Tuesday, December 24, 2013

ISTRI “NGEYEL”, AKANKAH DISUKAI SUAMI?



Kira-kira jika seorang suami ditanya, mana yang lebih dia sukai, istri yang terlalu cerewet suka membantah atau istri yang lebih santun dan menghemat kata-kata?

Tak perlu survei untuk pembenaran, bahwa laki-laki pada umumnya tak suka dibantah. Pada umumnya lho, mungkin ada pengecualian jika anda tidak sepakat. Beberapa suami telah mengeluhkan istrinya yang banyak bicara dan banyak bertanya.
“Istri saya banyak bicara bu, terlalu banyak bertanya, bagaimana menyuruhnya untuk diam?”

Saya tersenyum geli. Geli, mengingat bahwa terjadi pengaduan sebaliknya dari para istri:
“Suami saya sangat pendiam bu. Jika diajak bicara belum tentu menjawab. Jika ada masalah tidak mau membicarakan. Pernikahan kami mengalir saja, tak ada pembicaraan tentang masa depan. Bagaimana cara membuat suami mau bicara bu?”
Suami ingin istrinya hemat kata-kata dan sebaliknya istri berharap suaminya sedikit lebih verbal.


Kisah istri yang verbal ini terjadi sejak dulu kala. Lihatlah cerdasnya Bunda Hajar untuk merubah perilakunya saat mula pertama ditinggalkan oleh Nabiyullah Ibrahim di lembah Mekkah yang saat itu tidak bertuan. Beruntun Bunda Hajar mencari tahu, maksud dari suaminya meninggalkannya di tempat asing, sunyi dan tak berpenghuni.
“Ya Ibrahim, kepada siapa kau meninggalkan kami? Tidak ada seorang pun disini.”
Tak ada jawab, bahkan suaminya tak kuasa berpaling menatap istrinya.
“Ya Ibrahim, kepada siapa kau meninggalkan kami? Tidak ada seorang pun disini.”
Masih tak ada jawab.
“Ya Ibrahim, kepada siapa kau meninggalkan kami? Tidak ada seorang pun disini.”
Tetap tanpa jawab.

Tiga kali istrinya bertanya dan ketiganya berlalu dalam kesunyian desau angin lembah Mekkah. Suaminya memang tak tahu harus menjawab apa. Cerdasnya Bunda Hajar, beliau merubah kalimatnya.
“Ya Ibrahim! Apakah Allah yang telah memerintahkanmu untuk melakukan ini?” dan jawaban Ibrahim As. seperti menjadikannya kalimat retoris.
“Ya.” Hanya sepotong jawab, namun cukup bagi seorang istri solihah. “Dengan begitu, Allah tidak akan membiarkan kita... Allah tidak akan membiarkan kita.”        
Tak ada bantahan. Yang ada hanya keyakinan, kepercayaan dan tawakal. Tak mungkin Allah mencelakai mereka, menelantarkan mereka. Tak mungkin pula suaminya berlaku demikian.

 

Belakangan ini banyak diantara kasus perselisihan suami istri diawali proses berbantah-bantahan. Rata-rata suaminya tersinggung saat istri berani membantahnya. Terkadang untuk perkara yang penting, kadang karena masalah yang sepele.

“Ibu, tolong nasehati istri saya, hari ini saya sudah berlebaran, sudah berbuka puasa, dan istri saya masih berpuasa, tidak mengikuti lebaran pada umumnya di kampung kami....bahkan ia tak mau saya ajak ke lapangan untuk menunaikan sholat Ied.”
Itu pertanyaan pada Hari Raya Idul Fitri beberapa waktu yang lalu. Mereka berdua telah berdebat ramai sejak malam sebelumnya, berbeda pendapat tentang penentuan hari Raya.
Apakah yang diperoleh istri tersebut jika pada Hari Raya Idul Fitri, saat manusia meraih manisnya buah puasa dengan kataqwaan dan saling memaafkan, ia justru membantah suaminya? Seharusnya ia belajar bahwa mentaati suami juga dalam warna ijtihad fiqhiyah.

Hmm tak hanya suami istri, seorang pimpinan tak suka jika bawahannya banyak membantah. Guru tak suka muridnya membantah. Orang tua juga tak suka anaknya ‘ngeyel’. Teman saja juga tak suka dibantah. Apakah mungkin kita menyukai orang yang sering membantah kita?

Para istri harus smart memilih kata dengan tepat, menyampaikannya dengan santun untuk mengungkapkan pendapatnya. Agar tidak terkesan ‘ngeyel’. Yang penting sampaikan persetujuan dulu. Usulannya yang berbeda dengan pendapat suami disampaikan belakangan.

Lihatlah percakapan berikut:
Siang itu, suami melepon istrinya dari kantor.
Suami (S): “ Mah, nanti sore kita menengok Eyang ya, sudah lama kita tidak berkunjung”
Istri (I): “ Waah Ayah, kenapa mendadak? Mamah kan hari ini ada arisan, masak Mamah harus bolos, ntar nggak enak sama teman-teman”
S  : “ Mamah tuh, susah amat diajak menengok orang tua!”
I  : “Bukannya Mamah tidak mau, Ayah kalau punya rencana pakai ancang-ancang doong...lagian anak-anak masih semesteran, nanti kalau diajak mereka capek dan tidak sempat belajar!”
Suami jengkel, istri juga jengkel. Mungkin suami sudah kangen dengan orang tuanya dan jengkel istrinya tidak mendukungnya.

