Wednesday, April 30, 2014

My True story: Must Move On


Part 1

Sepertinya sifat manusiawi ya...saat bersemangat, lemes, atau bahkan hampir putus asa, karena roda kehidupan terus berputar.

Saya pun pernah mengalami saat yang demikian.
Kapan itu?
Saat merampungkan skripsi.

Sudah lama saya ingin menuliskan ini, alhamdulillah dapat momentumnya melalui GA pertama mak Fenny Ferawati, seorang emak yang lincah, ramah, kreatif, murah hati dan pekerja keras....

This is my true story...


Saya mendapat lamaran saat sedang KKN. Saat itu situasinya sudah bebas teori untuk S1, sudah mengajukan judul skripsi dan proposal sudah di-acc.

Beberapa langkah untuk mengawali skripsi telah saya lakukan. Misal berbelanja bahan, booking tempat penelitian dan menyiapkan berbagai prosedur percobaan.

Tak lama sepulang KKN, hanya 7 pekan sejak lamaran, kami menikah. Memang saat itu berprinsip untuk tidak pacaran. Alhamdulillah saya telah mengenalnya sebagai rekan satu organisasi, jadi tidak terlalu asing sebenarnya.

Hadapi onak duri dengan cinta

Kesibukan awal sebagai pengantin baru rupanya cukup menyita waktu. Pertama kami harus saling menyesuaikan diri dengan aktivitas masing-masing. Suamiku juga belum lulus dan sedang menyusun skripsi.

Kedua, kami mencari rumah kontrakan, membenahi dan mengisinya agar layak menjadi sebuah rumah. Ketiga, kami masih punya PR untuk bersilarturahmi ke banyak kerabat yang tidak sempat hadir dalam pernikahan kilat kami.

Semua proses itu lumayan mengganggu waktuku untuk mengerjakan pekerjaan laboratorium yang semestinya dilakukan secara intensif.
Tiga bulan masa penyesuaian belum selesai, saya hamil....

Huaa...antara senang dan bingung!

Kehamilan pertama sungguh terasa berat. Morning sickness dan hyperemesis menyebabkan berat badanku turun drastis hingga berkurang 6 kg dalam 2 bulan pertama. Kesehatan yang menurun tentu mengganggu kinerjaku, sehingga satu semester berlalu tanpa mengalami kemajuan dalam pekerjaan laboratorium.

Semester berikutnya pada trimester kedua, kesehatanku telah lebih baik dan mulai lagi melanjutkan pengerjaan skripsi. Semua granul yang pernah saya buat telah rusak dan harus mulai dari awal lagi untuk belanja bahan dan segala rupa yang dibutuhkan. Hingga tahap pembuatan tablet. Alhamdulillah semua berjalan lancar.

Namun di tengah pegujian kualitas obat, saya melahirkan. Itu bulan Juli 1992, tepat setahun sejak pernikahan kami. Saya memutuskan untuk memberikan yang terbaik bagi sulungku, jadi mengambil cuti 1 semester.

Setelah kembali aktif kuliah, ada problem yang tidak disangka, semua tabletku melempem. Rupanya kondisi penyimpanan kurang standar sehingga kondisinya rusak. Barangnya masih utuh, tapi uji waktu hancur, benar-benar tidak memenuhi standar kualitas.

Lemas rasanya.

Sepertinya keja keras selama setahun sia-sia. Saya harus memulai semua dari awal. Untuk yang ketiga kalinya saya belanja bahan dan memulai membuat tablet dan berharap semua berjalan baik.

Ternyata tidak.

Saat bayiku berusia 8 bulan, saya mulai hamil anak kedua. Alhamdulillah kondisiku jauh lebih baik dan tidak mengalami penurunan berat badan seperti saat anak pertama.

