Friday, November 21, 2014

Mengunjungi Papua Barat dan Impian ke Raja Ampat



“ Bersediakah Ibu dan bapak mengisi seminar di Manokwari?’

Pertanyaan itu disampaikan tiga bulan yang lalu. Tentu saja saya langsung mengiyakan. Diantara cita-citaku adalah berbagi kebaikan dengan mengunjungi semua propinsi dan kabupaten di Indonesia. Papua barat adalah salah satu propinsi yang belum pernah kukunjungi. Papua sudah tahun 2012 saat kami road show ke Timika, Jayapura dan Biak.

Dan saat bersejarah itu tiba kemarin, tanggal 14 November 2014 saat pesawat Sriwijaya yang kami tumpangi mendarat di Bandara Rendani, Manokwari.


Perjalanan panjang sejak kemarin sore, berangkat dari rumah jam 18.00, transit di Surabaya dan Makassar, 12 jam yang melelahkan terbayar sudah dengan kelegaan. Wajah-wajah cerah teman-teman yang baru berjumpa di darat telah menyongsong kami.

Manokwari I am Coming.



Merasa tersanjung melihat mereka membuat video dokumentasi kehadiran kami sejak keluar dari Ruang Kedatangan. Yah bagi teman-teman di daerah, adalah hal yang langka mendapat tamu jauh seperti ini. Sekalipun ‘cuma’ kami dari Jogja.


Sedikit miskom terjadi lantaran ternyata kamar untuk kami belum siap. Jadi kami mengisi waktu dengan sarapan cotto Makassar yang enak di RM Nusantara.
Setelahnya kami beristirahat di Hotel, bersiap untuk acara siang nanti.

Suamiku ada jadwal khotbah Jumat di masjid, dan saya membayar hutang mengantuk dengan terlelap di pulau kapuk.
Siang ini kami berangkat ke wilayah trans di daerah SP. Saya terjadwal mengisi kumpulan majelis taklim dari berbagai SP. Saya menyampaikan tentang Pendidikan Seksualitas sejak dini untuk para ibu-ibu dari beragam profesi. Mereka nampak antusias dan interaktif.

Setelah sessi berakhir, seorang bunda meminta waktu untuk konsultasi tentang anak lelakinya berusia 6 tahun yang ditengarai olehnya telah melakukan onani dan beberapa kali dilaporkan oleh pihak sekolah, si anak memamerkan kemaluannya di depan teman-teman. Kami berdialog dan sayangnya belum tuntas terburu jemputan datang. Saya berjanji untuk melanjutkan dialog ini via dumay.

Catatan saya adalah: di ujung Indonesia, juga terjadi kasus pelecehan dan penyimpangan seksual, bahkan pada anak kecil. Hmm PR kita banyak yah...

Kami sampai di hotel sudah cukup malam karena perjalanan ke SP memakan waktu dua jam. Seorang mahasiswi Unpa yang mengantar kami, mbak Ira, sampai muntah 3 kali dalam perjalanan ini...kasihaan ya.

Esoknya kami berkesempatan bertemu dengan mahasiswa dari UNPA (Universitas Papua) dalam forum Seminar Pranikah. Acara berlangsung di sebuah masjid besar di seberang kampus. Animo mahasiswi lumayan besar, sayangnya mahasiswanya hanya segelintir....

Sore hari saya mengisi taklim ibu-ibu di sebuah kompleks perumahan. Kompleks ini dihuni kebanyakan oleh orang Jawa Timur dan orang Sulawesi. Nyambung banget karena saya juga berasal dari Jawa Timur dan kebetulan beberapa kali mengunjungi Sulawesi...#halah.

Ibu-Ibu pengajian Baitul Makmur

Kami bahkan dijamu makan malam bersama ibu-ibu anggota pengajian Baitul Makmur ini. Eh ternyata ada juga yang dari Klaten. Saya menawarkan untuk berkunjung dan menginap bagi ibu-ibu yang memiliki urusan di Jogja. Ini bukan basa-basi lho. Kami banyak menerima tamu dari Sabang sampai Merauke, dari kenalan sepanjang perjalanan kami.

Hari ahad adalah acara puncak dan acara utama. Pelatihan keluarga yang diselenggarakan oleh Rumah Keluarga Indonesia cabang Manokwari ini dihadiri oleh 200 peserta. Ruangan penuh alhamdulillah. Bahkan ada juga satu dua orang asli Papua baik yang mualaf maupun yang beragama Nasrani.

Acara mengalir seru, serius, santai, gelak tawa dan juga air mata keharuan tumpah bergantian. Tak terasa sudah jam 17.00. seharian bersama seluruh peserta berlalu dengan penuh makna.




Suasana Forum

Eh masih terasa kurang juga dan kami membuka silaturahmi melalui dunia maya.
Di akhir acara saya mengajak merenung tentang betapa berharganya sebuah keluarga. Betapa pasangan hidup dan anak-anak itu tak ternilai. Maka jangan menunggu kabar buruk untuk mensyukuri kehadirannya sekarang juga.


Kang Febri yang jadi MC pun ikut menangis teringat anak istrinya yang berdomisili nun jauh di Jakarta.

Terkadang tak lagi diperlukan testimoni, apakah seminar ini memberi makna bagi kami dan para peserta. Cukuplah melihat mereka tersedu dalam kesadaran, atau terpana mendengar pemaparan dan bertanya di dalam maupun di luar acara...sebagai tanda bahwa acara ini tidak sia-sia.

