Wednesday, April 30, 2014

Kok Anakku Gak Gaul...?


(Mengembangkan ketrampilan sosial pada anak)

“Mbaaah...mau kemana?’
“Ke pasar mbak Azka...”
“Kok nggak pakai sandal? Nanti kakinya kotor...!”
Sayup-sayup kudengar percakapan putriku 3,5 tahun dengan seorang embah pedagang sayuran yang sering melintas. Pagi hari dia memang suka duduk di teras sambil memainkan bonekanya.

Putri pertamaku Azka, adalah gadis cilik yang ceria dan ramah. Ia suka memanggil dan menyapa orang yang dikenalnya maupun belum dikenalnya. Seolah tak punya segan atau rasa takut.
Bangga dan bersyukur melihatnya. Pernah ada bunda yang bertanya, bagaimana menjadikan si kecil begitu ‘gaul’ ?

Po anak yang ramah



Memang saya melihat ada beberapa anak yang nampak pemalu, takut atau menarik diri dari orang. Saya mencoba mengingat, apa saja yang telah saya ajarkan pada anak? Hmm sepertinya biasa saja ya...

Begini, seringkali anak hanya meniru orang tuanya, maka jika anda ingin menjadikan anak memiliki ketrampilan sosial, mulailah dengan mencontohkan. Iya...anak melihat, mendengar dan merekam dalam fikiran dan hatinya, bagaimana orang-orang dekatnya berkomunikasi.

Apakah mudah bagi kita untuk tersenyum dan menyapa seorang yang sudah kita kenal maupun belum, apakah mudah bagi kita untuk bergembira, tertawa atau peduli pada sesuatu yang terjadi di sekitar kita.
Ah, anak hanya melihat, merekam,dan membuat kesimpulan, kemudian mempraktekkannya.

Hubungan antara orang terdekat seperti antara ayah dan bunda, antara orang tua dan anak, dengan pembantu atau dengan nenek...terjadi dan dilihat setiap hari. Bahasa verbal punya waktunya sendiri, namun bahasa non verbal, mengalir 24 jam tanpa bisa terhenti.
So, prinsipnya adalah keteladanan alias contoh ya bunda.

Yang kedua, tambahkan ketrampilan yang lebih khusus misal menerima tamu, bertamu, menghadiri pertemuan, menengok orang sakit atau bergabung dengan teman sebaya.

Kadang saya melihat kejadian nggak enak, orang tua yang memarahi anak di depan tamu-tamunya karena dianggap berbuat tidak sopan. Hmm padahal bisa jadi orang tuanya yang belum mengajarkan pada anaknya. Orang tua yang saya saksikan itu, tersenyum kepada kami dan mempersilahkan menikmati hidangan, sementara ia mendelik kejam kepada putra kecilnya yang ingin ikut mencomot suguhan bersama kami.

Saat bermain bersama anak, kita bisa mengajak anak bermain peran. Tamu-tamuan misalnya. Bagaimana jika menjadi tuan rumah, bagaimana jika menjadi tamu, orang tua dan anak bergantian bermain. Pakailah alat peraga tea set mainan atau makanan dan minuman sungguhan juga oke...

Jika kita memang berencana memiliki acara di rumah, sampaikan pada putra kecil kita.
“Besok, Mama ada tamu arisan. Yang datang banyak, mungkin ada 10 orang. Coba kamu hitung pakai jari...1..2...3...” anak akan senang terlibat dan mempersiapkan mental.

“Kalau tamu mama datang, adik sudah mandi, sudah rapi, sudah wangi terus senyum-senyum sama mama ya, salim dengan tamu-tamu....bilang selamat datang tante...”
Anak akan senang diajak praktek gladi resik hihi...

Demikian pula saat menghadiri pesta ulang tahun teman kecilnya. Berikan prolog bagaimana ia akan berlaku nanti di sana. Tak jarang si kecil tidak mau memberikan kadonya dan justru membukanya di depan yang berulang tahun. Ada kejadian tamu kecil menangis ingin membawa puang kado dari tamu kecil lain...waah memang betul anak balita ya.

Saya biasanya melibatkan anak dalam memilih hadiah. Bahkan ia juga diajak memilih hadiah untuk dirinya sendiri, sehingga keduanya dibungkus sama. Sebelum ia berangkat, sudah diberikan hadiah untuknya dan disimpan di rumah. So dengan bangga dan rela ia memberikan hadiah untuk temannya.
Sejalan dengan perkembangan usia, ia tak lagi harus diperlakukan demikian.

