Friday, October 11, 2013

MERAWAT PINJAMAN


Duluuu saya pernah menulis tentang rekam jejak. Beberapa waktu yang lalu ada hal-hal yang membuat saya ingin menuliskan lagi.
Suatu ketika saya berpesan pada karyawan saya, bahwa ruang pertemuan ( alias garasi) kami, akan dipakai untuk suatu acara, dengan panitia ibu x.
Berhubung saya sedang pergi keluar kota, maka saya minta karyawan tersebut untuk menyiapkan tempat.
Ternyata pada waktu yang ditentukan, orang yang saya beri pesan sedang tidak di rumah.Jadi panitia menghubungi seorang karyawan lain.
Esoknya saya mendapat laporan dari karyawan tersebut :
" Bu, kemarin ibu x datang hendak meminjam tempat, katanya sudah ijin sama ibu, jadi saya bukakan saja. tapi saya gak mau membantu menyiapkan tikar dan meja. Jadi dia menyapu dan mempersiapkan sendiri...."
" Kenapa pak, kok tidak mau membantu ?"
" Habis ibu x ini orangnya pelit, waktu saya disuruh nukang di rumahnya, tidak pernah memberi saya minum. Jadi saya kehausan dan harus keluar beli minum sendiri..."
OOO...begitu rupanya. Aku tidak menegurnya karena situasinya tidak tepat.
" Gak papa pak, makasih sudah dibukakan pintu. Memang sudah ada kok panitia seksi tempat acara..."
Jawabku ringan saja.

Namun peristiwa itu membuat aku ingat pada kisah lain.
Kami biasa meminjamkan mobil yang ada di rumah. Toh beberapa mobil itu juga bukan punya kami. Hanya titipan orang-orang baik yang kebanyakan mobil dan ingin mobilnya lebih memiliki kemanfaatan pada dakwah. Kami bahkan menawarkan peminjaman gratis untuk kalangan sendiri.
Karena seringnya kami pergi keluar kota, maka urusan pijam meminjam kadangkala kami serahkan pada driver untuk kemudahan teknisnya.
Disinilah masalahnya..
Suatu ketika, seorang kawan meminta ijin untuk meminjam selama beberapa hari dan sudah kami sepakati. Namun saat kami pulang dari luar kota, mobil tersebut masih nongkrong di garasi. Maka kami tanyakan pada driver, mengapa rekan kami tidak jadi pinjam.
" Lha dia minta saya antar ke rumahnya bu, katanya karena dia kesulitan teknis. Saya bilang, kalau mau pinjam ya ambil sendiri ki rumah...dia bilang tidak bisa ambil, jadi tidak jadi pinjam..."
" Kenapa tidak diantar ke rumahnya pak ? "
" Habis waktu dia minta tolong itu, saya sedang kerja bakti. Kalau saya tidak berangkat kerja bakti, saya akan didenda Rp. 50.000. Begitu kesepakatan kampung. Sementara orang yang pinjam ini pelit sekali bu. Mana mungkin dia akan membayar denda saya. Uang parkir saja  dia habiskan, tidak pernah dia ganti. Kalau dipulangkan, mobil pasti dalam keadaan yang sangat kotor dan bensinnya kosong blong..."
Speechless deh. Aku mau ngomong apa. Driver ini sangat menyayangi mobil, bahkan lebih dari ketaatanya padaku. Tiap hari ia yang mencuci dan mengelus-elus mobilku. Jadi ia tidak terima jika ada orang yang berlaku kurang baik pada si mobil.
Bagiku tidak apa-apa orang pinjam kendaraan dan pulang dalam keadaan kotor, nanti bisa kucucikan ke tukang cuci. Karena kadang memang betul-betul kotor, bau muntahan, ompol  dan sebagainya. Kalau bensin kosong blong padahal saat dipinjam berisi penuh, Allah yang akan memampukan kami untuk mengisinya kembali. Kalau pulang salah satu barang ada yang hilang seperti spion, atau tutup velg, atau bahkan pernah logo asli, Allah juga yang akan memampukan kami untuk mengganti. Termasuk jika persediaan uang parkir habis. Sebagian orang yang meminjam mungkin betul-betul tidak punya uang untuk mengganti semua itu.
Namun driverku tidak terima dengan semua itu. Jadi dia cenderung mempersulit jika ada peminjam yang rekam jejak peminjamannya kurang bagus.
" Bapak yang itu, kalau memulangkan mobil, pasti ada yang rusak bu..." katanya memberikan laporan padaku.
Di satu sisi alhamdulillah, bersyukur aku punya karyawan yang teliti, bertanggung jawab dan mencintai amanahnya. Namun di sisi yang lain, aku sedikit menyesali beberapa rekan yang kurang merawat saat meminjam sesuatu.
Toh kalau kemudian dia kesulitan untuk meminjam lagi, itu adalah hasil dari perbuatannya sendiri.

Aku jadi ingat saat di sebuah kota, ada training untuk keluarga yang pakai acara menginap di villa.
Banyak peserta yang membawa anak. Namanya anak orang banyak, yang terjadi adalah betapa berantakannya vila tersebut. kamar mandi menjadi sangat jorok. tempat sampah apalagi, banyak pampers kotor yang memenuhi sampah tanpa dibungkus atau dibersoihkan dari babnya. Tanaman bunga juga ada yang rusak. Tak lupa beberapa coretan di dinding hasil lukisan anak-anak yang lalai diawasi oleh orang tuanya.
Si pemilik villa menyumpahi bahwa dia tidak akan mengijinkan lagi orang-orang tersebut meminjam vilanya....

Memelihara fasilitas umum, atau barang pinjaman, kadang lalai dilakukan. Yang terjadi adalah merugikan diri sendiri. Yakinlah itu.
Demikian pula semua harta dan rizki yang Allah karuniakan pada kita, sebenarnya adalah barang titipan yang harus kita rawat dan gunakan sebagaimana mestinya.
Pinjaman itu berupa badan atau fisik kita, ruhani kita, jiwa kita, mental kita, harta kita, anak-anak bahkan ilmu yang kita miliki. Juga jabatan, tanggung jawab dan  kepercayaan yang diberikan kepada kita. Memelihara pinjaman, bukan hanya sesuatu yang kita pinjam dari orang lain, melainkan yang dari Allah juga.
Jadi mari kita rawat semua itu sebagaimana mestinya. Tak akan merugi, insya Allah akan ditambahkan lagi karena merawat adalah bentuk kesyukuran kita.
Rekam jejak kesyukuran kita adalah merawat semua yang sedang bersama kita dan di tangan kita.

1 comment:

  1. Apakah Anda membutuhkan pinjaman jika ya maka hubungi kami sekarang melalui email: am.credito@blumail.org

    ReplyDelete