Thursday, March 20, 2014

Kampanye Politik Menjijikkan?


Kadang saya mendengar ungkapan sinis yang ditujukan bagi orang yang berpartai politik, seolah berpolitik itu suatu ‘kesalahan’. Kadang saya membaca tulisan atau komentar yang miring seseorang ketika punya pilihan berpartai itu justru memecah belah atau menyempitkan ruang gerak.

Hmm jadi bingung ya, sebenarnya apa yang salah dalam bernegara ini?
Bukankah negara kita telah memilih sistem demokrasi dan menyelenggarakan pemilu tiap 5 tahun sekali?
Bukankah mendirikan partai dan aktif di partai itu legal? Mengapa terkadang orang yang berpolitik mendapat sanksi sosial, sekalipun hanya komentar tak bersahabat?

“Politik itu kotor!” demikian kata seorang suami yang melarang istrinya aktif di partai.
“Banyak politisi busuk!” kata yang lainnya.
Duuh pedes banget ya. Hiks ...sekalipun tidak salah.
 
Gambar dari sini

Saya yang mendapat pengaduan menjawab:
“Tentu saja, karena orang-orang baik yang menyukai cara-cara bersih seperti anda, memilih menyingkir dari politik...”
Keniscayaannya karena harus ada yang berpartai politik, jika orang baik minggir maka siapa yang akan memenuhi panggung politik?
Ah anda tahu sendiri jawabnya.

Ketika melakukan wawancara iseng-iseng tentang partisipasi dalam pemilu, saya menemui  ironi yang memilukan.
Contoh nih percakapan dengan anak gadis saya.
“Kak, temanmu pada nyoblos dimana?”
“ Gak tahu Mi, kayaknya gak ada yang mikir pemilu deh...lagian mereka bukan orang sini...”
Hmmm  fakta ketidakpedulian. Mahasiswa gitu loh, generasi terdidik.

Trus ini percakapan dengan seorang mahasiswi di kampungku, dari sebuah PTS swasta di Yogya.
“Dik teman-temanmu pada milih partai apa?”
“Kayaknya gak nyoblos bu, kan gak pada pulang kampung...”
“Bisa kok tetap mencoblos...asal bawa KTP ke PPS dan mendaftarkan diri...”
“Oo bisa to bu?”
Wow..wow...fenomena tidak mengerti tatacara memberikan partisipasi. Padahal mendapat mata kuliah kewarganegaraan.

Lalu fakta wawancara dengan ibu rumah tangga yang juga sarjana.
“Bu Besok nyoblos dimana?”
“Gak tahu bu, kok saya nggak didaftar atau disurvei atau dikasih undangan ya...” ini sudah jawaban kelima yang serupa dari beberapa orang yang saya tanya.
Duuh...
“Orang-orang di perumahan saya kok kayaknya nggak didaftar ya bu...pak RT tuh gak mendata atau sosialisasi tuh?”
Walah parah!
Entah yang parah pak RTnya atau ibu ini yang ketinggalan informasi.

Belum lagi ketika bertanya tentang mau nyoblos apa.
“Besok pemilu mau nyoblos apa pak? Mau dukung yang mana?”
“Tergantung bu, siapa yang mau bayar lebih banyak...”
Hhhh...
Gemas dan jengkel dengan lingkaran hitam kebusukan. Masyarakat sangat transaksional dengan partisipasinya, caleg dan parpol mengikuti selera masyarakat, pemerintah membuat aturan yang ambigu dan kita semua membenci praktik korupsi balik modal...(kecuali tentu para pelaku korupsi tentu tidak membenci praktek korupsi).

Kapan semua ini berakhir?
Heh kenapa saya repot-repot menulis tentang pemilu, parpol dan kampanye?

Saya merindukan bangsa besar, bangsa yang memelihara dan menjunjung nilai-nilai luhur dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kapan itu akan terwujud jika kita memilih mencuci tangan dari prosesnya.

Banyak orang baik dan jujur (tapi tidak peduli), memilih membeli sabun anti septik dan cairan steril agar tangan tak tercemar politik dan kampanye ‘menjijikkan’.
Menonton di pinggir dengan baju bersih, membiarkan orang-orang ‘kotor’ berkelahi berebut kekuasaan sambil menadahkan tangan bersih kita, berdoa kepada yang Maha Kuasa...agar tiba-tiba lahir pemimpin bersih, baik, jujur dan adil dari pergulatan orang-orang kotor yang disingkiri.

Hmmm.... kira-kira Tuhan akan mengabulkan doa kita atau tidak ya?
Tahukah anda, saya menulis ini dengan tangan berkeringat dingin dan cucuran air mata pilu.

Kuingat kata-kata Aung San Suu Kyi dalam film The Lady:  “Engkau bisa melupakan politik, tapi politik tak kan pernah melupakanmu”

Dan hiburlah saya dengan menjawab pertanyaan di bawah ini di kolom komentar:
“ Akankah anda orang-orang baik tetap memilih minggir dari politik?”

30 comments:

  1. Kata orang baik-baik, mereka maunya memakai cara yang baik, di luar sistem, dan berusaha merubah dari luar pagar bu... *tanyabagaimana?* ;)

    ReplyDelete
  2. yah,.. memang sulit untuk mendedikasi rakyat. Yang sudah pinter, sekolah tinggi-tinggi, eh giliran akhlaknya kok segitu ajah.