Bahkan satu pertanyaan yang saya ulas di sini, semoga bagian dari tanda-tanda bahwa ada juga yang tersadarkan.

Malam ini terasa begitu melelahkan, apalagi setelah kabar tentang mushibah yang menimpa rumah kami di Jogja.  Rasa lelah dan lemas yang kami pupus dengan melihat wajah-wajah puas para peserta. Ah tentang mushibah apa, saya ceritakan lain kali saja.

Di Pasar Sanggeng

Esoknya, kami sempat mengunjungi pasar Sanggeng dan membeli beberapa buah lokal. Penjualnya orang asli Papua. Cara berdagangnya tidak memakai timbangan, dagangan hanya ditaruh berkelompok dalam jumlah tertentu dan mereka hargai dengan cara mereka. Tak ada tawar menawar haha...

Kami membeli buah markisa yang manis, durian yang lezat dan langsep yang kecuut. Lengkap kan.
Inilah acara jalan-jalan kami selama di 
Manokwari.
Mak Nyus

Sebelum ke bandara, kami menyempatkan makan sop sodara tak jauh dari bandara.

Pesawat Garuda telah menanti, dan kami nyaris menjadi penumpang terakhir yang memasuki pesawat. Alhamdulillah belum ketinggalan.

Saat burung besi mulai mengudara, kupandangi bentangan pulau-pulau nan indah di bawah sana dan berucap lirih:

“ Selamat tinggal Manokwari, kelak kami akan kembali ke Papua Barat...terutama karena belum sempat mengunjungi Raja Ampat!”

Generasi muda ceria di Manokwari.

I'll be back

35 comments:

  1. pengen juga mak ke Raja Ampat,,,pengen banget,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak sama. kemarin ditawari sewa kapal punya teman biar irit, tapi waktunya enggak ada.. semoga kesampaian ya mak.

      Delete
  2. Mamaak.. kapan2 aku konseling bolehkaah... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleeh banget mak pintu selalu terbuka untukmu. Japri ya..

      Delete
  3. Aku jg pengen ke Raja Ampat, tp lebih ke Papua-nya sih :)

    ReplyDelete
  4. mamak,, boleh dong kapan2 aku konseling :)

    ReplyDelete
  5. subhanallah..
    semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kesehatan buat bu ida dan pak cah sekeluarga..
    n semoga saya dan keluarga kelak bisa menjadi keluarga yang penuh kebermanfaatn seperti keluarga bu ida..amin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin. Moga mak Lia bisa berkontribusi optimal dalam membaikkan bangsa ini.

      Delete
  6. Mbaaak.... lain x kl butuh asisten jgn lupa hubungi aku ya :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah oke deh...siap grak. Kadang kalau pergi sendiri, panitia nawari hehe...

      Delete
  7. Emak luar biasaaa. Mimpi yang sama juga bisa mlipir ke papua dan raja ampat :)

    ReplyDelete
  8. Wahh mak ida udh sampe papua nih... :)

    ReplyDelete
  9. Selalu banyak manfaat yang saya petik saat berkunjung ke rumah Mak Ida ini. Trims sudah berbagi, Mak. Benar, banyak sekali PR kita yaaa. Bahkan nun jauh di ujung Timur Indonesia sana, masalah 'serupa' pun ada ya, Mak?

    Mak Ida, kagum deh dengan kalian berdua, dua sejoli yang benar2 segerak dan searah, salut! Sukses dan bahagia selalu ya, Mak. :)

    Salam,
    Alaika

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mak. Doanya agar iatiqomah. Para emak di keb juga saling berkontribuai.amiin

      Delete
  10. wah merinding saya Ustadzah,... selalu gak sabar nunggu kelanjutannya lagi dan lagi...keluarga ustadz Cah dan keluarga ^-^

    ReplyDelete
  11. Subhanallah, terharu banget dengan lipuan Papua ini. Sebaik-baiknya manusia hidup didunia ini adalah yg bermanfaat bagi orang lain. Dulu sy tertutup mbak, nggak suka org lain mendekat & nggak mau ngurusi orang lain. Insya Allah terus belajar untuk ikhlas membuka tangan bagi siapa saja yg membutuhkan. Antara lain sy belajar dr mak Ida. :)

    ReplyDelete
  12. Waaaa Papua baraaaat... minginiiii....
    Semoga sehat terus ya ibu.. biar bisa menginspirasi makin banyak keluarga di penjuru Indonesia :*

    ReplyDelete
  13. Seruuu..jalan2 plus kerja..bareng suami pula..memang pas bgt kok materinya mak Ida ditengah maraknya LGBT, pelecehan seksual..hiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih nak Diba. Mohon doa selalu diberi sehat amin.

      Delete
  14. Salut sama Mak Ida. Semangat berbagi Mak Ida selalu membara. Alhamdulillah bisa jadi sekalian jalan-jalan. Berkah di balik niat baik ya, Mak. Aku belum pernah ih ke sana. Kapan yaa. Hiks. Oleh-olehnya ditunggu, Mak :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makaaih manu ubi. Sukses juga buat mami ubii dan keluarga. Amiin

      Delete
  15. asik juga yang bisa sering berpergian, banyak mendapat pengalaman

    ReplyDelete
  16. Asiknya berbagi inspirasi dan ilmu bareng suami ya mak. Moga mak Ida sekelg. diberi kesehatan agar tetap terus menularkan ilmunya aamiin...

    ReplyDelete