Saturday, October 19, 2013

MERTUA


Mertuaku sayang
Diantara pemicu konflik suami istri adalah persoalan dengan keluarga besar.
Awal Ramadhan kemarin,  seorang teman mengeluh bahwa ia terpaksa membawa tiga anaknya sambil kuliah S2 jauh dari suami lantaran adanya konflik ibunya dengan suaminya. Pada mulanya ibu muda ini hanya akan kuliah sambil mengasuh bayi yang baru dilahirkannya. Dua anaknya yang usia SD dan TK dalam asuhan suaminya. Namun karena persoalan itulah maka tiba-tiba ia harus membawa seluruh anaknya.
Tak tega aku melihat bagaimana ia jumpalitan mencarikan pindahan sekolah untuk anaknya dan juga mencari kontrakan.
Itu baru satu kasus, beberapa yang lain adalah kisah konflik menantu perempuan dengan ibu mertuanya.
baktiku untukkmu

Setiap kali aku mendapat keluhan dan pertanyaan tentang masalah ini, aku memulai dengan mengajak untuk melihat pada sisi yang lain.
Menurutku, semestinya para menantu memulai hubungan dengan berterimakasih pada para mertua. Karena jasa merekalah kita memiliki suami. Kita tak pernah membesarkan suami kita, mendidik apalagi menyekolahkan. Saat menikah, kita dapati suami dalam kedewasaan dan kemampuan finansial, nyaris tanpa campur tangan kita.  Air susu, air mata dan darah ibu mertua menyertai keberadaan suami kita. Tak terbayangkan jasa para mertua.
Demikian pula suami kita, hendaknya memulai hubungan dengan orang tua kita dengan rasa terimakasih atas semua jasa mereka.
Tak ada mertua yang sempurna, demikian pula tak ada menantu yang sempurna. Maka kemaafan atas salah dan khilaf satu sama lain menjadi keniscayaan untuk saling menautkan cinta.
***
Sakit demi sakit

Tiap kali  kupandang tubuh renta mertuaku, dan keriput di wajahnya, yang ada hanyalah rasa haru dan belas kasih yang memenuhi hatiku.
Kemudaannya telah dikorbankan untuk delapan putra-putrinya termasuk suamiku. Masa mudanya adalah perjuangan membesarkan anak-anak . Kerja keras untuk membekali anak-anak dengan pendidikan terbaik.
Setiap guratan di wajahnya seolah prasasti atas jatuh bangunnya melakoni garis hidup.
Kini saat usianya mendekati 80, berbagai penyakit menjadi teman sehari hari. Sesak nafas, batuk, darah tinggi, jantung, maag dan keropos tulang di seluruh tubuhnya adalah ‘jejak’ dari perjuangannya.
bersama para menantu
Tak ada bagiku kekurangannya.
Tiap kali kulihat kebaikan suamiku, selalu kuingat, ada andil mertuaku di sana.
Tiap kali kulihat limpahan rizki Allah kepada kami, selalu kuanggap ada saham mertuaku di sana.
Jika sesekali beliau menegurku, tak lain didasari kecintaannya pada kami.
Jika sesekali beliau menginginkan sesuatu dariku, aku merasa tersanjung lantaran memiliki arti bagi mertuaku. Apa yang kukorbankan tak pernah sebanding dengan cinta dan pengorbanannya untuk suamiku dulu.
Jika sesekali beliau menghendaki sesuatu dari suamiku, waktu, perhatian dan biaya, maka kulihat sebagai cara Allah memberi kesempatan suamiku berbakti pada sang ibu. Tak pernah aku cemburu.
Saat mertuaku memilih menghabiskan masa tuanya di rumah salah seorang iparku, kami mendukungnya. Yang penting beliau merasakan  nyaman dan tenang menjalani hari tuanya.
Setiap bulan kami sempatkan menengoknya. Memberi warna gembira dalam penantiannya.
Guratan perjuangan