    ReplyDelete
  3. saya tidak pernah mengikuti politik mbak ida :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mak lidya, minimal ikut nyoblos adalah bentuk kepedulian kita sebagai warga negara yang baik, sejatinya semua manusia insan politik dan punya hak politik. cuma mungkin tidak terlibat politik praktis. jangan lupa ya mak, ikutan nyoblos partai tang baik

      Delete
  4. Bener banget nih Bu Ida,,,tapi tetep bingung mana yang mau dipilih, ciyus Bu,,,ga ada yang klik di hati ini *ealaaaahh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tak ada yang sempurna di dunia ini, tapi carilah yang paling sedikit busuknya. bisa dilihat dari indeks korupsinya.

      Delete
  5. Politik uang yang paling menjengkelkan, Bun. parahnya lagi bagi mereka yang menukar hak pilihnya dari pemberian (uang, sembako, bagi-bagi ini itu, semua caper) caleg tertentu.

    Kalau Om Anies Baswedan pernah berkata "Bukan karena orang baik yang sedikit dan orang jahat yang lebih banyak, tapi orang baik yang lebih banyak memilih diam", di acara Mata Najwa on the stage yang Penebar Inspirasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. naah sama dong pendapatku dengan mas Anies Baswedan...ayoo orang baik berpolitiklah dengan baik.Makasih Richoku

      Delete
  6. sebagai orang yang sangat awam tentang dunia politik, saya juga ngeri bu kalau melihat berita-berita di tv.. Dari politik uang, sampai jual beli kepentingan, bahkan menyangkut ke ranah mistis.. Tetapi saya percaya bahwa masih ada orang baik di Indonesia ini yang peduli terhadap masa depan bangsa..
    Namun ada juga romor yang mengatakan bahwa dalam politik jika tidak mau menendang kita lah yang ditendang, ini membuat saya miris.. Semoga orang-orang baik yang masuk ke dunia politik tetap dilindungi Alloh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin...yang penting diri kita tunaikan kewajiban dengan berpartisipasi nyoblos ya Utari

      Delete
  7. Itu semua karena krisis kepercayaan mak,,,,rakyat sudah tidak lagi percaya dengan pemerintah yg ada...jd mereka merasa memilih dan tdk pun sama sj....toh pemimpinya blm tentu memperhatikan mrk, toh mrk makan cari sendri...ibarat gamblangnya spt itu,,,waktunya bg wakil-wakil itu menunjukkan kinerja mrk yg benar....mak prnh bc gak ada bbrp caleg yg melakukan ritual-ritual sp ke goa-goa atau punden2, agr mrk bs terpilih jd legislatif...tentu sj hal spt itu sdh menggerus kepercayaan masyarakat mak..blm lg yg gagal jd legislatif mrk mlh meminta kembali apa2 yg sdh mrk berikan kpd rakyat sblmnya...spt kasus pembagian tv di sby bbrp th lalu, bgt gagal eee tv diminta lg,,,,Masyaallah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mak...yuuk partisipasi pilih yang terbaik dari calon yang ada yang keburukannya minimal

      Delete
  8. Semoga orang yang baik2 setelah baca postingan mak ida ini nggak jadi golput.

    ReplyDelete
  9. atmosfer politik makin hari makin panas jelang pemilu, kadang ampe matiin tipi kalo uda ikutan panas liat iklan2 parpol, heuheu

    ReplyDelete
  10. Mak Ida...hari ini saya ngenes liat foto tentang cara kampanye dari salah satu partai politik yg di share seorang teman di FB...Ya Allah....kok tega mereka ya, kadang ada anak-anak kecil di sana...:-(
    Saya bukan simpatisan partai manapun,malah cenderung Golput hingga detik ini. Cuma ngerasa sebelll bgt ama partai2 yg melakukan cara-cara yg mengkuatirkan kyk gini.Sile lihat link gbrnya di sini Mak...

    https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202492035120680&set=a.1035175638176.2007816.1189004344&type=1&theater

    Kita harus berbuat apa ya....:-(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya mak udah tak lihat. artikel saya mengajak untuk jangan minggir dari politik kepada orang-orang baik yang peduli. agar negeri ini tidak dipimpin orang yang bejat mak. yuuk diantara yang busuk masih ada yang sedikit baik.

      Delete
  11. Saya nggak suka berpolitik Jeng
    Makanya waktu saya ditawari menjadi ketu DPC suatu partai saya menolaknya
    kalau pemilu saya tetap nyoblos/nyontreng
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senang pakdhe berkunjung...berikan arahan pakdhe untuk generasi terpelajar seperti para blogger ini agar melek politik sedikit saja dengan tetap nyoblos pada pemilu...nuwun pakdhe

      Delete
  12. Masih ada politisi yg baik..mari kita pilih mereka..agar di DPR banyak orang yg baik..shg akan melahirkan produk UU yg baik pula..

    ReplyDelete
  13. Mari berpikir cerdas..DPR adalah lembaga negara yg bertugas membuat UU dan mengawasi pemerintah..mari kita pilih wakil kita yg amanah..insya Alloh masih banyak Caleg yg baik ..

    ReplyDelete
  14. kl saya utk eksekutif msh milih bun...tp utk legislatif ga. terus terang ini. apalg caleg skrg hanya majang poster n baliho minta doa restu doang ga ada programnya. wahhh...ga tau dong mau milih siapa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah pilih temanku saja insya Allah baik...ayooo jangan golput

      Delete