Tuesday, December 3, 2013

SEPANJANG JALAN KENANGAN



Jogja-Solo- Wonogiri, pada masa lalu adalah jalan yang kususuri sebulan sekali. Tepatnya pada kurun waktu  tahun 1986-1991. Jaman dulu tak kenal ATM, mungkin juga belum ada, oleh karenanya jatah bulanan harus diambil ke rumah atau dikirim via wesel. Bapak mewajibkan aku pulang, sekalian menjaga silaturahmi. Melepas kangen anak-orang tua dan kampung halaman.

Begitulah, kuhafal rutenya luar kepala, eh melalui alam bawah sadar. Aku akan jalan kaki dari kostku, 10 menit ke pemberhentian bus kota. Mencegat jalur &, turun di pertigaan Janti. Menanti bus Solo Jogja, turun di terminal Tirtonadi Solo, berganti bus jurusan Wonogiri, turun di ponten dan naik angkot sampai rumah.

Jaman mahasiswa sepertinya enak saja ya.....menikmati perjalanan, dapat kenalan di jalan atau cuma tidur di bus. Sesekali satu dua temanku ikut aku mudik. Setelah makin banyak semester dan mulai menjadi aktivis, kadang aku pulang pagi, di rumah satu jam, hanya ambil uang dan salim-salim, aku balik ke Jogja lagi. Saat balik ke Jogja, kadang mampir pasar Klewer Solo membeli kain bahan kerudung yang kupotongi menjadi barang dagangan. Alhamdulillah sedikit-sedikit bisa menambah uang bensin untuk beraktivitas.

Sejak menikah, aku punya teman perjalanan, suami tercinta. Naik bus berdua hingga sekitar tahun 1995 saat punya dua anak. Saat anak kami tiga orang, iparku tak tega melihat kami mudik bawa anak kecil 3, jadi suka menjemput dan mengantar saat mudik. Saat anak kami 4, alhamdulillah sudah ada rejeki untuk membeli mobil, jadi kami mudik dengan mobil alakadarnya.

Praktis sejak tahun 1996, nyaris tak pernah lagi naik bus umum Jogja-Solo. Sekali saja aku naik sekitar tahun 2007. Mertuaku sakit dan opname di Solo, karena suamiku saat itu sedang di luar negeri, agak lama, jadi aku menyempatkan untuk menengok dan menginap di RS. Berangkatnya diantar sopir, tapi pulangnya, esok hari aku naik bus Sumber Kencono.
Masya Allah, habis jantungku lantaran bus ngebut dan kadang melanggar lampu merah.

Ceritanya setelah sekian tahun berlalu, hari Sabtu ini, tanggal 30 November 2013,  ada undangan ke Solo. Panitia meminta agar aku dijemput Jum’at sore dan menginap di hotel tempat acara. Aku keberatan, pertama aku sedang flu berat, kedua abinya tidak di rumah jadi kasihan anak-anak jika aku ikutan nginap di hotel, ketiga, namanya Solo-Jogja kan dekat, mengapa harus menginap...?


Begitulah aku berencana naik KA Pramex yang setahuku dulu ada jadwal jam 06.51. Sok melek informasi aku googling mencari jadwal kereta. Nah kutemukan fakta membingungkan. Ada yang memuat jadwal jam 06.51. Jadwal 2013, gak ada pramex jam tersebut. Paling pagi dari jogja jam 10. Adanya KA Sriwedari. Akhirnya aku memutuskan merubah moda transportasi, naik bus!

Jadi disinilah aku, berdiri di perempatan Karang Turi, mencegat bus dari arah terminal. Tak lama sih, hanya sekitar 10 menit, ada juga bus Langsung Jaya. Kucegat naik. Bus masih kosong hanya ada satu penumpang...surprise karena satu penumpang itu temanku: Bu Dewi Windiyarti yang mengajar di SMPIT Ibnu Abbas Klaten.

