Friday, April 25, 2014

Taman Qur’an Ustadzah Khadijah

Sepenggal kenangan di Masjid Nabawi

Selama mukim di Madinah, inginnya aku setiap hari menyambung sholat ashar hingga isya di Masjid Nabawi. Jika selepas dhuhur dan makan siang, sempat berbaring istirahat barang 30 menit, maka segera aku mandi dan bergegas menuju ke masjid mencari tempat yang nyaman untuk berjama’ah sholat ashar.

Sore itu selepas sholat, aku duduk bertilawah di dekat rak mushaf Al-Qur’an di sisi kiri dalam masjid area perempuan. Lalu datang dan duduklah seorang wanita dan membuka cadarnya. Kemudian seorang nenek dan cucunya yang cantik, berusia sekitar 8 tahun, mengambil meja-meja kecil tempat Al-Qur’an dan mengaturnya melingkar. Aku bertanya dalam hati, apakah akan ada majelis Al-Qur’an.


Tak lama datang seorang wanita muda bercadar dan berkulit hitam menyetorkan Al-Qur’an. Aku melihat dari jarak beberapa shaf jadi tidak mendengar surat apa juz berapa yang persisnya ia baca. Tak berapa lama datang nenek tua berkerudung putih ikut mengambil 1 meja dan memperhatikan prosesi itu. Nenek menolak ketika ditawari untuk memakai Al-Qur’an.

Lalu bertambah lagi, seorang wanita muda, mungkin dari Pakistan. Ia mengambil tempat persis di sisi kiri sang ustadzah, yang kemudian kutahu mursyidah hafidzah itu bernama Khadijah.

Wajahnya ramah, senyumnya manis, kulitnya hitam, parasnya agak menyerupai bintang film kulit hitam pemeran cat woman Halle Berry. Setiap ada yang datang bergabung,  ustadzah melihat dengan ramah, tersenyum sambil terus menyimak setoran hafalan muridnya.

Aku terus memperhatikan dengan seksama setiap prosesnya. Badanku panas dingin karena semangat yang meluap ingin bergabung dalam majelis taman Al-Qur’an tersebut.
Ketika wanita muda dari Pakistan (mungkin) yang kelihatan cerdas dan terpelajar itu mendapat giliran, ternyata ia minta disimak untuk dibetulkan bacaan tajwidnya. Ia memilih surat Al-Baqarah.

Maka aku yakin ia bukanlah murid asli (emang ada yang palsu...?) sang hafidzah. Pastilah ia hanya satu dari pengunjung masjid Nabawi, seperti aku.
Kuberanikan diri  menghampiri dan bergabung mengambil satu meja. Aku sudah membawa Al-Qur’an.

Sang mursyidah tersenyum ramah melihat aku dan  memberikan isyarat surat Al-Baqarah yang dibaca wanita muda itu. Kepada wanita Pakistan itu,  ustadzah menerangkan tentang Idhar, Ikhfa’, dan idghom.  

Ustadzah membuat catatan di secarik kertas kecil dengan menggunakan pensil. Sebelumnya  ustadzah meminta kepada gadis kecil cantik itu untuk mengambilkan kertas dari perpustakaan. Dengan lincah gadis itu meninggalkan juz yang sedang ia hafalkan dan memenuhi permintaan sang ustadzah.

Selesai dengan murid pakistan, ustadzah memberikan giliran kepada murid yang sepertinya dari Afrika, menilik fisik dan penampilannya. Wanita ini minta disimak hafalannya mulai dari surat Al-Mulk hingga al-Hasyr. Ustadzah membaca penggalan ayat dan meminta sang murid untuk melanjutkan membaca. Aku berusaha menyimak. Melihat itu sang ustadzah memberikan isyarat kepadaku setiap berganti surat dan halaman.

Akhirnya sampai giliranku. Ustadzah bertanya apakah aku akan tahfidz atau tahsin. Sebenarnya ustadzah bicara dengan bahasa Arab, tapi aku memahami maksud pertanyaannya demikian. Aku memilih tahsin surat AnNaba’.

