berita kecelakaan palsu.
Percaya
nggak percaya, berbeda kesan kita saat mengalami sendiri atau hanya mendengar
cerita.
Tetap
waspada yang jaga ketenangan agar tidak salah melangkah.
Ah semoga
kita tak ada yang mengalaminya, baik mengalami telepon tipuan, atau mengalami
kecelakaan. Dan semoga para penipu ikut membaca ini...saya doakan segera
bertaubat dan mencari rejeki dengan jalan yang halal. Atau kalau terus menipu,
semoga teretangkap penegak hukum biar mendapat balasan yang layak!
Waspadalah!
Waspadalah!
Orang spt itu dosanya mgkn berlipat2 ya mak, sdh menipu, membuat khawatir org jg...prnh pembantuku dl ditelp org ktx ankx menabrak org sp meninggal, skrg dikantor polisi, ini mendesak bapak hrs membyr skrg u ganti rugi, klo tdk ank bpk dipenjara dll pjg lebar...alhamdulillah sblm si bpk cr pjman kesana sini, si ank sdh muncul dg keadaan segar bugar...ktx dr main dirmh teman, & tdk menabrak seorgpun...Jahat sekali org spt ini makkk...
ReplyDeleteaduh.. kalo yang beginian memang mau nggak mau tetep bikin panik ya mak. apalagi ndilalahnya si anak tak kunjung bisa dihubungi, juga pihak sekolah. tapi untung si bapak fulan masih bisa rasional dan tidak buru-buru, trus juga penipunya agak2 ngawurr tentang lokasi. hadeeeh, dasar penipu..
ReplyDeletealhamdulillah, ikut lega bahwa si anak baik2 saja dan penipunya gagal.
makasih sharingnya mak :)
makasih komen dan kunjungan mak Irowati dan mak Ofi Tusiana. ada 2 orang teman dekat saya yang sudah kena tipu... yang satu kena 40 juta pakai acara ngantar ke JKT. dan yang satu kena 17 jt plus perhiasan emas 10 gram.bikin panik lalu bikin geram...
ReplyDeletebapakku juga pernah mengalaminya. kebetulan aku lagi kerja malam. untungnya bapakku menanyakan posisinya dimana. nggak bisa jawab deh si penelepon.
ReplyDeleteAlhamdulillah masih dilindungi ya...websitemini, makasih kunjungannya.
ReplyDeleteBapak saya pernah ditelpon sama penipu dan saya yang nyolot2 marahin dia hahaha.... abis ngeselin sih
ReplyDeleteIya Mba, Bapak yang kayak gini...Kita harus waspada dan harus check and ricek...
ReplyDeletewaw.. bikin deg-degan juga ya mbak.
ReplyDeleteMak Efi Fitriyyah emang bisa akting marah-marah...? hahaha
ReplyDeleteMak fitri anita, makasih kunjungannya. semoga kita selalu waspada!
Adit purana begitulah kalau mengalami sendiri...