Demikian ya bunda, membantu anak-anak kita untuk memiliki ketrampilan sosial, mudah berteman dan bergaul dengan sopan santun. Semua bermula dari bagaimana kita melakukannya pada anak kita dan orang-orang di sekitar kita. Sulit menuntut anak untuk gaul dan sopan jika orang tua tak juga melakukannya.

Khusus anda yang punya balita, info menarik di sini.

15 comments:

  1. Pas masih kecil berarti saya bukan termasuk anak gaul Mak, hahaha. Saya itu pemalu. Jangankan menyapa, mengangkat telepon saja takut. Pokoknya sebisa mungkin mendekam di dalam rumah deh. Alhasil saya nggak punya banyak teman.

    Tapi sifat saya yang kayak itu bukan didikan orangtua saya lho. Memang, ortu jarang membawa teman-teman mereka buat berkunjung ke rumah. Tapi adik saya punya banyak teman sedari dia kecil.

    Saya pikir, sifat gaul atau nggak itu memang pembawaan saja pas seseorang masih kecil. Nanti kalau sudah dewasa ya bisa hilang dengan sendirinya kok. Menurut saya, proses pengembangan kepribadian seseorang itu nggak ada sebab-akibat yang pasti. Gimana ya? Mungkin anak bersifat gaul atau tidak itu karena tergantung apakah dia nyaman atau tidak bersikap demikian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih kunjungan dan komennya. Pengalamannya berharga banget buat tambahan wawasan...

      Delete
    2. Alhamdulillah didikan ibu saya membuat saya mudah bergaul, karena sering diajak langsung melihat dunia luar dengan door to door ke rumah pasiennya. Waktu ibu saya sebagai mantri keliling dengan jadwal yang padat.
      Begitu juga ketika berteman. Dari segala kalangan saya mudah bergaul karena kami dari keluarga menengah jadi bisa membaur dengan kalangan mananpun. Apalagi ajaran dari ibu yang begitu membekas, bagaimana bersopan santun dan berempati pada orang lain. Selalu ditanamkan sikap moral yang baik pula. Sayangnya saat ini sulit diterapkan pada anak anak sekarang, Orang tua sekarang harus ekstra perhatian dan telaten menenamkan sikap yang baik kepada buah hatinya.
      Postingannya bagus saya suka mak, salam kenal ya..

      Delete
    3. salam kenal mak Astutiana...senang ya jika bisa merasakan manfaat didikan orang tua.....semoga kita bisa sukses mewariskan sunnah kebaikan untuk buah hati kita dan anak-anak umat islam amiin

      Delete
  2. Semua anakku ga gaul, mak. Kayaknya krn bawaan sih, krn otunya juga pendiam hehehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Subhanallah...namanya rejeki mak, alhamdulillah

      Delete
  3. salam kenal Mak :)
    anakku 3, yang pertama pendiam n lebih suka menyendiri, yang kedua aktif dan senang bersosialisasi, yang ketiga sedang2 saja.
    ternyata punya 3 anak, juga ada 3, karakter ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal mak Ninik...cetakannya sama, didikannya sama, kadang sifat yang muncul beda ya mak. Itu uniknya manusia

      Delete
  4. berarti saya termasuk anak gaul dong Mak.. hehehe... tapi kadang minder jua soalnya sering dikacangin sama yg disapa.. hiks.. akhirnya terbawa sampai sekarang, saya jadi jarang nyapa karna waktu kecil sering dikacangin... :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduuh jangan diterusin ya mak...hihi kan udah tahu teorinya...

      Delete
  5. Tapi kadang punya dua anak prilaku nya jauh berbeda itu kenapa ya mak, yang satu ramah sama siapa aja, satunya pemalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. ada faktor bawaan mak, yang insya allah masih bisa dirubah dengan pembiasaan dan pendidikan.Smg dimudahkan ya mak

      Delete
  6. Orangtua dan anak itu ibarat cermin, ya, Mak. TFS :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak Sary. seringkali anak yang melakukan kekerasan di sekolah, ketika orang tuanya dipanggil, ternyata orang tuanya jauh lebih keras.

      Delete
  7. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete