Monday, November 3, 2014

Seminar Pendidikan Seks: "Mama, darimana Aku Lahir?"


Dua bulan yang lalu saya menerima email dari sebuah lembaga pendidikan di Solo. Permintaan untuk menjadi nara sumber acara seminar parenting. Tema yang dipilih yang sedang aktual: Pendidikan Seks Sejak Dini.
Yang menarik adalah asal muasal mereka memilih saya sebagai narsum: hasil googling!

Biasanya orang meminta karena kenal saya, kenal suami atau mendapat referensi dari seseorang atau lembaga.ini referensinya dari searching.
Alhamdulillah berkah dari mengupload foto kegiatan di medsos, atau menulis dokumentasi kegiatan di blog, orang dapat mengenali spesialisasi kita.
So, buat rekan-rekan, jangan segan menulis aktivitas yang ditekuni. Insya Allah akan membawa kemanfaatan yang lebih luas.

Suasana Seminar


Sabtu tanggal 1 November 2014 saya menunaikan amanah tersebut di TK -SD Islam Al-Khoir Solo.
Temanya sebagaimana yang saya tuliskan dalam judul di atas.

Sessi pertama sebagai narsum adalah dr. Sigit SpOG. Beliau adalah dokter di RS Hermina Solo dan juga punya klinik sendiri. Yang menarik tagline pak dokter ini : Happy pregnancy, Healthy baby.
Waah setuju banget ya jika semua bisa mendukung ibu hamil untuk bahagia menjalani kehamilannya dan mendukung untuk bayi yang sehat.

Acara dikemas out door hingga terasa panasnya berada dibawah kanopi fiber. Para peserta yang terdiri dari ortu murid dan guru tetap antusias walaupun sebagian memilih menyaksikan dari emperan kelas yang lebih teduh. Dialog berjalan seru dan bernas, sayang tidak semua yang ingin bertanya kebagian waktu.

Seorang bunda dari empat anak menanyakan repotnya menjawab saat tiga anaknya bertanya pada saat yang bersamaan.
Anak pertama laki-laki yang kelas 4 SD bertanya:
"Bunda...bunda itu makan apa sih kok bisa hamil, melahirkan ...hamil lagi..lahiran lagi? Sepertinya yang kita makan sama, kok bunda bisa hamil?"

Anak ke dua laki-laki kelas 2 SD juga bertanya:
"Bunda jangan hamil lagi, aku enggak mau lihat bunda sakit...hamil itu sakit ya bunda?"
Rupanya anak ini melihat bundanya muntah-muntah terus di awal kehamilannya.

Anak ke tiga perempuan baru 5 tahun bertanya:
"Aku juga mau hamil dan punya perut besar seperti bunda...lalu punya bayi sendiri. Gimana caranya biar aku hisa hamil bunda...?"

Begitu ya anak-anak, mereka ingin tahu, juga peduli dan berempati. Sebagai orang tua memang harus bijak saat berdialog dengan anak. Jangan sampai jawaban kita menjadikan mereka trauma, dan berhenti ingin tahu.

Saya menyampaikan tips dalam menjawab pertanyaan anak:

1. Berikan apresiasi jika anak bertanya termasuk tentang tema seksual. Jangan melarang, menghardik atau mengecam anak atau menampakkan ekspresi berlebihan sekalipun pertanyaan mereka sesuatu yang dianggap tabu. Bersyukur anak bertanya kepada kita sebagai ortu, bukan pada orang lain.

2. Berikan jawaban yang sesuai dengan yang dibutuhkan anak, jangan berlebihan. Istilahnya jika anak hanya butuh sesuap, jangan berikan satu centong, apalagi satu bakul. Sampaikan dengan bahasa yang santun dan mudah dimengerti.

3. Jika anda tidak tahu jawabannya, anda dapat menjanjikan untuk menjawab pada kesempatan lain atau esok hari setelah anda mencari referensi lagi. Jangan memberikan jawaban asal-asalan atau berbohong.

