Monday, March 17, 2014

Syukur dan Husnudzon.


Memang kita bisa memetik banyak hikmah dari manapun. Cerita inspiratif juga tersebar melimpah di dunia maya. Namun rasanya berbeda ya jika mendengarkannya dituturkan oleh orang yang kita percayai? Eh berasa gitu nggak sih? Kalau saya senang mendengar kisah hikmah yang dituturkan, tak sekedar saya baca. Nah ini salah satunya saya sajikan...hihi tapi saya tidak membacakannya, baca sendiri yah..!

Pada suatu hari, saya mengaji dari seorang ustadz, biar berkah, saya bagikan hikmah kepada anda para pembaca: 

Syukur dan husnudzon.

Ada seorang yang mengeluh, doanya tidak segera dikabulkan. Datanglah ia ke seorang ustadz untuk menyatakan kemarahannya.
“ Sudah setahun saya berdoa, tidak juga dikabulkan. Lantas dimana Allah...? Kalau seperti ini, saya tidak mau berdoa lagi...!”

Ustadz yang bijak tersenyum pada muridnya yang sedang gundah.
“ Kamu ini tidak minta saja, diberi, apalagi jika minta....”
“ Kapan saya tidak minta tapi diberi ...?” tanya tamunya heran.
“ Bukankah engkau tidak pernah minta dilahirkan dengan kelengkapan fisik seperti ini ? Dan Allah menciptakan anda dalam kesempurnaan ini. Bukankah anda tidak pernah berdoa minta udara, dan Allah berikan gratis kepada anda ?”
Orang itu diam terpekur. 

“ Tapi mengapa doa saya belum dikabulkan juga...?”
“ Berdoa harus shabar dan husnudzon pada Allah. Jika Allah menyayangi kita, bisa jadi doa kita dikabulkan dalam bentuk yang lain...”
“ Tapi mengapa orang yang berbuat jahat, bermaksiyat, justru malah diberi rizki dan kekayaan...? “
“ Pernahkah anda memberi seorang pengamen yang kumal dan suaranya sumbang, menyanyi di depan anda ?”
“ Pernah ya ustadz...”
“ Mengapa anda memberinya sedangkan ia sungguh bau dan suaranya sungguh menyebalkan...?”
“ Agar ia segera berlalu dan saya tidak perlu membauinya terlalu lama dan tidak mendengar suara cemprengnya...”

“ Memang kita tidak boleh menyamakan Allah dengan manusia, namun barangkali demikian, justru karena doa kita penuh puji-pujian, ditunda pengabulannya agar rajin berdoa, karena berdoa sendiri merupakan ibadah yang mendatangkan pahala....dan tidak semua doa dikabulkan seperti apa yang diminta. Bayangkan jika ada sepuluh pemuda menyukai seorang gadis, semua rajin beribadah dan berdoa, yang akan dikabulkan tetap satu saja. Kan tidak mungkin semua mendapatkan gadis yang sama. ...”

Lelaki yang mengeluh itu manggut-manggut.

***
Berdoa dan husnudzon pada Allah, mungkin sesuatu yang terdengar mudah, namun saat mengaplikasikan tidak mulus. Apalagi terkait faktor waktu dan kenyataan yang masih mengulur taqdir.

Saya ingin melengkapi bahasan ini dengan kisah yang saya dengar dari seorang ustadz. Dalam versi yang lain saya pernah membacanya. Entah ada berapa versi dari kisah ini, mungkin anda pernah menemukan versi yang lain. Namun saya tuturkan saja seperti saya dengar dari seorang ustadz.

“ Pada suatu masa hiduplah seorang budak yang istimewa. Budak ini ingin menjadi orang yang merdeka. Maka pada setiap hari jumat, saat tuannya memberinya waktu istirahat, ia bekerja freelance untuk memperoleh upah. Upah itu ia tabung untuk menebus kebebasan dirinya. Melihat tekadnya yang kuat, tuannya memberinya kemudahan untuk pembebasan dirinya.

Singkat cerita, budak itu telah merdeka dan hidup mandiri. Bahkan menikah dan memiliki seorang putra. Saat putranya masih kecil, istrinya meninggal dunia, laki-laki itu bekerja dan membesarkan putranya sendirian. Setelah ia memiliki cukup uang, ia memilih untuk pulang kampung dan membeli seekor kuda.

Sampai di kampung halamannya, orang-orang berkomentar negatif tentang pilihannya membeli kuda. Bukankah kuda tidak berguna di kampung, yang dibutuhkan adalah sapi atau kerbau untuk berladang. Apalagi ia bukan lelaki yang kaya. Bahkan kandangpun ia tidak punya. 