Tiap kali kuingatkan suamiku untuk menyisihkan sebagian rizkinya untuk ibundanya. Dan tiap kali suamiku meminta aku yang menghaturkan pada ibu mertuaku.
Demikianlah memang yang kami fahami. Untuk memberi pada fihak suami, semestinya istrilah yang menyerahkan, dan sebaliknya saat memberi pada fihak istri, suami yang memberikan. Agar tak ada prasangka dan menjadi sarana pertautan dua keluarga besar.
Diantara resep menguak rizki yang kami dapati dari guru-guru kami, adalah dengan berbakti pada orang tua, menyampaikan hadiah serta menyisihkan sebagian dari rizki kita untuk menyenangkan hatinya. Kami telah membuktikannya selama bertahun-tahun. Kami memulainya justru disaat kami kesulitan secara finansial. Pada titik terendah kemampuan ekonomi kami. Saat itu justru menjadi titik balik untuk terbukanya banyak pintu-pintu rizki. Kami yakini diantaranya karena ridlo mertua.

Kupanjatkan doa selalu untuk mertuaku, setelah aku mendoakan ibuku, agar diberi umur panjang yang berkah dalam kesehatan. Jika diberi sakit agar diringankan sakitnya dan menjadi penghapus dosa-dosanya.
Kucintai mertuaku seperti aku mencintai ibuku. Kucium tangannya seperti aku mencium tangan ibuku. Aku menantikan setiap nasehatnya seperti aku menantikan nasehat ibuku.

Ya Allah limpahkanlah pahala amal jariyah untuk mertuaku, pada setiap kebaikan yang dilakukan oleh suamiku.
Amin.

13 comments:

  1. trims postingannya bu ida. jadi banyak belajar nih..

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah...Istiq Ps, makasih sudah mampir...

    ReplyDelete
  3. Bersyukurlah mba, mendapatkan mertya yang baik, tapi tidak semuanya beruntung. We cant judge a person as we are not in her shoe. Ada yg sdh berusaha sebaik mungkin sampai keluarga inti terbengkalai, tapi keluarga besar mertua dan ipar ga peduli tetap menyalahkan. What we should do? Kalau sampai ada yg memutus persaudaraan hanya karena meminta sedikit pengertian untuk menyangga keluarga besar?

    ReplyDelete
  4. Memang kami sering mendengar berbagai kasus menantu mertua. semoga semua mendapat pencerahan.Terimasih sudah berkunjung. jika ada yang ingin dibagi ceritanya bisa ke email : lailacahyadi@yahoo.com

    ReplyDelete
  5. saluuuut mak...alhamdulillah ya, di antara beribu kisah mertua vs menantu, kita bisa menjadi bagian yang menikmati hubungan mertua dan menantu dengan baik...makasih sudha sharing maaak...

    ReplyDelete
  6. iya mah Indah...terimakasih kunjungannya

    ReplyDelete
  7. Adeeemmm bener bacanya ini Mak Ida. Thks for share :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mak, hutang budi pada mertua tak ada habisnya.

      Delete
  8. Bu Ida,
    Nderek bela sungkawa sedalam-dalamnya.. Semoga amal bakti beliau diterima dan diberikan tepat terbaik di sisiNya. Aminn.. :)

    ReplyDelete
  9. Innalillah wa innailaihi rojiun
    smoga amal ibadah beliau diterima dan diberikan tempat terindah di sisiNya amiinn...

    ReplyDelete
  10. Innalillah wa innailaihi rojiun
    smoga amal ibadah beliau diterima dan diberikan tempat terindah di sisiNya amiinn...

    ReplyDelete
  11. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun..
    Semoga dilapangkan jalan kuburnya untuk mertua mak ida..
    Cerita yang terus saya pelajari sebagai menantu, karena kadang masih dalam tahap egois :(

    ReplyDelete
  12. Saya setiap hari berusaha untuk mendoakan orang tuaku maupun mertua. Saya sadar bahwa Surganya suamiku di ridlo ibunya, saya sll busaha dengan tulus silaturrohim kepadanya dengan busaha mbawa kesukaan beliau atau buah tangan yang lain, tapi apa yang terjadi ketika di sana kami sll di cuekin/di tinggal pergi diam -diam oleh beliau, dan sindiran - sindiran pedas yang di capkan. pemberian dari kami pun tak di hargai dengan cara dibuang/dikasihkan ke orang lain.padahal itu dari uang yang memang kita usahakan untuk beliau.saya sampai takut dan trauma untuk mendatangi beliau mau diapain lagi saya dan anak 2 saya. Mohon masukannya

    ReplyDelete