4. Ada baiknya anda bertanya balik pada anak tentang maksud pertanyaanya untuk memastikan anda memahami jawaban yang diinginkan anak. Anda juga  dapat bertanya tentang jawaban versi anak untuk mengecek pemahaman anak.


Penulis bersama panitia

Untuk pertanyaan bunda tadi, saya sampaikan bahwa anak-anaknya sungguh cerdas dan kritis, maka ini menjadi pendorong bagi bundanya untuk terus belajar.

Pertanyaan anak pertama, mengapa bunda hamil...?
Jawabnya : Bunda hamil karena bunda sudah menikah atau berkeluarga. Tujuan berkeluarga itu diantara untuk memiliki anak-anak. Makanan bunda harus makanan sehat karena perempuan mendapat tugas mulia untuk mempesiapkan kehamilan, mengandung anak dan menyusui nantinya. Ananda anak laki-laki, maka tidak akan hamil. Yang hamil adalah perempuan, ananda kelak akan jadi ayah. Maka sekarang makan yang sehat agar kelak jadi ayah yang kuat. Sekarang belajar yang rajin agar kelak jadi ayah yang hebat.

Jika ananda tidak bertanya lebih jauh, semoga jawaban itu cukup untuk pertanyaan kali ini.

Adapun pertanyaan kedua, tentang ananda yang khawatir jika bundanya hamil nanti sakit, dan ia tak ingin bundanya sakit dan sedih.

Jawabannya adalah dengan praktek langsung, bunda harus tunjukkan bahwa orang hamil itu bahagia. Sampaikan bahwa jika bunda muntah, lemas dan pusing, itu karena bunda sedang melakukan tugas besar. 
Ibu hamil tetaplah tersenyum dan jangan mengeluh dalam beratnya efek kehamilan, agar anak tidak punya persepsi negatif tentang kehamilan. Ibu hamil yang bahagia akan berefek baik pada dirinya dan kesehatan bayinya. Juga pada anak atau suaminya.

Maka saya juga pesankan kepada para suami untuk menjadi suami siaga membahagiakan istrinya utamanya saat istrinya hamil.
Jika anda sedang sakit, sampaikan pada ananda, setiap orang mungkin sakit, tetapi bunda akan berusaha sehat dengan makan yang sehat, berobat dan istirahat. 

Untuk ananda yang masih 5 tahun dan ingin hamil dan punya bayi seperti bunda, hmm kebetulan memang yang bertanya anak perempuan.Misalnya dijawab dengan kalimat:
"Sayang, kamu kan masih kecil, perutmu belum muat untuk menyimpan adik bayi. Jadi kamu sekarang makan yang banyak, olah raga nanti kamu tumbuh besar seperti bunda. Jika kamu sudah besar, kelak kamu akan siap menikah dan hamil seperti bunda. Sekarang adik bayinya titipkan bunda dulu...besok kalau sudah lahiran, jadi keluarga kita, jadi adikmu juga...".

Jika anak masih saja bertanya, teruskan dialog sesuai bahasa anak-anak.hingga ia merasa cukup.

Bersama Komite Sekolah Al-Khoir Solo
Lantas bagaimana jika ia bertanya:
"Dari mana adik lahir?"
"Adik diciptakan Allah dalam perut bunda..."
"Kok bisa ada dalam perut bunda?"
"Bunda punya sel telur, lalu dibuahi Ayah menjadi embrio adik bayi...."
"Bagaimana Ayah membuahi bisa sampai ke bunda?"
"Dengan sentuhan khusus dan taqdir Allah, maka bunda bisa hamil..."
"Sentuhan khusus?"
"Ya, itu sentuhan orang dewasa suami istri saat tidur bersama, Kelak kamu akan bunda beritahu jika sudah besar...oke, kamu bisa menagih ke bunda ya..."
"Trus keluarnya dari mana?"
" Ada yang melalui operasi cesar, perutnya dibuka dan adiknya dikeluarkan. Tapi sebenarnya Allah berikan jalan lahir di kemaluan perempuan untuk lewatnya adik bayi. Jalan ajaib itu bisa membesar hingga cukup untuk keluar bayi...namanya melahirkan normal."
" Apakah sakit bunda saat melahirkan?"
"Ya ada yang sakit, ada yang enggak. Kalau sakit segera hilang karena bahagia lihat dedek bayi..."
.....
Demikian contoh percakapan. Tidak semuanya tepat untuk anda contoh karena tergantung usia anak anda. Mungkin anak berhenti bertanya dan tidak mengejar pada pertanyaan selajutnya, maka anda tidak harus menerangkan lebih jauh.

