Thursday, December 12, 2013

MENJADI TUA (Bagian ke-2)


Seorang teman menulis di status fbnya, menceritakan pelangi rasa saat menemukan uban untuk pertama kalinya. Kalau melihat uban mah, sering. Selama di kepala orang lain, bukan masalah. Namun menyadari helaian putih itu hadir di kepala kita sendiri? 

Hanya anda yang telah mengalaminya yang bisa memahami campur aduk perasaan itu. Terkejut , agak sedih lalu tersadar, begitulah kira-kira. Sekalipun saya belum melakukan penelitian, tapi kira-kira apakah ada yang berjingkrak-jingkak gembira saat menyadari adanya  uban di kepalanya sendiri, untuk pertamakali? Sepertinya mustahil ya.

Baru beberapa hari yang lalu saat berkomunikasi dengan seorang ibu beranak dua dan kupanggil bu, menjawab:
“Hiii.. dipanggil bu..rasanya gimanaa gitu.. padahal buntutnya sudah dua”
Sekedar menggambarkan bahwa perpindahan status dari lajang menjadi istri, lalu menjadi ibu, tidaklah otomatis juga seseorang langsung merasa siap dipanggil bu. Duluu saya pernah juga lho agak kaget dipanggil bu...Lalu saya sadari, lah sudah punya anak kok tidak mau dipanggil bu. Apalagi rekan-rekan yang masih lajang, lebih gimanaa gitu saat dipanggil bu. 


Seorang gadis, ah bukan hanya seseorang, banyak malah, pernah mengungkapkan kejengkelannya lantaran sering dipanggil bu. Maklum, ia memang bermutu alias bermuka tua, wajar orang salah memperkirakan statusnya. Eh maaf ya bagi anda yang bermutu. Saat ia mengungkapkan kejengkelannya dipanggil bu, saya justru mencandai:
“Kalau bukan dipanggil bu, trus pengin dipanggil apa? Mas atau pak gitu...?”... dan dia tertawa saja.
“Bukankah banyak bu guru yang masih lajang dan mereka juga dipanggil bu...bener nggak?”

Peristiwa lain, sekitar sepuluh tahun yang lalu, teman sebayaku juga pernah mengeluh. Saat itu ia pergi membeli buah pada pedagang mangga di pinggir trotoar. Ia membawa anak ke4nya yang masih balita. Tukang mangga itu bertanya:
“Ini cucu yang keberapa bu...?’
Sepulang dari membali mangga, ia langsung bercermin dan menggerundel. Merasa belum tua...haha. Lah umurnya memang belum ada 40 tahun, Saat menceritakan ulang padaku pun, ia masih marah-marah.


Dan sekarang gantian saya yang kena skakmat. Kemarin saat dalam penerbangan Johor-Surabaya, seorang anak kecil usia 3-4 tahun yang duduk dibelakangku, mengajak bercanda. Ia membawa mainan kuda-kudaan yang kakinya tinggal 3. Kudanya ia gelitikkan agar saya ikut memainkan. Kulirik emaknya mengantuk, jadi anak ini mencari teman baru. Aku senang saja dan mulai tertawa-tawa bersamanya. Namun agak tertegun daku saat ia berteriang gembira memanggilku:
“ Nenek...neneeek....nek... neneek...!”

Hadeuw, setua itukah daku dimata anak kecil itu...? Kurenungkan memang usiaku hampir kepala lima, mengapa saya tidak mau dipanggil nenek? Anak gadisku juga sudah berusia 22 tahun, layaknya saya memang segera punya cucu... Peristiwa itulah yang membuat saya menuliskan tema ini. Menjadi tua atau lebih tepatnya menyadari menjadi tua, memang agak mengejutkan bagi sebagian orang. Apalagi jika dianggap tua padahal kenyataannya belum. Hmm....

2013 bersama ibuku

Kalau panggilan dituakan yang merupakan gelaran, mungkin berbeda ya. Di kampungku ada mas Ngabdul yang dipanggil dengan Mbah Kaum, lantaran beliau menjadi tukang doa dan modin desa. Mas Ngabdul baru berusia tiga puluhan. Ibunya mas Ngabdul pun memanggil anaknya Mbah Kaum. Sepertinya beliau sudah menikmati status dan konsekwensi panggilannya.

Beberapa paranormal dan pengobat memanggil dirinya Eyang, agar dituakan dan memiliki status tertentu kali ya. Ah yang ini out of topik.

