Wednesday, October 9, 2013

catatan perjalanan ke Sidoarjo

Diary  Perjalanan

Ahad, 4 maret 2012.
Hari ini kumulai dengan gembira dan baik-baik saja. Aku terbangun jam 3 pagi, mandi dan bersiap-siap.
Sempat ada kejadian tak terduga, seekor ular sawah kecil tersesat masuk dapur dan bertengger di rak gelas. Ular itupun dibunuh oleh karyawanku.
Jam 04.15 kami berangkat menembus dingin pagi. Sejak kemarin sore kami telah persiapkan keberangkatan ini. Adapun rencana kepergian ini sudah fix sejak sebulan yang lalu. Sidoarjo, tujuan kami hari ini.
Sengaja memang kami berangkat pagi dan pulang malam hari itu juga, karena pada hari sabtu sore masih ada aktivitas kajian permata di rumah.
Sejak Sabtu anak-anak sudah dipesan untuk membantu mengawasi adiknya selama kami tinggal pergi. Semoga semua berjalan lancar.
Bandara selepas subuh sudah mulai sibuk. Kami check in dengan lancar. Menunggu sebentar di lounge, segera ada panggilan, kamipun menaiki pesawat.
Menikmati pagi di bandara, bahkan aku sempat membuat puisi yang indah, menurutku. Aku terpesona pada warna pagi pemandangan sekitar Bandara. Kumanjakan mataku sebelum menjejakkan kaki di tangga. Kucoba menangkap segala keindahan dengan kamera. Namun aku tidak yakin akan hasilnya. Kamera memiliki keterbatasan untuk merangkum semua keindahan. Maka  kutulis puisi dalam pesawat dibalik kertas seadanya yang kumiliki. Aku meminjam pulpen suamiku. Memang saat jiwa ingin berkata-kata, tak dapat kita tunda untuk menuangkannya.
Inilah puisiku selengkapnya :

warna pagi Bandara
Warna pagi, dari Bandara Adisucipto
05.45.14.03.2012

Nuansa putih kehijauan
Kabut tipis mengambang
Di wajah rerumputan

Mozaik abu-abu
Silhuet pepohonan berlatar
di batas pandang
Mengukir elok rupawan

Diatas kabut
Pegunungan menjaga
Keheningan pagi

Sinar kuning mentari
Menyapa malu-malu
Merona awan-awan
Kelabu semburat
Lembayung

Pagi di bandara Adisucipto
Anugerah keindahan
Memanjakan mata

Nirwana dunia
Tak  mampu terlukis kuas pelukis
Ataupun Lensa kamera
tak sanggup
tak sanggup
Menangkap semua keindahan

Apalagi hanya
sepotong puisi
tak mampu merangkum selaksa ekspresi

tak perlu lagi kata-kata
kecuali sepenggal
dzikr untuk Nya
Subhanallah...!

Jogjakarta, 04.03.12
(saat perjalanan menuju acara DKS Sidoarjo,
Sebelum naik wings air,
aku terpana dengan sajian alam,
mencoba memotret,
namun gagal merangkum semua,
maka kutuang bait-bait
mewakili warga pagi hatiku)

