Wednesday, October 9, 2013

PELAJARAN KEGIGIHAN



Kemarin pagi Hp ku berdering. Kulihat nomer yang tak kukenali. Namun kuangkat juga.
“ Ibu saya ingin wawancara dengan ibu. Saya mahasiswi dari kampus X  yang sedang menyusun skripsi...bla...bla...”
Aku sering mendapat permintaan demikian. Jika topiknya sesuai, kadang kusetujui. Jika tidak , lebih banyak kutolak. Intinya mahasiswi yang meneleponku ingin wawancara dengan klienku tentang pengaruh konseling terhadap keutuhan rumah tangga. Tentu saja aku menolak. Kasus klien adalah rahasia. Dan aku tidak akan membuka jati diri mereka. Kalau terkadang aku ceritakan sepenggal kasus, tidak saya kaitkan dengan identitas seseorang. Jadi menunjuk seseorang atau sebuah keluarga adalah klien, hal yang jelas kuhindari. Aku menolaknya. Pembicaraan itupun berakhir.
Pagi tadi selepas anak-anak berangkat sekolah, datanglah dua orang tamu, yang tak kukenali. Tanpa janjian. Dalam hati aku sudah mengeluh. Waktu yang kumiliki sungguh sempit, aku belum mandi, sarapan dan biasanya sekedar on line sebentar sebelum aku berangkat ke tempat kerja. Jika aku harus menerina tamu pada jam begini, semua akan terlambat...
Namun sopan-santun  sebagai seorang muslim, tentu aku menerima mereka.
Ternyata salah satunya adalah yang kemarin menelepon. Ia mulai dengan mengenalkan nama dan jati dirinya serta tujuan kedatangannya.
“Saya sangat peduli pada lingkungan. Saya suka menolong sesama, saya suka memperhatikan permasalahan sosial dan sangat ingin berbuat untuk membaikkan masyarakat...” begitu prolognya. Lalu ia lanjutkan dengan berbagai aktivitas dia saat ini. Diantaranya aktif dalam komunitas penulisan dan bedah buku klasik. Ia juga ingin membangun sekolah alam selepas lulus nantinya. Selama ini ia telah merintis komunitas untuk mencerdaskan lingkungannya, bahkan juga dikalangan anak berkebutuhan khusus. Perlahan muncul rasa simpatiku. Betapa seorang mahasiswa tingkat 4, ia memiliki kepedulian dan pemikiran yang begitu matang dan jauh ke depan.
“ Beberapa waktu yang lalu, kakak saya menikah. Saya lihat kakak justru sibuk dengan masalah teknis pernikahan. Ternyata kakak tidak siap dengan konsep pernikahan itu sendiri. Saya sudah baca buku bapak Cahyadi yang berjudul Di jalan Dakwah Kugapai Sakinah. Dalam buku tebal itu, banyak hal yang harus dipersiapkan untuk seseorang itu menikah. Kakak justru bertanya ini itu ke saya karena saya yang telah baca bukunya....”
Ia adalah mahasiswi jurusan Hukum Syariah. Ia tidak ingin skripsi tentang kasus perceraian atau konflik keluarga yang diambil di Pengadilan Agama. Ia ingin lebih dari itu.
“ Menurut saya, banyaknya problem keluarga mungkin karena pasangan yang akan menikah tidak memahami konsep berkeluarga. Saya ingin meneliti secara kualitatif, pengaruh bimbingan pranikah terhadap kebaikan sebuah keluarga....”
Begitulah pembicaraan kami. Akhirnya setelah ia memaparkan panjang lebar tentang fokus perhatiannya, aku bisa meletakkan diri, dimana akan membantunya. Aku meminta maaf bahwa kemarin sempat menolak berkontribusi, lantaran tidak terlalu memahami apa yang dia sampaikan. Ia juga meminta maaf karena terlalu to the point dalam memintaku sebelum menjelaskan latar belakang dan tujuannya.


Pagi ini aku belajar sebuah kegigihan dari sorang mahasiswi muda, cantik, smart dan type pejuang gigih. Ia tidak patah semangat atas penolakan saat meminta untuk pertama kali. Ia nekat menemuiku untuk menjelaskan secara langsung, bahkan nekat bertamu tanpa janjian. Dari pertemuan ini, aku justru belajar darinya tentang  keyakinan, optimisme dan husnudzon seorang gadis muda yang memperjuangkan idealitasnya. Aku simpati dan jatuh hati. Seandainya punya anak laki-laki, sudah kulamar ia menjadi menantuku.
Simpatiku bertambah saat mengetahui. Kemarin sore ia datang ke Jogja dengan berkendara motor berdua dengan temannya, demi menemuiku. Ia ingin bertemu dan menjelaskan langsung proyeknya lantaran aku telah menolaknya via telepon. Setelah cukup berbincang dan begitu melihat jam tepat pukul 09.00, bersegera berpamitan untuk mengejar kuliah jam 13.00. Di Semarang. Berkendara motor lagi !
Aku mengantar kepulangannya dengan pesan untuk hati-hati dan jangan ngebut. Kuberikan tanda mata buku karyaku dan berpesan jika datang lagi ke Jogja, untuk menginap saja di rumahku.

Aku bersyukur pada Allah atas pencerahan pagi ini, melalui seorang gadis belia, yang penuh semangat. Kulihat kesuksesan membayangi masa depannya. Semoga.

No comments:

Post a Comment