Pada sebagian orang, menjadi tua itu momok menakutkan. Jika mungkin mereka ingin menolak keriput di wajah. Menolak flek dan uban tanda penuaan. Itulah mungkin sebabnya klinik kecantikan kulit menjamur dan laris dimana-mana. Semir rambut juga laris manis tersedia aneka jenis rupa.

Saya jadi ingat ungkapan Ratih Sang saat bersama mengisi seminar di UGM sekitar 10 tahun yang lalu.: 
"Kalau mengajak berkerudung pada ibu-ibu paruh baya itu lebih mudah mbak...alasan mereka berkerudung itu NU, maksudnya Nutupi Uban..." 
Kami memang tertawa saat membicarakannya, namun sisi lain sebenarnya juga mempertanyakan niatan memakai kerudung. NA atau NU, meNutupi Aurat atau meNutupi Uban...?

2011 bersama ibu mertua
Mengutip kata seorang teman: menjadi tua itu kemestian, namun menjadi dewasa itu pilihan. Karena memang ada yang tak pernah dewasa hingga masa tua menjemputnya.

Saya jadi ingin melakukan penelitian sederhana tentang respon orang-orang saat pertamakali menemukan keriput di wajah atau uban di kepalanya sendiri. Mungkin hasilnya akan menarik. Juga respon saat dipanggil dengan sebutan yang lebih tua, seperti nenek, padahal belum punya cucu...

Jika anda yang mengalami hal-hal diatas, apa ya respon anda...?
Boleh dong berbagi disini.


ket: Foto koleksi pribadi.

12 comments:

  1. sy kadang2 ingin jd tua/kelihatan tua bu. saat pingiiiin nasihatin/menegur/mengingatkn org lain. kl muka muda mengingatkn kak ga laku ya?

    ReplyDelete
  2. hei...kok sama mak, kalau lagi ngumpul dengan para nenek...saya juga pengin tua...makasih sudah berkunjung mak damarojat.

    ReplyDelete
  3. Menjadi tua dan dewasa itu sangat indah, makanya say memberanikan diri untuk menjadi tua di usia 20 tahun yang memaksaku dewasa saat itu juga

    ReplyDelete
  4. makasih kunjungannya mak, semoga setelah memilih dewasa, kita tak kembali menjadi kanak-kanak...amin

    ReplyDelete
  5. Hah? Si sulung udah 22 th ya mbak? Wah awet muda ya. Aku sih belum tua2 amat, tp uban sudah banyak aja, gak tau ni. Tapi masih ada yg ganjel kalau dipanggil bu hihihiiii

    ReplyDelete
  6. Ya mak lusi, doakan segera mamtu dan siap dipanggil nenek...ternyataaa....banyak juga yang punya perasaan sama...

    ReplyDelete
  7. saya sempet sebel ketika pertama kali dipanggil bu oleh mahasiswa yg saya bimbing magangnya di kantor...

    tapi bagaimana lagi, sudah prosesnya bahwa suatu saat menua... sebagaimana dalam kisah nabi Lud, bahwa menua adalah salah satu pertanda untuk memberitahu beliau...

    kalau pun ada yg usianya sudah layak dipanggil ibu, namun masih dipanggil mbak, itu adalah bonus :)

    semoga menua bersama kebijaksanaan :)

    salam ukhuwah
    @zakianurhadi
    http://zakia.griyasantun.com

    ReplyDelete
  8. maaf, bukan kisah nabi Lud, tapi nabi ya'qub

    afwan

    salam ukhuwah
    @zakianurhadi
    http://zakia.griyasantun.com

    ReplyDelete
  9. Kalau saya ga pake jilbab, keliatan deh rambut depan saya udah mulai beruban hehehe. Tapi ini uban mulai muncul beberapa tahun setelah saya pake jilbab. Kyaaaa, kepala 3, masih lajang (curcolll, mulai deh) udah ubanan. Hihihi....
    Ya mau gimana lagi? Kata adik saya itu bisa disebabkan faktor racun yang ga bisa disaring tubuh. Pola makan saya emang ga bener, sih. :D

    ReplyDelete
  10. makasih kunjungan dan komennya mak Zakia. mak Efi, saya punya adik sudah ubanan sejak klas 2 SMA...mungkin pola makan dan pencemaran lingkungan ngaruh ya...

    ReplyDelete
  11. Menyadari udah usia tua memang agak2 mengejutakan tapi harus tetep sadar ya Mbak...Uban ku juga udah ada nih 1 - 2 - 10 muncul di kepala... :)

    ReplyDelete
  12. makasih kunjungannya mak Lies...semua pasti menua ya...

    ReplyDelete