Penulis bersama bu Andi 

Pesawat wing air kecil berbaling-baling. Penumpang hanya sekitar 80 orang, sebagian besar kursi terisi. Bahkan nyaris tak ada kursi kosong.
Sebenarnya enak juga naik pesawat kecil, pemandangan di bawah terlihat sangat jelas. Bahkan aku bisa memperkirakan kota-kota yang kami lewati, entah tepat atau tidak.
Singkat cerita, kami pun mendarat tepat pukul 07.00.
Alhamdulillah di bandara Djuanda kami mendapat  sambutan yang hangat dari bu Andi dan pak Taufiq, bu Atin dan suaminya, serta pak Budi dan istrinya. Bu andi mengingatkanku bahwa kami pernah bertemu di Aceh, bahkan beliau dan suaminya yang mengantar jemput kami selama kami di Aceh. Mula-mula bagiku agak sukar memanggil ingatan kunjungan kami ke Aceh pasca tsunami. Namun setelah melihat pak Taufiq, aku jadi ingat bagaimana perjalanan kami dengan mobil sahabat anak, sumbangan dari DPP. Pak Taufiq yang menyetir dan selalu memakai gigi 2 , walaupun mobil baru mulai berjalan atau sudah kenceng jalannya...
Kami sempatkan mampir sarapan pagi di rumah makan Ayam goreng Kalasan. Sekalipun namanya ayam goreng Kalasan, namun menu yang ditawarkan beragam. Ada menu Suroboyo seperti sop buntut dan rawon. Ada nasi pecel Madiun dan ada juga menu standar seperti soto. Tentu ada ayam goreng Kalasan sesuai brand RMnya.
Sarapan yang lumayan, kamipun melanjutkan perjalanan menuju lokasi. Melalui jalan tol, alhamdulillah sekitar 30 menit sudah sampai di lokasi acara.
Ada spanduk ungu Salima terbentang di parkiran menuju tangga naik ke lantai dua tempat acara berlangsung. Adapun background acara walaupun berwarna ungu nuansa salima, namun spanduk peyelenggara menjadi yayasan Manarul Ilmi dan LMI... yah sama saja. Yang penting acara berjalan baik dan memberi kemanfaatan.
Gedung yang indah ini lumayan penuh peserta. Kader, suami istri, duduk berpasangan. Ada beberapa kali penampilan anak kader membuka dan menyelingi acara dengan tilawah, puisi dan lagu. Sungguh anak-anak yang menjadi harapan masa depan.
Aku sungguh menikmati acara ini, bahkan sempat membuat puisi.

Sekeranjang buah di atas meja di hadapanku

Sekeranjang buah
Dalam acara training keluarga
Di Sidoarjo
Hanya sekeranjang

Tapi lihatlah
Warna warni macamnya
Ada sebutir buah peer
Kuning ranum
Sebutir hijau apel malang
Manis segar
Dua kuning pisang cavendis
Gurih lezat
Dua ungu tua buah manggis
Manis masam
tiga oranye jeruk mandarin
manis asam segar
empat coklat salak
manis sepat
lima butir krem duku palembang
manis
enam butir coklat muda kelengkeng
super manis
Segerombol merah anggur
Mak nyus
Sembilan macam rasa
Dalam satu keranjang
Tak ada yang sama

Melihat saja
Aku bisa membayangkan rasanya
Manis asam gurih segar
Karunia Allah
Nikmat mata memandang bentuk warnanya
Nikmat lidah mencecap  kekayaan rasa
Nikmat proses mengupasnya
Nikmat sehat melahapnya
Semua nikmat
Dalam satu keranjang saja
Keranjang plastik hijau muda
Di sebuah meja
Yang disediakan panitia

( Dks sidoarjo,ahad 6 maret 2012) 