Ustadzah meminta sister dari Pakistan itu menyimak bacaanku.  Ustadzah membantu mencarikan posisi surat anNaba’  untuk sister Pakistan itu. Paling tidak ada 3 tempat dari bacaanku yang dibetulkan ustadzah. Ada kho dan  ro’ yang kurang tebal. Usai memberikan catatan kertas kecil untukku,  Ustadzah tersenyum dan mengacungkan jempolnya. Aku senang sekali. Jika tidak melihat antrian panjang para murid yang lain, ingin rasanya aku menambah lagi jatahku.

Subhanallah, Allah berikan kesempatan padaku untuk tahsin bacaan Qur’an pada seorang mursyidah masjid Nabawi, ustadzah Khadijah. Namanya sama dengan putriku yang nomer 2.
Entah kapan kesempatan ini terulang lagi.

Kini giliran gadis kecil cantik. Ia menyetorkan beberapa surat dari juz 28. Wajahnya yang bening polos, sungguh mengingatkanku pada putri-putriku. Ya Allah semoga kelak ada kesempatannya putri-putriku membaca al-Qur’an di masjid Nabawi.
Kemudian giliran disimak adalah nenek di sebelah gadis kecil itu.

Bergabung lagi seorang gadis Arab yang cantik di sebelahku. Ia ikut menyimak dengan al-Qur’anku. Aku tersenyum ramah sebagai ijin bergabungnya di mejaku.

Di kananku, sepertinya murid asli ustadzah Khadijah. Ia membawa al-Qur’an bersampul renda-renda pink dan menyerahkannya pada ustadzah. Ustadzah mengetes hafalannya.

Salah satu hal yang kuperhatikan adalah, jika seseorang lupa kelanjutan hafalannya, ustadzah tidak memancing dengan awal ayat, tapi dengan bacaan terakhir yang disetorkan muridnya, hingga sang murid dapat melanjutkan. Jika murid menyerah...yaaa dilanjutkan lain kali deeh...

Majelis tahfidz al-Qur’an ini menurut Ablah Tsurayya , selalu ada setiap sore di masjid nabawi dibawah bimbingan para hafidzah. Pada musim haji, secara umum libur. Namun para ustdzah tetap hadir dan melayani para hujaj yang ingin belajar tahfidz atau tahsin, sebagaimana forum ustadzah Khadijah ini.

Ablah Tsurayya mengajar sepekan 2x. khusus untuk yang hafalannya sudah mencapai diatas juz 25, dan tinggal merampungkan hingga juz 30. Lalu beliau bertugas memberikan sanad atas bacaannya, tersambung sampai Rasulullah SAW. 

Subhanallah...
Majelis taman qur’an yang sejuk dan menentramkan, semoga aku bisa hadir lagi. Atau bahkan menghadirkannya di masjid atau di rumahku di Indonesia, amin.



Mungkin anda meminati artikel ini.Klik
.

5 comments:

  1. Wah ngikutin cerita masjid nabawinya termasuk ablah tsurayya, mkn ngebet pgn juga ngalamin sendiri. Smoga Allah memanggil sy jg utk berkunjung k sana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amii semoga Ophi bisa segera berkunjung berhaji dan umrah....amiin

      Delete
  2. Subhanallah merinding saya bacanya Bu Haji subhanllah ya allah sampaikan hamba hingga ke Raudah Ya Allah aamiin wah kalo saya udah deg-deg an setengah mati tu dapat jatah setoran hehe , mksih bu ida bikin merinding jelang buka puas...amiin ya Allah moga sampe mekkah

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga segera tercapai, doa orang yang berpuasa insya Allah maqbul...makasih sudah berkunjung

      Delete
  3. Ya Allaaah..merinding ni umi baca kisahnya... semoga Allah Izinkan duduk melingkar dalam majelis qur'an ustadzah khadijah di Masjid nabawi..saat haji atau Umroh .. sampaikan kami.ke Mekkah Ya Allaah aamiin_Dian

    ReplyDelete