Wednesday, May 16, 2012

Inspirasi 6 : Perhatian Ibu


Oleh : Ida Nur Laila

Saat kehamilan pertamaku melewati bulan ke 7, aku merasakan perhatian yang luar biasa dari ibuku dan mertuaku. Ibu mertuaku datang menengok dengan membawa sekeranjang pakaian dan peralatan bayi. Ada popok, gurita bayi, baju, selimut, setagen, jarik gendong, kain bedong, dan bedak bayi serta minyak telon. Bahkan bantal dan guling bayi.
“ Ini untuk modal, nanti kalau melahirkan...” kata ibu mertuaku.
“ Terima kasih eyang...”, jawabku senang. Aku belum berfikir untuk membelinya, toh masih bulan ke tujuh.
“ Jika sudah masuk bulan ketujuh, bayi bisa lahir kapan saja. Kita memang berharap agar jabang bayi lahir setelah sembilan bulan sepuluh hari. Namun jika kita sudah punya persiapannya, akan menjadi lebih tenang...” terang ibu mertuaku.

Hmm memang kita selalu berfikir bahwa anak akan lahir pada saatnya, ibu mertuaku yang telah berpengalaman, memngajariku untuk sedia payung sebelum hujan.
Bahkan setelah mendekati HPL, ibu mertuaku datang lagi dan menginap di rumahku untuk memastikan keadaanku baik-baik sja. Kebetulan suamiku sedang ada tugas sehingga tidak pulang malam itu. Memang aku tahu, ia berpamitan pergi sampai ahad siang. Saat itu belum ada HP, jadi tidak bisa mengabari bahwa ibunya telah datang menengok.
Hari itu sebenarnya ibu mertuaku hanya datang untuk menengok, namun mengetahui bahwa aku hanya tinggal sendirian di rumah lantaran suamiku pergi menginap, ibu mertua mengundurkan kepulangannya. Jadilah beliau menginap di rumah kami. Padahal bagiku biasa saja menjalani semua itu. Namun baginya seolah situasinya gawat.
Malam itu berlalu biasa saja. Tidak ada kegawatan yang terjadi seperti dikhawatirkan oleh mertuaku. Kami tidur berdua. Ibu banyak bercerita dan memberi nasehat seputar kehamilan dan persalinan. Paginya kami berbelanja berdua dan memasak bersama.
Sepertinya ibu mertuaku tidak berkenan dengan kepergian suamiku yang ‘sekedar’ mengantarkan  murid pengajiannya berkemah di pantai. Maka siang itu ibu mertuaku menunggui suamiku datang,  sebelum berpamitan untuk pulang.
“ Istri hamil tua, sudah mau lahiran, jangan ditinggal pergi, apalagi sampai menginap...!” tegurnya.
“Bayangkan jika tiba-tiba tengah malam bayinya mau lahir...siapa yang akan mengurusi, jauh dari orang tua dan sanak saudara...”
Aku merasa tidak enak lantaran suamiku ditegur ibunya. Aku tidak pernah mengadukannya, namun itulah respon ibu mertuaku. Semua itu karena perhatian dan kasih sayangnya kepada kami. Betapa bahagianya aku mendapat perhatian  dan kasih sayang dari ibu mertuaku.
Suamiku meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi....

No comments:

Post a Comment