Wednesday, December 3, 2014

Rumah Tanpa Pagar Mengundang Rampok?


GA yang diadakan on NhHer dari blog The Ordinary Trainer ini sungguh menarik. Saya jadi termotivasi menengok-nengok tulisan sendiri. 


Ternyata selama sekitar setahun saya telah menulis 234 artikel untuk blog yang ini. Isinya macam-macam, namanya juga blog gado-gado. Jujur tentu saja tidak semua artikel memuaskan saya.

Ada tulisan yang disukai banyak orang dan mendongkrak kunjungan, ada juga yang tak terlalu dilirik. Prinsip saya menulis memang tak harus selalu mengikuti selera. Biasanya menuruti kata hati dan kata pikiran.

Untuk artikel yang paling berkesan, saya memilih tulisan tentang: Rumah Tanpa Pagar danWinnie Mandela yang saya post pada 7 Agustus 2014.

Mengapa? Iya mengapa?
Kasih tahu enggak ya....#halah.





Dulu saya menuliskannya karena banyak orang bertanya mengapa rumah kami tidak berpagar. Saya capek juga menerangkan alasannya. 

Tidak berpagar ini ada cerita dibaliknya yang mengandung filosofi. Saya pernah membaca biografi Winnie Mandela. Bagian menarik diantaranya episode kehidupan Winnie di Pengasingan. Seperti apa, tengokin ya di postingan ini.

Tulisan itu ternyata cukup diminati dan membuat saya tergoda untuk membuat serial tentang rumah. Pengalaman pribadi tentang suka duka mendapatkan rumah impian ini ternyata diminati juga.

Sayangnya ini memicu protes suamiku lantaran ada satu situs terkenal yang memuat ulang tulisan saya dengan judul yang dirubah dan mengundang kontroversi. Saya sampai menarik sementara tulisan serial rumah untuk berdamai dengan suami haha...padahal enggak bertengkar juga. Hanya saja suamiku sampai kepikiran menjual rumah kami...oo tidak!
Setelah situasi aman saya posting lagi....hehe.

Alasan terakhir ini yang heboh. Rumah tanpa pagar itu kerampokan.

Apakah karena postinganku lantas kami kerampokan?
Muncul juga pertanyaan itu. Sayangnya saya tidak jua menemukan jawabannya karena sampai sekarang perampoknya belum tertangkap. Tapi apa iya perampoknya melek teknologi dan penggemar blog-ku....

Peristiwa perampokan dan pencurian itu sempat memunculkan diskusi tentang perlu tidaknya pagar untuk rumah kami. Dan kesimpulan sementara rumah kami tetap tidak berpagar...

Saya menulisnya di tempat favorit yakni di ruang tengah. Disitulah saya biasa me time ngeblog pakai PC saat anak sekolah. Maklum sekarang saya ini pensiunan yang enggak kerja keluar rumah.

Membuatnya pun nggak pakai lama. Standar saja satu atau dua jam karena memang bahannya mengalir saja tanpa perlu dikonsep. Demikian pula serial rumah selanjutnya hanya saya kerjakan tiap malam dalam waktu yang tidak lama.

O ya saya sengaja mengaitkan dengan Winnie Mandela dan membuat link hidup dengan postingan tentang Winnie di Wikipedia maupun biografi Winnie...barangkali bisa membuat orang lebih tertarik untuk berkunjung.

Kalau menilai tulisan sendiri... mungkin orang lain yang bisa melihat kekurangannya sekalipun saya sudah berusaha menyajikan yang terbaik. Hanya saja kadang memiliki kekhawatiran bahwa tulisan itu memberi kesan pamer, padahal tentu tak ada niat sedikitpun. Saya berlindung kepada Allah dari sifat pamer.

Harapan saya setiap tulisan menjadi pengingat bagi diri saya sendiri dan memberi inspirasi kemanfaatan bagi orang lain. Amiin.

Btw menang enggak menang saya senang mengikuti lomba ini. Makasih yang Om NhHer.




9 comments:

  1. Turut berduka ya mbak, rumahnya pernah kerampokan, membaca cerita tentang kerampokannya sungguh menegangkan...

    ReplyDelete
  2. Rumah bu Ida memang nyaman dan menginspirasi. Senang pernah berkunjung langsung. Mendengar berita tentang kerampokan, saya turut berempati, semoga Allah swt menggantinya yang lebih baik. Aamiin.

    Rumah saya di Mataram tanpa pagar dan pernah kemalingan. Bukan berarti tidak aman meski ada satpam. Kalau kata bang napi: kejahatan itu datang karena ada kesempatan. Waspadalah!

    Sehat selalu bu Ida.. salam dari Mataram.

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kembali dan silahkan mampir kembali. saya juga pengin mengunjungi mataram (lagi)

      Delete
  3. Artikelnya sangat inspiratif,dlm waktu dekat saya akan menulis artikel berjudul "rumah tanpa pintu,tembok,jendela,dan genting :)

    ReplyDelete
  4. Saya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
    Terima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
    Semoga sukses

    Salam saya
    #17

    ReplyDelete
  5. Postingan Bunda Nurlaila ini mengingatkan saya pada tetangga di perumahan sebelah. Hanya saya pendam saja, kekuatiran yang saya rasa mengingat rumah super Waah (baca :: kaya) milik pengacara kondang, hehee tanpa ada security plus pintu gerbang. Salam sukses untuk GAnya ya, Bund :)

    ReplyDelete