Anda dapat menemukan berbagai jawaban sesuai usia anak dan keingintahuan anak. Gunakan buku peraga atau video yang aman untuk ditonton bersama anak. Visualisasi akan memudahkan anda menerangkan kepada anak.

Begitulah yang saya baca dalam berbagai buku referensi tentang pendidikan seks.

Adapun video pendidikan seks pada berbagai tahapan usia dapat disaksikan di sini:
usia 0-7 tahun : http://pondokibu.com/pendidikan-seksual-untuk-anak-usia-0-7-tahun.html
usia 7-14 tahun. :http://pondokibu.com/pendidikan-seksual-anak-usia-7-14-tahun-bagian-1.html

21 comments:

  1. wah keren nih mbak Ida.. ampe Google aja udah kenal hehe.. Harus alon-alon yang penting pesan tersampaikan pada anak ya mbak..?

    saya balik warung lagi deh mbak Ida.. matur nuwun kopinya yak

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih udah mampir pertama. Warung blogger termasuk yang sangat mensuport saya kang. silahkan kembali lain kami ya

      Delete
  2. asyiik ada contekan jawabannnya juga untuk pertanyaan anak-anak, Al sekarang baru sebatas tanya adik-adik sambil megang perut Fenny :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mak Fenny emang Al belum ngeh, ntar kalau dia 4-5 tahun baru akan tanya2. Happy pregnancy ya...

      Delete
  3. Wah. Bagus nih bu sharingnya. Sangat bermanfaat utk saya. Jazakillah ya bu. Berkah blogging memang luar biasa yah. Teruskan menulis dan menyebarkan kebaikan buat sesama yah bu. Ridha di Balikpapan. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Ridga, senang jika tulisan membawa manfaat. Salam dari jogja

      Delete
    2. Iya mbak Ridga, senang jika tulisan membawa manfaat. Salam dari jogja

      Delete
  4. betul sih, saya belum mengalami hal itu
    karena anak saya masih belum 1 tahun
    thanks buat referensinya, mungkin suatu saat anak saya bakal tanya gitu juga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sama2. Kita terus belajar menjafi ortu

      Delete
    2. Iya sama2...kita terus belajae menjafi ortu

      Delete
  5. Masya Allah.... Bunda Idaaa.. makasiii udah bikin tulisan ini...
    Terus terang saya juga sering gelagapan kalo ditanyai banyak hal seputar beginian.
    Alhamdulillah, Bunda udah kasih "FAQ" yang luar biasa membantu :))

    Makasiii Bunda... Semoga Allah limpahkan keberkahan, kesehatan, dan semangat kpd Bunda dan Pak Cah untuk terus menebarkan inspirasi bagi kita semua...

    ReplyDelete
  6. anakku yg ke-2 kalau nanya detail bgt bu....trims sharingannya Bu

    ReplyDelete
  7. sama, Faris juga suka nanya2 dan aku jawab sesederhana mungkin. dia sempat bilang ke adik bayinya, ayoo adik nanti hamil dan melahirkan juga loh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. anak-anak memang polos ya mak. faris pastilah kakak yang baik

      Delete
  8. hampir sama dgn apa yg anak saya tanyakan, usia 4 tahun. Sampai anak saya mengambil kesimpulan, berarti bu kalau adek nanti sudah besar kayak ibu, adek bisa hamil terus punya dedek bayi dong.... :)

    ReplyDelete
  9. nice posting bunda. Jadi referensi klo-klo anak-anak suatu saat nanti bertanya tentang hal tersebut. jazaakillah khair sharingnya :)

    ReplyDelete