Monday, April 7, 2014

Menghadirkan Surga dalam Keluarga...Mungkinkah?


Surga, sebuah kata yang menggambarkan kesempurnaan. Tak ada kekhawatiran, tak ada ketakutan, tak ada kecemasan, tak ada rasa sakit, tak ada kecewa, tak ada cemburu, tak ada marah, tak ada dendam, tak ada benci...tak ada semua emosi negatif dan tak ada perilaku negatif.

Semua hanya kebaikan. Semua hanya kata yang mengandung keselamatan, semua berasa nikmat, indah dan menyejukkan.
Gambaran surga bahkan tak terlukiskan dengan kata-kata, tak tergambarkan dengan imajinasi manusia lantaran keterbatasan pengalaman empiris untuk membayangkannya.

Sudahlah, anggap saja gambaran di atas adalah jangkauan imaji kemanusiaan kita.
Lantas mungkinkah hadir surga dalam rumah tangga kita?

Foto dokumentasi pribadi


Seorang teman mengeluh:
“Sejak menikah, belasan tahun, saya tak pernah bahagia. Suami saya sungguh mengecewakan dan saya tak tahu apakah dia mencintai saya...”
“Orang yang sudah menikah tak kan lagi bisa tertawa lepas oleh karena beban kehidupan yang ditanggungnya...”
Hmmm...kurasa itu gambaran sisi rumah tangga yang kurang tepat.

Kehidupan dunia akan selalu dipenuhi manis, getir, asin, pedas, asam bahkan pahit ...pelangi rasa yang menjadikan dunia ini berbeda dengan akhirat. Jika manusia hanya menginginkan manis saja, maka akan banyak rasa kecewa, sakit, marah, gelisah yang dideritanya.

Kunci untuk untuk menjadikan kita menikmati semua rasa hanyalah dua kata: sukur dan sabar. Dua sikap itulah yang mengundang rasa bahagia dan mengundang semua kebaikan. Dua rasa yang mengundang pahala dan pujian Allah sebagai keajaiban seorang mukmin.

Hadist: Ajaib urusan orang mu’min

قالَ رَسُولُ اللهِ: (عَجَبًا لأَمْرِ المؤمنِ إِنَّ أمْرَه كُلَّهُ لهُ خَيرٌ ليسَ ذلكَ لأَحَدٍ إلا للمُؤْمنِ إِنْ أصَابتهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكانتْ خَيرًا لهُ وإنْ أصَابتهُ ضَرَّاءُ صَبرَ فكانتْ خَيرًا لهُ) رواهُ مُسْلِمٌ

“Ajaban li amril mu’min, inna amrahu kullahu lahu khairun Walaisa dzalika li ahadin illa lil mu’min.
In ashabat-hu sarraa-u syakara fakaanat khairan lahu  Wa in ashabat-hu dharra-u shabara fakaanat khairan lahu ” (HR Muslim dari Ibnu Sinan).

Sungguh ajaib dalam urusan orang mukmin! Sesungguhnya setiap urusannya baginya ada kebaikan dan perkara ini tidak berlaku melainkan kepada orang mukmin.  Sekiranya dia diberi dengan sesuatu yang menggembirakan lalu dia bersyukur maka kebaikan baginya.  Dan sekiranya apabila dia ditimpa kesusahan lalu dia bersabar maka kebaikan baginya.

Demikian pula dalam berumah tangga.
Sebelum berumah tangga merdeka untuk kita menelisik calon, memilih diantara calon jodoh. Namun jika sudah memutuskan, terimalah, sukurilah. Jika tidak ada kecocokan, bersabarlah. Karena menurut Cahyadi Takariawan, tugas berumah tangga itu ada 3.

1.     Mencari sebanyak mungkin kecocokan antara suami istri.
2.     Jika bertemu dengan ketidakcocokan, carilah titik temu yang disepakati.
3.     Jika tidak bertemu titik temu, bertoleransilah, terimalah apa adanya.

Sejak semula tak pernah sama antara laki-laki dan perempuan, sehingga dalam berumah tangga selalu dilandasi kesadaran bahwa pastilah akan bertemu dengan banyak ketidakcocokan. Jadi  jangan mengharap akan langsung cocok antar suami istri.

Butuh landasan pemahaman, usaha keras untuk menyesuaikan diri dan meluaskan kesabaran untuk mensikapi perbedaan.
Bukankah kita sebagai diri sendiri saja sering berbeda pendapat , buktinya dengan dilema dalam memutuskan atau inkonsistensi dalam perbuatan.
Apalagi dengan suami atau istri. Sebagai lelaki dan wanita sudah berbeda cara kerja biologis dan psikologis. Terlahir dalam keluarga dan pola didik yang berbeda. Mungkin dari suku atau kultur yang berbeda, pastilah banyak hal yang harus kita kenali dan sesuaikan.

Foto dokumentasi pribadi

Tiga kata kunci hadirkan surga sejak di dunia adalah: Motivasi yang benar dalam berumah tangga, visi yang benar,  dan menemukan pola yang tepat dalam ‘persahabatan’ suami istri. Itulah 3 hal  yang bisa menjadikan rumah tangga kita sebagai surga.

Persahabatan muncul dalam landasan cinta kasih karena Allah, lantas ada kesepakatan yang terucap maupun tidak, disertai dengan toleransi dan kemaafan.... Suami istri berlomba untuk cepat meminta maaf, cepat memaafkan, memutihkan kesalahan pasangan dan tidak mengungkitnya lagi.

Adakah yg cemberut di surga? Apakah yang kusut, bau, berkata atau berperilaku yg tidak baik ?
Ah tentu tidak ada, maka hadirkan surga adalah dengan lakukan dan berikan yang terbaik untuk pasangan. Senyum terbaik, kata terbaik, layanan terbaik, toleransi terbaik dan persahabatan terbaik.

Semua hal itu akan melanggengkan cinta....dan dengan cinta yang berkualitas tinggi, apakah yang tidak bisa diraih? Kebahagiaan pun akan datang menghampiri.


(Materi ini saya sampaikan dalam siaran langsung di Radio IMSA (Indonesian Muslim Society in America ), Senin, 7 April 2014 jam 08.00-10.00 WIB.

9 comments:

  1. perlu dicatet nih bu, bekal buat nanti klo sudah berkeluarga.. thanks for sharing bu :) sgt bermanfaat :)

    ReplyDelete
  2. Ibu, kalau mencari titik temu itu dimana?. Hihihi
    Saling memahami dan mengerti juga ya, Ibu.

    Suasanya nyaman dan aman. Semoga kalak lita mendapat surgaNya ya, Bu.

    ReplyDelete
  3. sebenarnya jika kita bahagia, rasanya surga itu sudah seperti ada di depan kita,,,sedangkan bahagia itu sangat sederhana, saling berbagi, saling tersenyum, dan saling membantu,,,insyallah kita akan bahagia,,,

    ReplyDelete
  4. saya harus belajar banyak dari mbak ida nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. saling belajar ya mak...biar selalu mendaki ke arah yang lebih baik amin

      Delete
  5. Blognya bagus sekali Bu isinya, meskipun saya terlambat baru tahu beberapa hari ini. Sangat inspiratif dan bermanfaat.Terima kasih banyak atas sharingnya. Tulisannya selalu kami nantikan. Salam, Henny

    ReplyDelete