Tidak mudah menjadi istri, ibu bayi, hamil dan mengerjakan skripsi. Masih ditambah berita buruk tentang perubahan kurikulum. Ada mata kuliah AOM, Analisa Obat dan Makanan yang dulu hanya satu maka kuliah, sekarang dipisah menjadi dua makul. Dulu hanya 5 SKS sekarang menjadi 7 SKS.
Karena itu makul wajib, maka aku harus kuliah lagi dan yang lebih berat harus pratikum lagi.

Pratikum ini sungguh berat. Durasinya 7 jam. Jadi jika tiba masa pratikum, saya harus berada di kampus selama lebih dari 8 jam. Betapa hal yang tidak ringan. Namun hidup harus berlanjut dan kenyataan pahit ini harus kujalani.

Kubawa seorang pembantu untuk menemani anakku di mushola kampus, sehingga saya tetap bisa menyusui dan menengoknya kapan aku punya waktu. Kerjasama dan pengertian  teman-teman yang notabene adik kelasku, sangat membantu. Masa-masa berat ini berlalu dengan semestinya.

Bulan Desember tahun 1993, saya melahirkan anak ke dua. Alhamdulillah tak ada lagi makul yang harus kuambil. Namun sayangnya pekerjaan lab sedang nanggung. Saya tengah dalam pengujian kualitas tablet.

Dan cerita berulang....
Beberapa bulan saya tidak aktif ke kampus, demi anak-anakku dan masa pemulihan pasca melahirkan, saat kembali ke kampus, tabletku rusak lagi.

Serasa hancur hatiku. Selama satu semester berikutnya di awal tahun 1994, saya melakukan beberapa upaya penyelamatan. Namun tetap tak menolong.

Dengan beberapa pertimbangan, saya berganti haluan untuk merubah skripsi menjadi pekerjaan lapangan. Saya sudah kapok dengan kerja lab yang menyita tenaga. Rasanya tak mungkin dengan dua batitaku aku menghabiskan berjam-jam setiap harinya di lab.

Begitulah, satu semester berikutnya saya hanya bisa menyusun dan mengajukan proposal. Berganti dosen pembimbing dan melakukan seminar proposal. Awal 2005 saya baru bisa melakukan pekerjaan lapangan setelah proposal di-acc dan lulus seminar. Satu semester yang sungguh berat. Saya betul ingin segera selesai.

Jadi satu-satunya jalan: Must move on.
........

Maafkan aku Miss Fenny...ceritaku belum selesai, jadi kusambung di episode 2, karena dirimu mensyaratkan 750 kata.


Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Jejaring Miss Fenny:


12 comments:

  1. Subhanallah.. berat banget ya mak, nikah sambil kuliah. Tp ketagguhannya sudah terbukti sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mak...sekarang bisa tertawa, heran sekaligus bersyukur diberi kekuatan untuk selalu move on

      Delete
  2. salut banget mba..berat banget pastinya ya sudah nikah, hamil dan kuliah pulaks...benar2 MOve On Mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah mbak Fitri, tak ada ujian yang tak sanggup dilewati...dengan pertolongan Allah

      Delete
  3. berarti mak ida udah punya baby ya sebelum skripsi???? wah,,emak hebat ancene sampean mak,,,

    ReplyDelete
  4. ujiannya banyak ya mbak ida, tapi pastinya mbak ida bisa melaluinya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin makasih mak Lidya...semua berkat dukungan banyak fihak untuk selalu move on

      Delete
  5. Salam kenal Mbak Ida, Saluuut , ibu yang hebat

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga. terimakasih sudah mampir ke rumahku. silahkan lihat-lihat apa yang bisa dinikmati.

      Delete
  6. Seneng bangeeet baca postingan ini, baru ada yang muji Fenny sekomplit mbak Ida, hihi kebetulan Fenny juga masih galau karena positif hamil padahal Al baru 18 bulan :( bersyukur bisa MOVE ON berkat baca mak Ida, oh ya, Fenny dulu juga telat lulus mak, tosss dulu aaah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. tosss....jangan galau ya mak, terus berkarya must move on GA yang kereen.. membuat kita bangkit dan instrospeksi perjalanan hidup.

      Delete