Wednesday, April 23, 2014

Mau jadi apa anakku?


Ahad kemarin saya menghadiri pembekalan orang tua siswa kelas 3 SMP yang akan menempuh ujian.

Ada seorang ibu yang bertanya, kemana anaknya akan disekolahkan. Anaknya menderita buta warna, padahal ia ingin masuk SMK. Diskusi berlanjut hingga ke topik profesi apa yang akan dipilih seorang anak nantinya.

Ada pertanyaan besar tentang mau jadi apa anak kita? Atau mau kita jadikan apa anak kita.

Pembicara mencontohkan dengan jenaka dialog orang tua anak.
“Nak besok ambil IPA saja ya...biar bisa ambil kedokteran...” kata si orang tua.
“Nggak mau mah, aku mau masuk IPS saja, aku kan pengin jadi diplomat....” kata si anak.
“Kalau begitu besok cari suami dokter ya...biar tetap jadi bu dokter...” kata si orang tua nggak mau kalah.
Haha... kami serentak tertawa mendengar lelucon itu.

Tekun belajar


Perdebatan orang tua anak tentang sekolah mana yang akan diambil atau jurusan apa, selalu terjadi setiap tahun, terutama menjelang tahun ajaran baru.
Aku tertawa karena hal itu pernah terjadi padaku saat si sulung akan penjurusan dan si nomer 2 akan masuk SMA.

“Ambil IPA saja Kak, biar ada anak Umi yang jadi dokter...” kataku
“Ah Umi, kan aku pengin jadi fotografer. Umi jangan bikin aku bingung dengan cita-citaku...”
“Lho kan kalau ada dokter di rumah kita, pastinya sangat bermanfaat...kalau gitu besok kamu saja ya Ja, yang jadi dokter ” kataku, beralih pada si nomer 2 yang baru masuk SMA.
“Enggak aku mau...aku juga ambil IPS... ”kata si nomer 2.
Hiks...aku berlagak manyun.

“Nanti kita cari suami dokter saja ya Ja...gak usah repot-repot kuliah kedokteran...haha” kata si nomer satu pada adiknya. “Jadi Umi tetap punya menantu dokter...!” selorohnya.
Meledaklah tawa kami dengan lelucon itu. Begitulah si nomer satu mengambil jurusan fotografi dan si nomer 2 mengambil Sastra Inggris,

Sekarang si nomer 3 juga mau masuk PT. Dulu dia pernah ingin jadi dokter, tentu saja aku senang. Tapi kemarin jadi ragu, khawatir tidak keterima kalau melalui jalur SNMPTN. Lalu ia beralih ke jurusan statistik, karena ia juga suka juga jurusan tersebut. 

Saat kutanya jadinya ia mengisi apa untuk jalur SNMPTN, ia menjawab mengambil statistik di dua kampus yang berbeda.
So, apakah aku kecewa?

Tidak, aku doakan kebaikan untuknya.
“Di manapun jurusan yang kamu suka, umi doakan kamu mendapatkan. Yang penting jadilah anak sholih yang bermanfaat untuk umat...” kataku.

“Ya mi, ntar kalau gak tembus, SBMPTN aku ambil kedokteran kok....”
Horee...!
Halah!
Itu episode si nomer 3.

Pendidikan keimanan
Sekarang yang nomer 5, lulus SD tahun ini. Saat membuat biodata untuk buku kenangan, ia menuliskan cita-citanya menjadi pemain sepakbola.
“Kenapa Bang kok pengin jadi pemain sepakbola?’
“Dari pada nggak mengisi apapun...kan aku masih bingung...”

Oo begitu ya. Aku jadi ingat orang tua siswa teman sekelasnya yang kemarin menghawatirkan anaknya. Si anak menuliskan cita-cita menjadi pemain sepak bola.

“Saya jadi diskusi serius bu, saya katakan pada dia kalau SMP tempat dia sekolah nantinya itu arahnya untuk menjadi ulama yang cendekiawan dan cendekiawan yang ulama, bukan pemain sepakbola. Kalau mau jadi pemain sepakbola harusnya ia saya masukkan di sekolah bola...”

“Bu, nggak usah serius amat. Anak lulusan SD masih bisa berubah...terus saja bawa dia ke wawasan yang lebih luas, nantinya dia akan tahu bidang yang tepat untuknya...” itu pesanku waktu itu.