Lelaki itu tidak bergeming dengan olok-olok tetangganya.
“ Saya tidak tahu, saya memiliki kuda ini mushibah atau rahmat, namun saya berhusnudzon pada Allah bahwa ini baik untuk saya.”
Beberapa hari berlalu, suatu pagi laki-laki itu mendapati kudanya tidak ada. Entah pergi atau dicuri orang. 
Orang kampung ramai membicarakannya dan mencibir.
“ Itulah, orang miskin saja punya kuda. Sudah tidak punya kandang, akhirnya hilang juga kudanya.”
Namun laki-laki itu tersenyum saja.
“ Aku tidak tahu, apakah kehilangan kuda ini mushibah atau rahmat bagiku. Namun aku husnudzon pada Allah, bahwa ini baik bagiku ”
Orang kampung tetap mncibir dan mengoloknya.

Namun beberapa hari kemudian, kampung itu dikejutkan dengan datangnya serombongan kuda. Ternyata, kuda-kuda itu menuju rumah lakilaki yang telah kehilangan kudanya. Rupanya si kuda hilang telah kembali dan membawa serta beberapa kuda lain. 

Maka hebohlah orang banyak, mereka ramai mengatakan :
“ Kalian sungguh beruntung, setelah kehilangan kuda malah mendapatkan banyak kuda “
Namun laki-laki itu hanya tersenyum dan berkata :
“ Aku tidak tahu, kuda-kuda yang banyak ini mushibah atau rahmat bagiku, namun aku husnudzon kepada Allah, bahwa ini baik bagiku...”

Waktu berlalu dan si anak remaja tumbuh menjadi pemuda. Ia pun belajar mengendarai kuda. Ternyata ia jatuh dan patah kakinya.
Orang ramai mengoloknya :
“ Makanya tidak usah belajar naik kuda...”
“ Syukurin akibatnya...”
Namun laki-laki itu tidak tersinggung, tetap tersenyum dan mengatakan :
“ Aku tidak tahu apakah kaki anakku patah ini mushibah atau rahmat bagiku, namun aku husnudzon pada Allah, ini baik bagiku.”
Merekapun berobat untuk kesembuhan putranya. 

Tak lama kemudian, terjadilah rekrutmen pasukan besar-besaran. Penguasa yang dzolim, mengadakan wajib militer untuk setiap pemuda. Tak terkecuali pemuda di desa itu. Mereka akan dilatih untuk memusuhi ummat Islam yang berbeda pendapat dengan sang raja.
Penduduk merasa sedih karena anak laki-laki mereka direkrut paksa. Mereka kehilangan tenaga kerja, bahkan bisa kehilangan selamanya.

Adapun pemuda yang patah kakinya, tidak terpilih lantaran kakinya belum sembuh. Maka orang-orang kampung mengirikan nasibnya.
“ Beruntung kaki anakmu patah, ia tidak dipaksa menjadi prajurit....”
Namun sekali lagi, laki-laki itu hanya tersenyum dan berkata :
“ Aku tidak tahu, apakah tidak terpilihnya ia, adalah mushibah atau rahmat, namun aku husnudzon kepada Allah bahwa itu baik bagi kami....”

Maka terjadilah konflik dan pertempuran yang hebat dan banyak anak-anak muda dari kampung itu yang gugur. Gugur karena berperang dibawah bendera raja dzolim.

Waktu berlalu dan penguasa telah berganti menjadi penguasa yang baik.
Anak muda itu juga sudah sembuh kakinya dan normal kembali.
Saat itulah ada penyerangan oleh pasukan Mongol ke negara tersebut. Sang Raja membuka rekrutmen para pejuang untuk mengusir tentara penjajah. 
Bapak dan anak ikut mendaftarkan diri bersama seluruh kuda-kuda mereka.
Bertempurlah mereka membela tanah airnya, hingga keduanya menemui syahid.
Kali ini tak ada yang mengatakan hal negatif tentang mereka. Semoga mereka telah menjemput syurga dan segala kemuliaannya.

***

Apa pelajaran dari kisah di atas ?
1. Jika kita punya prinsip dan tekat yang kuat, janganlah mudah terpengaruh oleh perkataan orang. Yang menentukan hasil adalah perbuatan kita sendiri.
2. Selalu husnudzon pada Allah dalam keadaan apapun, apakah kita tengah mendapat keadaan yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Apapun situasinya, akan menjadi lebih baik jika kita husnudzon pada Allah.
3. Sesungguhnya cerita kehidupan belum selesai hingga nafas terakhir menentukan akhir kehidupan kita, beruntung atau merugi.

Hmm mari berusaha, syukur dan husnudzon pada Allah, apapun kondisinya. 



13 comments: