Monday, August 4, 2014

Kebohongan Vs Kejujuran Suami Istri



 “Bu bagaimana jika seorang suami terlalu apa adanya?”
“Maksudnya?”
“Dia terlalu terbuka dalam semua hal...”
“Kepada istri atau orang lain?”
“Kepada istri...”
“Terlalu jujur maksudnya?”
“Iya...”

***
Ehm, bukankah jujur itu baik...? Bukankah saling terbuka itu baik...?
Memang baik, tapi ada kok pengecualiannya untuk tidak selalu terbuka antara pasangan suami istri.
Lhoh bener nih?
Ya, jika kenyataan itu hanya akan menyakitkan diantara mereka, atau menjadi duri dalam hubungan selanjutnya.

Contoh dalam kasus di atas, ternyata sang suami sangat terbuka pada istrinya termasuk dalam hal ketertarikan atau godaan wanita lain. Istrinya makan hati.
“Saya tak ingin kejadian seperti orang-orang, mereka selingkuh atau punya simpanan, lalu istrinya tidak tahu...jika ketahuan mereka berbohong. Saya tidak mau seperti itu, maka jika ada sesuatu saya ceritan pada istri, biar pahitnya di awal, saya tapi baik di kemudian hari...” begitu dalih suami yang ingin menjaga diri ini.

Tidak. Itu bukan alasan yang tepat.
Ada contoh ekstrim sebuah kasus. Seorang lelaki pernah banyak berbuat masiyat saat berpacaran dengan para perempuan lalu bertaubat dan menikah dengan perempuan solihah yang selalu menjaga kesucian.
Pada malam pertama saat keduanya saling membuka diri dengan cerita, lelaki ini menceritakan masa lalunya apa adanya. Yang terjadi adalah istrinya menjadi jijik dan tidak mau disentuh olehnya. Bahtera rumah tangga mereka menjadi berantakan sejak malam pertama!
Jadi apa dong yang seharusnya menjadi rahasia diantara suami istri?
Ada dalilnya...

Dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah
SAW bersabda: “Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihka­n kebaikan atau berkata baik”. [Muttafaqun 'Alaih]
Di dalam riwayat Al Imam Muslim ada tambahan:
Artinya:
“Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya“.

Jelas deh...dan ini contoh konkritnya:
1.     Masa lalu yang buruk. Saat seseorang telah bertaubat nasuha, maka tak perlu ia menceritakan pada pasangannya apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Bahkan sekedar menyebut dan menunjuk deretan mantan pacarnya. Taubat artinya tidak lagi mengingat, apa lagi membanggakannya.

2.     Saat ia memiliki lintasan pikiran pada orang lain yang bukan mahramnya. Tak perlu seorang suami memuji perempuan lain di hadapan istrinya. Atau seorang istri memuji lelaki lain di hadapan suaminya. Sekalipun hanya sebatas kekaguman. Apalagi jika itu seseorang yang selalu rutin berada di sekitar pergaulan sehari-hari.Bahkan jika di suatu tempat ia tertarik pada perempuan lain, maka perintahnya adalah pulang dan mendatangi istrinya, karena yang ada pada perempuan itu juga ada pada istrinya. Pulang untuk menyalurkan hasrat pada istrinya, bukan justru menceritakan perempuan lain pada istrinya.

3.     Jika ada masalah diantara pasangan dengan keluarga besar janganlah saling membuka aib. Seorang istri yang sedang marah pada ibu mertuanya, tidak mau diajak silaturahmi ke rumah mertua, maka sebagai suami janganlah menceritakan apa adanya. Jika mertua tahu akan sakit hati dan berefek jangka panjang yang buruk. Jangan pernah ceritakan kekurangan pasangan anda pada orang tua anda maupun orang tua pasangan anda. Termasuk sebaliknya, ketidak sukaan orang tua kita atau keluarga, jangan diceritakan apa adanya pada pasangan.

4.     Secara umum informasi dan peristiwa yang jika diketahui atau disampaikan hanya akan memperkeruh situasi, baiknya tidak disampaikan atau menunggu saat yang tepat. Contoh, seorang istri yang sakit berat, divonis dokter bahwa usianya tak akan bertahan lama. Ada baiknya suami tidak menyampaikan apa adanya pada istrinya untuk tetap menjaga semangat hidup dan upaya kesembuhan dari istrinya.Kisah Ummu Salamah yang menunda kabar kematian anaknya sepulang suaminya datang dari perjalanan jauh, adalah contohnya.

5.     Perasaan negatif jangan selalu diungkapkan pada pasangan. Misal saat sedang kehilangan rasa cinta pada pasangan, janganlah berterus-terang dengan mengatakan“ Aku tidak mencintaimu lagi...” dalam penikahan, bukan hanya masalah perasaan, tapi tanggung jawab syariat dan nashab harus dipertimbangkan untuk merawat keutuhan rumah tangga. Rasa cinta yang menyusut bisa dirajut ulang. Tapi luka hati karena merasa tidak dicintai akan berbekas lama.

Sebagian ulama lain berkata, di antaranya Ath-Thabari, “Tidak boleh berbohong, apa pun bentuknya”. Lanjut mereka. “Riwayat yang membolehkan dusta di sini, maksudnya adalah tauriyah (menyamarkan) dan penggunaan kata-kata sindiran. Bukan bohong benar-benar bohong.

Dan tujuan menyamarkan tadi untuk tujuan kebaikan dan bukanlah untuk menutupi tindakan maksiyat, perbuatan buruk tetaplah buruk. Jika tidak taubat, cepat atau lambat akan dibuka oleh Allah.

Apakah anda bisa menangkap maksud tulisan ini?

Silahkan berbagi pengalaman bagi yang punya pengalaman jujur vs menyamarkan ini.

Anda yang suka menangis, mungkin anda meminati : 
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/01/saat-istri-diam-diam-menangis-dibalik.html

Anda yang benci perselingkuhan:
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2013/11/selingkuhnya-para-hp.html

7 comments:

  1. Sepakat, Mak. Kejujuran pun harus ditimbang dulu baik buruknya, jangan asal nyerocos aja, lalu banyak hati yang terluka ya, Mak. Ada kalanya, menyamarkannya justru menjadi sebuah kebaikan dan menghindarkan timbulnya pertikaian. Thanks for share, Mak Ida. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih kunjungannya mak Al...maaf lahir batin ya....

      Delete
  2. Setuju mak, meskipun pasangan suami istri tapi dalam beberapa kondisi kita memang tidak harus selalu terbuka dengan beberapa hal yang justru dapat merusak

    ReplyDelete
  3. aku sering berkata pada suamiku cukup kau simpan saja masalalu mu karena aku tak pernah ingin mengetahui nya
    Benar saja saat suami berkata tentang masalalu nya aku marah dan merasa jijik

    ReplyDelete