Bus ini sungguh tua, tak bisa dibilang baik, dari penampilan maupun suaranya. Busnya kotor, bangku-bangkunya usang, sebagian pembungkus busa sudah terkelupas. Ah tidak apa-apa. Yang penting bisa dinaiki. Kondektur, kenek dan supir walau tidak kalah kotor penampilannya, namun lumayan ramah dan akomodatif pada kepentingan pasien. Yang jelas, saking tuanya bus, jadi nggak bisa ngebut. Untuk aku yang cukup penakut, itu menguntungkan.

Duduk bersama bu Dewi, kami bercerita ngalor-ngidul dengan teman tentang kepenulisan dan buku. Sama-sama hobi menulis dan hobi buku, apalagi aku penjual buku, jadi nyambung deh. Sambil menikmati perjalanan, tak terasa bus penuh sesak. Sepanjang jalan ada saja yang naik dan turun. Satu turun, naik lima, lima turun, naik sepuluh...sampai berjubel. Melewati Prambanan, Klaten, Ndlanggu, Kartosuro, sampai juga di Solo. Penumpang mulai longgar sejak di terminal Kartosuro karena banyak juga yang akan ke Semarang.

Alhamdulillah masih pagi, jadi yang naik masih wangi-wangi karena kebanyakan para karyawan dan PNS.
“ Kalau siang, jam pulang kerja...waah baunya...” kata bu Dewi yang aktivis nglaju Jogja-Klaten.
Senang lagi, mereka kebanyakan perempuan, laki-laki sedikit dan memilih di belakang. Selain itu banyak yang jauh lebih muda dari aku, jadi aku duduk manis dengan nyaman tanpa merasa jengah. Kalau naik kendaraan umum dan ketemu dengan nenek-nenek yang berdiri, kan harus mengalah. Seperti pengalamanku dulu jaman masih mahasiswa. Mengalah terus jadi Jogja-Wonogiri berdiri terus...kaku juga.

Sepanjang jalan ada saja pengamen berbagai usia. Ada yang membagi amplop lalu menyanyi alakadarnya. Aku tidak punya receh jadi tidak satupun yang kuberi.
” Nggak pa-pa bu, saya tiap hari bolak-balik, kalau selalu memberi tekor juga...” hibur bu dewi melihat saya merasa tiak enak hati tidak punya receh.
Singkat cerita, perjalanan ini kunikmati, walaupun aku agak pening, sempat juga foto-foto...dasar narsis!


Entah kapan lagi aku akan naik bus Jogja-Solo, menikmati uyel-uyelan dengan berbagai kalangan, karena nanti pulangnya akan diantar oleh panitia.
Saluut dengan mereka yang setia memakai moda transportasi massal.

Sampai di depan hotel Grand Setia Kawan, panitia berseragam ungu-ungu telah berbaris menyambutku yang meloncat dari bus tua dengan menyandang ransel. Ketika kemudian saya meminta obat pusing, mereka bertanya:
“ Maaf ya bu, gara-gara naik bus, ibu jadi pusing...”
“ O tidak, memang ini sedang flu hari ke tiga, tadi tidak minum obat, khawatir mengantuk dan ketiduran di bus...”

Demi menghilangkan penat dan pusing, akhirnya saya mencicipi juga kasur empuk hotel selama 30 menit sebelum akhirnya tampil.

Semoga tidak menyesal membaca tulisan ini...kenangan pribadi yang bagi orang lain mungkin gak penting. Hehe.
Tapi maaf, fotonya tidak bisa ditampilkan karena kehapus saat ipad diinstall, hiks.




2 comments:

  1. Saya juga selalu naik bus mak. Purwakarta bogor. untungnya busnya ada Acnya hehehe. Tapi kalau cerita tentang pengemis atau pengamen sepertinya mau naik bus apa aja selalu ada ya mak.

    ReplyDelete
  2. makasih mak Titanic atas kunjungannya. Naik bus atau moda transportasi umum, menarik karena membuat kita jadi luas pergaulan dan wawasannya...

    ReplyDelete