***  
Peserta DKS
Acara mengalir dengan lancar. Peserta nampak menikmati dan kami pun menikmati. Semula kami ingin mampir ke beberapa tempat seperti sentra kerajinan, lumpur Lapindo dan silaturahmi ke rumah saudara,  tapi kami urungkan lantaran kami khawatir tertinggal pesawat.
Acara selesai menjelang jam 16.00. Setelah foto-foto dan berbagai aktivitas lain,  kamipun bergegas menuju bandara yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan. Alhamdulillah, sekalipun perjalanan kadang macet, kami segera check in untuk penerbangan jam 19.00.
Menanti 2 jam, kami sempatkan berjalan-jalan di area bandara. Makan dan minum serta sholat, barulah kami menunggu untuk boarding. Tunggu punya tunggu, tidak juga ada pemberitahuan kami akan segera boarding. Semua penumpang gelisah. Hingga 1 jam terlambat, belum ada kejelasan.
Sekitar jam 20.15, tiba-tiba ada perintah untuk boarding, kamipun bergegas menuju pesawat yang ditunggu-tunggu. Setelah pemeriksaan tiket, kami masuk lorong, kirain dari belalai langsung ke pesawat; ternyata tidak. Kami harus turun dan tetep berjalan menuju bus yang mengangkut kami ke pesawat.
Pesawat WINGS AIR itu Nampak sedikit aneh menurutku. Suara mesinnya sangat keras. kami bahkan  harus berlari dan bergegas saat menaiki tangga. Asap  knalpot menderu-deru dan sangat panas bau khas pembakaran yang tidak sempurna.
Sejak naik pesawat, terasa ketidaknyamanan yang tak dapat kudefinisikan. Namun karena badan lelah, aku segera tidur tanpa menunggu pesawat take off. Toh tak kan ada pramugari yang membangunkanku untuk menawari makanan, minuman ataupun sekedar permen.
Baru beberapa saat terlelap, aku terbangun oleh kegaduhan. Kok cepat sekali pesawat ini sudah mendarat. Apakah aku tertidur begitu lelap?
“Selamat datang di bandara Internasional Djuanda, Surabaya….bla…bla…”
Lho ?
“Abi, apa pramugari gak salah ngomong tuh? Kok kita di Surabaya lagi? “ tanyaku pada suamiku.
Aku sungguh bingung karena barusan terbangun dengan posisi kaget. Kulihat di luar, cahaya yang berlarian makin membuatku bingung. Apa kami mendarat darurat di jalan raya….?
“Memang kita kembali ke Surabaya…”
“Kenapa ?”
“Ada alasan teknis katanya…”
Aku bersungut-sungut. Beberapa orang bercanda mengejek para kru pesawat.
“Selamat datang kembali di Bandara Internasional Djuanda…. dari Djuanda ke Djuanda… hahaha…”
“Ha…ha…ha…”
Banyak penumpang yang sibuk menelepon keluarganya, suaminya, istrinya, anaknya, pakdenya, orang tuanya, untuk mengabarkan peristiwa itu.  Aku tidak menelepon siapapun lantaran suamiku sudah meng-sms supir yang akan menjemput kami. Setelah semua keramaian telepon di atas pesawat yang turun dengan terpaksa, kami dipersilakan turun. Aku pun turun tanpa berkomentar.
Kami kembali ke ruang tunggu dengan tanda tanya besar : kapan kami akan diterbangkan ke Jogjakarta. Terdengar kegaduhan para penumpang dengan petugas maskapai .
“Bagaimana ini mbak? Apa tidak ada pesawat lain? “
 “Apa kami minta kembali saja uang kami ?”
“Huh kalau kita yang telat, tiket hangus. Kalau pesawat delay dan gak jadi terbang, mana ganti ruginya?”
Berbagai ungkapan kejengkelan orang-orang yang lelah dan emosional. Aku duduk saja, lesu, mengantuk dan lapar. Tak ada penjelasan resmi kecuali alasan kerusakan teknis. Para penumpang membuat analisa dan kesimpulan sendiri. Bagiku lebih baik kami kembali dan tidak jadi terbang dan kembali pulang daripada terbang dan entah apa yang akan terjadi.
Kami mendapat snack untuk kompensasi penundaan.
Aku pamit ke toilet lantaran tidak jelas kapan kami akan  terbang .
Ternyata tidak lama kemudian, kami sudah diminta boarding. Kamipun bergegas menuju ke pesawat dan memasuki pesawat WINGS. Hatiku dag-dig-dug. Apakah ini pesawat yang sama atau pesawat lain….?
Alhamdulillah ternyata pesawat lain. Jadi semoga tidak terulang kegagalan penerbangan.
Semua prosedur dijalankan, kami naik. Pintu ditutup, Pramugari memperagakan prosedur keselamatan. Pesawat perlahan bergerak menuju landasan. Dengan doa dan dzikir panjang, pesawat take off. Walaupun kesulitan, aku segera berusaha tidur lagi dan menganggap tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Alhamdulillah, setelah semua itu, satu jam kemudian, kami mendarat di Bandara Adisucipto. Tepat jam 22.00. Mestinya kami telah mendarat tadi jam 20.00.
Perjalanan yang cukup panjang untuk Jogja- Surabaya.
Dan tentu tak terlupakan.
 
***
Sekarang ketika mendengar tragedi penerbangan, aku teringat kembali pengalaman itu. Pengalaman dekat dengan maut saat sedang di udara.
Tapi dimanapun jika memang telah menjadi taqdir ajal tiba, maka kematian pasti datang menjemput kita.
Saat itu, pilot memilih taqdir yang lain, kembali ke Djuanda, dan kami semua selamat. Alhamdulillah.
Inilah perjalanan yang kumulai dengan kegembiraan, dan pulang dengan berbagai perasaan.




No comments:

Post a Comment