Monday, December 23, 2013

Hanif Kecil di Singapura (catatan 3)


Tak banyak anak kecil yang saya temukan eh saya lihat di Singapura. Tak seperti di Indonesia. Memang sih di Indonesia pertumbuhan penduduk makin tak terkendali sejak jaman reformasi. Konon ada 5 juta kelahiran pertahun...dan itu setara dengan jumlah penduduk Singapura hari ini ahai!


Pertumbuhan penduduk Singapura mengalami titik terendah dalam 4 tahun terakhir, hanya 1,6%. Padahal Singapura membutuhkan angka pertumbuhan 2,10% saja. Memang warga Singapura 26% adalah warga non penduduk alias pekerja asing. Lha berapa pertumbuhan penduduk di Indonesia? Data Desember 2013 ini mencapai 3,1%. Pantesan ya banyak anak kecil dimana-mana. Acara posyandu juga ramai dan TK-TK masih terus bertumbuh.


Kembali ke judul. Hanif kecil adalah satu-satunya anak kecil yang kutemui secara dekat. Hanif baru berusia 21 bulan namun sungguh anak yang mandiri. Dia tidak suka digendong, suka berjalan sendiri dengan langkah kaki kecilnya. Pandai memijit tombol lift dari lantai 9, membuka dan menutup pintu, lalu berdiri dengan manis untuk keluar dari lift. Hanif suka berdiri di bus kota atau MRT. Jika digendong, ia ingin berpegangan pada pegangan tangan yang menggantung di atas.

Hanif sungguh mandiri dan tidak rewel. Ia terkadang tak mau disuapi oleh orang tuanya. Lucunya jika disuapi oleh tamu seperti saya, Hanif sangat suka. Sayangnya masih menangis jika saya gendong.


Kata bundanya, Hanif tidak punya teman kecil kecuali beberapa anak teman pengajian bundanya yang datang sepekan sekali. Di komplek apartemen sebesar itu, Hanif hanya punya satu teman sebaya yang saling menyapa saat bersamaan di play ground atau berpapasan di lorong. Kasihan ya, Hanif yang kesepian.

Mungkin itu pula sebabnya Hanif belum bisa mengucapkan kosa kata dengan jelas. Ia sungguh cerewet, tapi hanya orang tuanya yang memahami maksudnya, itupun kadang-kadang. Sekalipun demikian ia sungguh cerdas dan memahami perkataan orang. Informasi dari bundanya, standar perkembangan verbal anak yang dikatakan normal di Singapura diantaranya adalah dapat mengucapkan 5 kata saja. Waah berbeda sekali ya dengan di Indonesia. Kebanyakan anak-anak sungguh cerewet. Anakku sangat verbal sejak usia setahun. Artinya orang Indonesia memang lebih ‘ramai’ ya?

Memang Singapura tergolong negeri yang ‘sunyi’ ditengah kesibukannya yang efisien. Bisa jadi saya salah menyimpulkan, bukankah saya hanya sebentar mampir di sana. Saat berada di bus kota atau di MRT, nyaris tak ada suara. Saya hitung 9 dari 10 penumpang disibukkan dengan ipad atau BB atau smart phone. Lucunya tak ada dering telepon yang terdengar. Apalagi yang sedang berkomunikasi dengan suara keras seperti di negeri kita. Kebanyakan mereka menggunakan earphone atau headphone. Wajahnya rata-rata dingin tanpa ekspresi, jadi saya juga tak bisa memperkirakan apa yang mereka dengarkan. Kalau ditempat kita, sering saya perhatikan pengguna earphone akan menggoyang-goyangkan kepalanya atau bahkan menyanyi menirukan apa yang didengarnya. Haha...

Kembali ke Hanif kecil, hanya dua orang tuanya tumpuan untuk Hanif banyak belajar bicara dan bersosialisasi. Begitu yang situasi dunia anak bagi mahasiswa Indonesia yang tinggal di apartemen. Hingga kini saya masih merindukan Hanif. Tawa kecilnya, senyumnya yang cool. Minatnya untuk ikut memencet tombal saat ayahnya mengambil uang atau mengisi kartu prabayar untuk naik bus...


Teruslah belajar Hanif kecil, semoga kelak saya bisa menyambangimu lagi di Singapura atau di Australia saat Bundamu mendapatkan beasiswa S3nya. Tentulah engkau telah menjadi bocah kecil yang cakap. Aku merindukanmu Hanif....


Cerita tentang Singapura juga bisa dibaca di sini  dan di sini.

5 comments:

  1. insya Allah Hanif tumbuh jadi anak soleh yang pinter...at least, sistem pendidikan yang kelak akan dienyamkan mudah-mudahan bisa mengasahnya...cheers...

    ReplyDelete
  2. hanif lucu bangettt....jadi anak yg soleh dan pintar ya ^^

    ReplyDelete
  3. makasih kunjungan dan doanya Mak Fitri Anita, Mak Hana, Mak Indah Nuria dan Mak Titik Suswati. Saya juga berdoa dan berharap demikian melihat pintar dan baiknya ayah bunda Hanif.

    ReplyDelete