Thursday, February 20, 2014

DOKTER YANG BELAJAR


Rekanku seorang dokter, seusiaku, beliau Ibu bekerja, ibu rumah tangga, pekerja sosial dan penggiat dakwah. Pekan kemarin beliau jatuh, menyerempet mobil dan luka-luka.

Belum sembuh dari lukanya, Senin siang kemarin jatuh lagi. Kali ini kecelakaan tunggal menabrak gundukan pasir. Siang itu banyak urusannya, antar jemput anak, bekerja dan beberapa agenda dakwah telah menggesanya. Atau memang sudah taqdirnya, ia jatuh dari motor.

Pagi tadi aku membezuk dan menungguinya beberapa lama. Menyaksikan saat fisioterapis melaksanakan tugasnya.
Baru semalam rekanku di operasi, dipasang pen pada kaki kanannya dan di gips tangan kirinya. Sekarang ia harus belajar mengaktivasi ototnya.

“Ibu mulai dari sini, silahkan digerakkan...ya tekuk, lurus, nah begitu bagus...”
Sang terapis memberi instruksi sambil memegangi telapak kaki rekanku. 
“Sakit bu ?” rekan saya menggeleng sambil tersenyum.
“Sekarang begini. Luruskan kaki seperti kaki kiri, coba ...” Sang terapis membantu meletakkan kaki rekan saya. Rekan saya mematuhinya sambil meringis-ringis.

“Sakit...?” tanya sang terapis.
“Ya sakit...” jawan rekan saya.
“Bagus sedikit sakit, tapi ibu bisa....”
“Sekarang tekuk lutut, angkat sedikit. Begini tekan tangan saya, lemaskan, tekan lagi, lemaskan...”terapis itu meletakkan telapak tangannya di bawah lutut rekan saya.

“Nah sekarang tekuk perlahan, angkat, lebih tinggi...ya bagus. Ulangi lagi, tekuk, angkat lebih tinggi...tinggi lagi yang bagus Ibu bisa menekuk lutut. Ini melatih otot paha.”
Teman saya yang melakukan semua latihan dengan meringis-ringis sekarang tersenyum.
Aku perhatikan proses fisioterapi itu dengan seksama.
“Ternyata subhanallah, alhamdulillah ya...selama ini kita menekuk kaki dengan mudah tanpa rasa sakit...” kataku. Semua membenarkan.
“Itu baru sedikit nikmat yang dicabut ya...” tambah rekanku.
“Sekarang ayo belajar miring. Ibu gunakan kaki kiri untuk tumpuan, tangan kiri letakkan di sini...ayo saya bantu...” tangan kiri rekanku yang retak dan digips diletakkan pada posisi aman.

Proses miring dilakukan dengan susah payah. Bahkan rekanku tak dapat menyangga saat harus miring dan untuk kembali terlentang, setahap demi setahap ia harus menahan sakit yang sepertinya amat sangat.
‘Sepertinya’ kataku, karena aku tak tahu apa yang dirasakannya. Aku hanya melihat ia memejamkan mata dan peluh menitik di dahinya.

“Baiklah ibu, hari ini cukup, nanti dilatihkan terus ya, memutar telapak kaki, menggunakan otot betis, menekuk lutut dan menggerakkan otot paha. Besok kita latihan duduk. Besoknya latihan ongkang-ongkang...” pesannya mengakhiri sessi terapis.
Terapis itu berlalu diiringi ucapan terimaksih kami.


***
Aku tak henti merenungi. Sungguh pelajaran berharga kudapat pagi ini. Seorang dokter yang sedang menyelami menjadi pasien. Belajar lagi menggerakkan tungkai, menekuk lutut, memiringkan badan.

Kemarin ia adalah pahlawan keluarga, bolak-balik setiap hari antar jemput anak-anaknya. Juga pahlawan masyarakat, melayani pasiennya.
Kini berbaring tak berdaya dengan dengan sebuah sebab.

Sungguh kita tak pernah tahu taqdir apa yang yang akan menjemput kita, kita hanya bisa berusaha meretas kebaikan. Bersyukur pada setiap keadaan dengan bentuk syukur yang sebaik-baiknya.
Rasulullah memaknai syukur diantaranya dengan memperbanyak ibadah. Ini ceritanya :
“Rasulullah berdiri (shalat) sampai bengkak kedua kakinya. 
Kepadanya ditanyakan: “Mengapa Anda membebani diri dengan hal yang demikian?Bukankah Allah swt. Telah mengampuni Anda dari segala dosa Anda, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” 

Rasulullah saw. Bersabda : 
“Tidak patutkah saya menjadi hamba Allah yang bersyukur?”(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, juga oleh Basyar bin Mu’adz, dari Abu `Awanah,dari Ziyad bin `Alaqah, yang bersumber dari al Mughirah bin Syu’bah r.a.)

Subhanallah, jika saat ini anda diberi banyak nikmat, yang kita bahkan tidak dapat menghitung jumlah dan macamnya. Ada nikmat yang kita ketahui dan ada yang tidak kita kenali. Ada Nikmat yang kita minta dan ada yang diberikan begitu saja. 


Mari bersyukur dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita.
Mari perbanyak amal kebaikan dan menyegerakannya.

Jika anda tengah mendapat musibah sakit dan lainnya. Berhusnudzon bahwa ada hikmah dibalik musibah itu. 
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim menderita sakit kerana suatu penyakit melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". (HR Bukhari, Muslim)

Dari Ummu Al-Ala', dia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjengukku pada masa aku sedang sakit, lalu baginda berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang muslim itu membuatkan Allah mengampunkan dosa-dosanya, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran pada emas dan perak". (HR Abu Daud).


Semoga Allah jadikan setiap rasa sakit itu penggugur dosa-dosa. Tentu jika si sakit bersabar, banyak bertaubat, beristighfar dan selalu berkata yang baik. Berhusnudzon dan banyak berdoa pada Allah.

Pagi ini ada hikmah yang kujumput di rumah sakit.
Semoga sahabatku dimudahkan untuk melalui semua ujian ini, segera sehat dan pulih dalam keadaan yang lebih baik.
 Semoga diberi kesabaran dan diampuni dosa-dosanya. Semoga diberi kelapangan rizki yang berkah yang mencukupi semua kebutuhannya.
Semoga keluarga, suami dan anak-anaknya diberi kesabaran, kemudahan dan kesehatan. Bayangkan betapa berat yang harus dilalui manakala yang sakit seorang ibu. 

Semoga semua tenaga medis dan para medis yang menolongnya diberi kemudahan, petujuk dan kesehatan.
Dan anda para pembaca yang budiman, saya doakan kesehatan, kelimpahan rizki dan keberkahan hidup, amin.

Doakan saya juga ya...agar selalu menjadi hamba yang pandai bersyukur, amin.



6 comments:

  1. Amiin.. semoga kita semua jadi manusia yang pandai bersyukur ya mbak.

    ReplyDelete
  2. Subhanallah...

    Aaamiiiin... *ikut mengaminkan doa

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. amiin mama Calvin, alhamdulillah sekarang beliau yang saya ceritakan sudah sembuh

      Delete