Monday, April 14, 2014

Pain


Adakah orang yang belum pernah merasakan nyeri?
Ah kukira tidak ada.

Rasa nyeri adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Manusia dikarunia saraf nyeri sebagai peringatan atas sesuatu yang tidak biasa yang mengancam keselamatan tubuh.
Sejak lahir, manusia akrab dengan rasa nyeri, sekalipun konon selama 24 jam pertama bayi belum begitu peka dengan rasa nyeri. Wallahu a’lam karena kita sudah tidak bisa mengingat tahun pertama kita.

Terkadang ketakutan terhadap rasa nyeri telah membuat seseorang tertekan. Misal orang yang akan menghadapi operasi, khawatir akan merasakan rasa sakit yang sangat. Ah tidak usah perumpamaan yang besar, mau cabut gigi saja menimbulkan kecemasan.
Ilmu pengobatan menciptakan dan menemukan banyak obat anti nyeri, obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi penderitaan.


Sebagai orang tua, jangan ajari anak untuk takut dengan rasa nyeri. Biarlah anak memiliki persepsi yang proposional.
Eh apakah ada orang tua yang menakuti anak dengan rasa nyeri? Mungkin secara tidak sengaja ada.

Misal nih, kata-kata:
“Jangan lari-lari ntar kalau jatuh sakit...!”
Kata-kata itu kurang tepat, karena kadang rasa sakit itu sengaja diundang untuk menuju pada keadaan yang lebih baik. 

Contoh tentang cabut gigi tadi. Banyak orang datang ke apotek untuk membeli obat sakit gigi. Biasanya keluhannya rasa nyeri, pusing yang amat sangat dan gusi yang bengkak.

Seringkali saya menyarankan untuk memeriksakan ke dokter terutama setelah bengkaknya hilang dan sakitnya reda. Saat gusi masih bengkak, dokter tidak akan membuat tindakan berarti, seperti cabut gigi atau operasi ringan. Apa jawaban orang-orang?
“Kalau sudah sembuh ya lupa bu...”
“Ntar kalau sembuh, dicabut malah sakit lagi...”

Yaah tentu berbeda, karena sakit yang disengaja ini untuk kebaikan jangka panjang, untuk tidak merasa sakit lagi kelak. Seperti bisul yang harus dipecah dengan sengaja untuk menyegerakan kesembuhan.

Rasa sakit ada yang disengaja seperti para perempuan yang rela dipencet hidungnya untuk mengeluarkan komedo saat melakukan facial. Kadang sampai berurai air mata, tapi demi mendapatkan wajah mulus bebas komedo, tetap berkata petugas salon:
“Lanjutkan saja mbak...hiks...”

Anakku pernah jatuh dan terlambat diobati hingga lukanya sudah agak kering padahal ada yang harus dijahit. Perawat membuat luka baru di atas luka lama, agar acara menjahit berefek menyambungkan bagian yang seharusnya tersambung.

Bayangkan saja bagaimana aku membujuk agar ia mau dilukai dengan sengaja....

Anak-anak lelaki yang dikhitan juga merasakan sakit, untuk kesehatan alat reproduksinya seumur hidup dan untuk melaksanakan tuntunan ibadah.
Siapapun yang ingin merapikan giginya rela memasang kawat gigi yang konon menimbulkan rasa ngilu. Bayi yang akan tumbuh gigi juga merasakan nyeri saat permukaan gigi membelah gusi. 

Apalagi ibu melahirkan, nyerinya tak terkatakan.

Begitulah, rasa nyeri kadang menjadi kemestian suatu proses. So jangan terlalu takut pada nyeri. (Ehm jangan menyindir deh).
Apalagi nyeri karena cinta dan cemburu, yang terasa sampai ujung rambut dan ujung jari kaki.

Tetapi juga jangan menyepelekan nyeri. Ada ambang yang harus menjadi perhatian untuk menentukan kapan saatnya tak tertanggungkan dan harus minum obat atau menghentikan penyebab nyeri.

Hidup adalah rangkaian rasa. Menjadi nikmat jika pelangi rasa itu berwarna sempurna bersama hari-hari kita. Kita bersabar dan bersukur saja.

16 comments:

  1. wadduhhh.. aku pling takut sakit mak.... soalnya pualing muales kalo minum obat... hehhe alhamdulillahnya allah kasih sehat hehehe

    ReplyDelete
  2. Anakku kalau kejedot aku ketawain, Mak (walaupun gak tega). Tujuannya memberi tau dia, ga papa merasa sakit, tapi nanti juga hlang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mengajarkan ketabahan mak dan menikmati rasa sakit...

      Delete
  3. dari kecil malah dibiasain endure my own pain... salah satunya...dikerokin....pernah ampe lari nyebur sngai (barat rumah ada sungai lumayan lebar)... tapi lama2 bisa mengatasi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah seru ya...untung sungainya dekat ruymah haha

      Delete
  4. Sejak kecil hingga sekarang sering nyeri. Penyebabnya bermacam-macam antara lain jatuh waktu bermain, tulang kering kena pinggiranya bak kamar mandi, kejepit pintu, kepukul palu saat maku tembok ,dll

    Kalau nyeri biasa ya dibiarkan saja entar hilang sendiri. Kalau nyeri karena tulang suah tua ya saya obati.

    Nyari di hati juga dibiarkan saja, entar sembuh sendiri he he he
    Terima kasih tipsnya
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya pakdhe, maturnuwun sudah mampir. kita makin tua makin bisa berdamai dengan nyeri...

      Delete
  5. aku pernah nyeri hati mak,,,obatnya apa mak kalo nyeri hati,,,???mak ida salam hormat yah,,,soalnya aku bawa-bawa nama emak disini http://tweetysaya.blogspot.com/2014/04/mengintip-jiwa-kartini-ida-nur-laila.html

    makasih ya mak,,semoga berkenan namanya aku bawa-bawa,,,hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduh berasa tersanjung. terimakasih, saya jauh banget ya dari kartini.

      Delete
  6. nyeri fisik lebih mudah di tahan mak daripada nyeri hati heheh, atau mungkin karena saya terlalu sensitif ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mbak rina ambang nyeri beda-beda pada masing-masing orang

      Delete
  7. betul sekali ibu, belajar menikmati setiap rasa yang ada.. terutama untuk nyeri hati,, tidak merasakan sesuatu secara berlebihan (senang berlebihan dan sedih berlebihan) saya rasa bisa membantu memanage nyeri hati yang ada..

    salam hormat dari kendal

    ReplyDelete
  8. Anakku kalo jatoh gak pernah nangis. Waktu jatoh sampe giginya berdarah pun gak nangis, padahal aku nya udah kalang kabut. Karena sejak lahir, aku gak pernah mengajarkan dia konsep sakit. Pun pengasuhnya, aku didik untuk gak mengajarkan dia konsep sakit atau nyeri.
    Tapi, ya gitu, jadi kebablasan. Kadang sampe giginya berdarah atau kepalanya benjol, tetep gak nangis. Kan kalo ada apa-apa, jadi gak tau :/

    ReplyDelete
    Replies
    1. siapa dulu emaknya...haha kan emaknya juga tahan banting. makasih kunjungannya mak Kandi

      Delete