Wednesday, September 25, 2013

KASIH IBU SEPANJANG JALAN


Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Lagu itu sangat indah menurutku. Cocok menggambarkan kasih sayang ibuku padaku.  Kuceritakan ya tentang ibuku.
Nama ibuku Lasmiati, itu adalah nama pemberian kakekku. Ibu adalah anak ke dua dari lima bersaudara. Masa kecil hingga sekolah dan menikah, ibu tinggal menjadi anak asuh mbah Bun yang sebenarnya adalah kakak sepupunya. Mbah bun tak punya anak perempuan, hanya dua anak laki-laki,  jadi ibu memiliki 2 adik laki-laki dari ibu angkatnya.
Ibu  lahir pada tanggal 13  Agustus 1945. Tanggal lahir ibu ada 2, aku sendiri tidak tahu asal-muasalnya. Namun mungkin begitulah pada masa dahulu, administrasi kurang bagus, dimana situasi keamanan masih belum stabil.
Ibu bersekolah SD di Slahung, kota kecamatan tempat tinggal ibu. Lalu sekolah SMP di SMP Muhamadiyah Ponorogo. Setelah lulus SMP, ibu menikah dengan ayahku dan diboyong ke jogjakarta. Saat itu ayahku sedang menempuh kuluah S1 di IAIN Jogjakarta. Sekarang kampus itu telah berganti nama menjadi UIN.
Kehidupan yang berat telah dilalui ibu sejak kecil. Ibu angkatnya adalah seorang pedagang kelontong yang sangat ulet. Maka ibukupun harus bekerja keras disetiap hari disela-sela waktu sekolahnya. Juga mengasuh dua adik angkatnya.
Setelah menikah dengan bapak yang masih mahasiswa, ibu membuka warung kelontong kecil untuk penghidupan rumah tangga barunya. Bapak tinggal di Jogja cukup lama, hingga ibu melahirkan empat anak dan dua kali keguguran. Saat itu bapak tugas belajar. Jadi mendapat beasiswa. Akibat kuliah sambil berkeluarga, bapak studi menempuh dalam waktu yang cukup lama. Bapak ibu dikarunia 4 anak, aku adalah anak kedua. Kakakku perempuan dan dua adikku laki-laki.
Aneka cobaan hidup pernah dialami ibu. Saat hamil anak pertama, atau kakakku, ibu mengalami kecelakaan. Akibatnya kakinya patah di paha, giginya rompol tujuh dan rahangnya bergeser sendinya. Ibu melahirkan anak pertama dalam keadaan masih opname akibat kecelakaan. Hingga kini, dampak dari kecelakaan tersebut masih terasa. Ibu menjadi mudah pusing sepanjang hidupnya, dan menderita sinusitis. Kakinya juga terasa nyeri jika berjalan lama atau naik tangga. Dalam keadaan demikian, ibuku tetap pekerja keras. Ketika kami pindah ke Wonogiri setelah penempatan bapak, ibu membuka lagi warung kelontong.
Rumah kontrakan orang tuaku pernah terbakar. Aku tidak bisa mengingatnya, karena aku masih terlalu kecil. Ibu pernah mengalami saat-saat sulit mendampingi kakakku yang sering sakit. Pernah jatuh dan patah tangannya. Sepertinya semua jenis mushibah pernah dialaminya.
Terakhir selama sekitar 5 bulan, ibu mendampingi bapak yang terkena kanker mesenterium pada masa pensiunnya. Bapak harus dirawat di rumah sakit, dan ibu selalu setia mendampingi, tak pernah semalampun ibu meninggalkan bapak. Ibu selalu tidur di RS, disamping bapak.
Setelah bapak meninggal, ibu berjuang menyekolahkan dua adikku yang belum lulus S1. Kami bahu membahu mencari biaya pendidikan yang tidak sedikit.
Sekarang ibu memilih tinggal bersamaku. Inilah rejeki bagiku, dan anak-anakku. Ibu masih giat beraktifitas dan jarang mengeluh walaupun kadang tengah menderita sakit.Ibu membantuku mengelola rumah daat aku harus keluar kota. Ibu sangat menyayangi anak-anakku  bahkan tanpa syarat.
Semoga Allah menerima semua amal ibadah ibuku. Semoga Allah menjadikan kami anak yang berbakti kepada orang tua.

No comments:

Post a Comment