Perhatikan versi lain:
S :“ Mah, nanti kita menengok Eyang ya, sudah lama kita tidak berkunjung”
I :” Usulan yang bagus, Mamah setuju. Mamah juga kangen sama Eyang”
S : “ Nanti bawa oleh-oleh apa ya...?!’
I :” Eng...kalau boleh usul, gimana kalau menengoknya hari Sabtu saja, Ayah kan libur, jadi kita bisa berangkat siang. Hari ini anak-anak masih semesteran, ntar kita nggak bisa ajak mereka. Mamah juga ada arisan nanti sore, jadi pengurus nggak enak kalau nggak datang....”
S: .......(mikir )
I: “Lagian Yah, kalau berangkatnya Sabtu, Mamah bisa mesen ayam panggang kesukaan Eyang, semoga Mamah juga sempat membuat kue untuk oleh-oleh. Sekarang Ayah telepon Eyang dulu saja, mengabarkan rencana kita hari sabtu itu...”

Kira-kira percakapan mana yang lebih membuat nyaman suami istri? Sama-sama ingin menunda rencana bepergian, jika diawali dengan dukungan dan dilanjutkan dengan usulan solutif, akan terasa lebih baik. Kehidupan rumah tangga akan selalu diikuti dengan perpedaan pendapat diantara para anggota keluarga. Seni untuk mengelolanya akan membawa keindahan dalam hubungan suami istri. Menjaga keutuhan rumah tangga adalah kewajiban kedua belah fihak, suami dan istri. So, jauhilah berbantahan.

Tapi ada baiknya juga anda bertanya pada suami, apakah ia menyukai istri yang “ngeyel”? Jika suami memang suka, berarti anda beruntung!

Oya, maafkan saya tak punya banyak teori, hanya berangkat dari kisah sehari-hari.

18 comments:

  1. whahahaha setuju nih. saya belajar banyak setelah nikah tentang komunikasi ini. gak cuma saya sih ternyata, suami juga. sebelum nikah saya termasuk perempuan yang gak ceriwis, begitu juga udah nikah. tapi kok kadang2 malah gak sadar nyerocos ke suami ya hohoho :D apa udah nature kita gitu ya sebagai perempuan? tapi ya balik lagi saling belajar mesti ngomong bagaimana biar cesss ke hati masing-masing.

    ReplyDelete
  2. makasoih kunjungannya mak Ulu...saya juga super cerewet...

    ReplyDelete
  3. pelajaran untuk saya yang super cerewet Mak.. hiks.. saya memang ekstrovet kalau ke suami... :)
    Maksudnya sih agar komunikasi dua arah berlangsung setiap hari.. Terimakasih Mak... :)

    ReplyDelete
  4. hihihi...asik nih tulisan bunda Ida, makasih banget utk pencerahannya, walau dlm keluarga kecilku, si ayah jauh lebih cerewet dibandingin istrinya yg super kalem ini *kabooorrr :D

    ReplyDelete
  5. ya ya ya.. intinya komunikasi, setujuuuuuu..

    ReplyDelete
  6. iya, intinya komunikasi yang baik ya...jgn ngeyel2an...

    ReplyDelete
  7. hehehe, saya cerewet Mba Ida, soalnya suami saya pendiam. kalau sama-sama pendiam gimana dong..sepiii banget rumah qiqiqi, jurus ngeles

    ReplyDelete
  8. hei semua, terimaksih untuk yang sudah nengokin urusan ngeyel ini, juga yang sudah kasih komen Ety handayaningsih, fitri anita,Uniek kasgarwanti, hanya segores, Riski Fitriasari

    ReplyDelete
  9. xixixi,,, saya banget mak, super duper cerewet,,, tapi suami suka, kata dia ada teman buat berdebat *berdebat karena kebawelan saya...hehehehe...

    ReplyDelete
  10. naah...akhirnya ada juga suami penyuka istri cerewet...hihi tinanic...selamat ya...anda beruntung...tung!

    ReplyDelete
  11. Memang ya Mak, penolakan atau bantahan akan menimbulkan reaksi "bertahan". Jarang ada orang yang bisa langsung suka bila dibantah, mesti diam dulu bbrp saat untuk memikirkan kenapa lawan bicaranya membantah. Sebaiknya suami juga berpikir dengan baik bagaimana kalau mau bicara dengan istrinya, tidak langsung perintah2. Biasanya memang suami ya seperti tulisan di atas, istri seperti tulisan di atas juga :)

    Intinya selalu klasik ya Mak: komunikasi. Klasik tapi nyatanya banyak yang kelabakan juga dengan urusan seperti ini :D

    ReplyDelete
  12. setuju mak Mugniar...teorinya kadang tahu...pas praktek suka lupa2...

    ReplyDelete
  13. katanya kalau laki2 egonya tinggi :D

    ReplyDelete
  14. masing-masing punya ego mak myra...tinggi rendahnya diukur dari psangan masing-masing hehe. makasih kunjungannya

    ReplyDelete
  15. hihihi... aduhhh bunda tau aja nih kalo aku termasuk istri yang cerewet hehehe.... iya ya..ngomong juga ada seninya supaya ga bikin sewot suami.. baiklah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mak Muna...pastinya udah pinter ambil hati suami...hihi

      Delete
  16. kalo saya sebaliknya, saya pendiam, suami lebih verbal,

    ReplyDelete