Makanya saat membaca cita-cita anakku, aku hanya tersenyum saja. Mungkin semua teman lelakinya menulis menjadi pemain bola.....

“Kamu masih punya waktu panjang Bang, untuk memikirkan akan jadi apa kelak...”
Begitu saja komentarku. 
"Iya Mi..."


Naah mau jadi apa anak anda? Atau anda menginginkan dia jadi apa?

Tengok juga postingan untuk lindungi anak dari kejahatan seksual di sini.
Untuk mencari mainan anak di sini.
Untuk situs panduan orang tua di sini.
Untuk bayi baru lahir di sini.

21 comments:

  1. Anak-anak saya ko ngga pd tau pengen jd apa, baru yg paling gede yg sudah menjatuhkan pilihan kuliah di bidang mode oktober nanti, inshaAllah. Yg umur 14 dan 13 masih geleng2 kepala, apalagi yg 9 thn hehe

    Apapun pilihan anak-anak, saya mah mendukung saja, asal dijalani dengan tekun.
    Saya mah pengen punya menantu yg muslim yg bener2 muslimnya bukan masuk islam krn biar bisa menikahi anak gadis saya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nengwie...biarlah anak-anak menyerap banyak hal sebelum menjatuhkan pilihan hidup. Kita hanya bertugas melimpahinya dengan petunjuk kebaikan. semoga dapat menantu yang solih mak...

      Delete
  2. iya ya mba, kita sebagai orangtua, harus bisa memberi support kepada anak, apapun pilihan anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih kunjungannya santi dewi. setuju banget selama itu adalah jalan kebaikan.

      Delete
  3. mak.. jadi terharu bacanya,
    dulu aku dipaksa sama ibu buat nurut di sekolah yg dia pilih
    aku gamau tapi aku harus nurut
    akhirnya aku gak nyesel, karena ibu mengarahkan yg terbaik buat anaknya :)
    kalo sempet boleh mak, baca curhat aku tentang ini

    http://semuaccara.blogspot.com/2014/04/ikhlaskan-masa-depan-dan-pilihan.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke, aku berkunjung balik mak. makasih ya sudah main ke blogku

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. umi ida *semoga gak di protes kakak revo ikutan panggil umi*
    aku malah cita2ku ganti2 dulu waktu kecil. nah aku suka tuh ortu yg gek memaksakan harus jurusan ini, harus cita2 ini..setidaknya kan anak jadi bisa mengembangkan apa yang disukai gitu kan ya umi...

    salam saya umi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Chela, selamat ya udah menang indonesia hebat...hihi syukurannya ditunggu nih bu guru...

      Delete
  6. sayapun bebaskan apa yang mereka inginkan Bu..Biar semangat belajarnya kalau keinginan sendiri

    ReplyDelete
  7. kadang anak-anak SD itu juga menyebutkan cita-citanya sesuai yang dia tahu ya mbak bukan sesuai keinginan dan nantiny asuka berubah-ubah

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul banget mak lidya. pengalaman pribadi kita juga ya...

      Delete
  8. Anakku yang kecil pengen jadi spiderman lho Mak Ida. Duuuh... :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha memang para pahlawan super menginspirasi ya. waktu si nomer 5 masih 4 tahun, kebanyakan nonton natgeo malah pengin jadi singa besar...

      Delete
  9. Hahahaha, serius. Saya tertawa sndiri baca postingan ini.

    Terus, Ibu udah dapat tanda2 bakal dapat calon menantu Dokter belon?. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha lha kalau kuliah di ISI mana ada dokternya...adanya dokter kartun Idah...

      Delete
  10. waktu kecil aku aja sempat bingung mau jadi apa mak,,,pengen jadi dokter juga, terus pengen jadi guru, jadi pegawai bank, pokoknya berubah-ubah,,eh skrang pengen punya usaha sendiri biar bisa jaga harta suami dan anak2 kelak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. lha...semua orang sepertinya juga begitu mak...berubah sesuai perjalanan hidup.

      Delete
  11. gara2 baca ini jadi penasaran juga sama cita2 anak saya. barusan saya tanya dan jawabannya: mau jadi penjual pulsa!

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha begitulah lucunya anak-anak mak ...cita2 akan berubah terus kok.

      Delete