Monday, May 19, 2014

Sejak Lahir, Kuterapkan Sex Education pada Anakku



Wow judulnya syereemm!
Hey, baca dulu ya...

Anak-anakku tidak bisa pipis sembarangan. Pada suatu ketika kami berada di sebuah lapangan. Si nomer 3, laki-laki, pengin pipis. Kami kesulitan menemukan toilet di keramaian itu. Mending kalau ada mall, atau toserba, adanya warung kecil yang tidak punya toilet. Dengan terpaksa aku membujuk agar ia mau pipis di salah satu pojokan yang terlindung kerimbunan tanaman dan cebok dengan air mineral.
Olala...ia menolak melakukannya. Padahal usianya baru 3 tahun!

Akhirnya kami memutuskan berkendara mencari masjid terdekat, yang memiliki toilet.
Walaupun sedikit repot, sesungguhnya saya bersukur bahwa anakku telah memiliki rasa malu tidak mau membuka aurat di tempat terbuka. Ini adalah hasil pendidikan seksual sejak lahir.

Ajarkan Etika di Pemandian Umum


Memang apa sih yang telah kami terapkan?
Sejak anak terlahir, kami berusaha menjaga auratnya. Tidak sembarang orang boleh melihat tubuhnya saat mengganti popok, memandikan  atau mengganti baju. Hanya orang-orang terdekat dan pengasuh saja.

Jika kami harus mengganti di tempat umum, maka diusahakan untuk tetap menutupnya dengan selembar kain. Demikan pula yang kami contohkan atas diri kami.
Saya tidak pernah mengganti baju di depan anak, sekalipun mereka masih bayi. Apalagi mengajak mandi bersama. Jika sesekali harus menemani bermain air, maka saya mengenakan baju basahan.

Suamiku pun tak pernah membuka baju di depan anak-anak. Tak pernah hanya menggunakan kaus dalam, apalagi telanjang dada. Anak-anak selalu melihat orang tua berpakaian lengkap. Minimal kalau ibunya ini mengenakan daster.

Jika ada gambar orang mengumbar aurat, kami biasa mengomentari,
“Ini mbaknya malu-malu ya...”
Akhirnya ia terbiasa jika melihat gambar, foto atau tayangan yang membuka aurat, ia mengatakan:
“Mbaknya au-au mi...” Maksudnya au-au =malu-malu. Dan ia bersegera menutupi.

Oya, kami juga sangat menjaga kerahasiaan hubungan suami istri. Tak pernah kami lakukan di dekat anak bayi jika ia terjaga...hehe apalagi yang bukan bayi ya...
Kami berusaha untuk merahasiakan peristiwa itu dari mata dan telinga anak-anak sejak mereka bayi. Juga dalam hal yang sifatnya intim seperti berciuman dan prolog lain. Kami tidak nampakkan di depan anak-anak.
Rasa sayang kami tunjukkan dengan pelukan yang sopan, cium tangan dan belaian lembut.

Saat mereka telah menjadi balita, satu hadits yang kami kenalkan.
“Inna nuhinaa anturoo auratunaa...” yang artinya sesungguhnya kita dilarang memperlihatkan aurat kita.
Anak-anak diajari untuk belajar buang air, BAB di kamar mandi. Diajari untuk menutup auratnya jika keluar kamar mandi. Menegur jika ada anak lain yang pipis sembarangan, apalagi BAB sembarangan.

Ajarkan Etika Bergaul yang benar

Peristiwa sehari-hari menjadi pelajaran berharga bagi si kecil. Misalnya, beberapa hari yang lalu, di sebuah sekolah sedang menyelenggarakan acara orang tua.
Anak-anak bermain di halaman tanpa pengawasan orang tua. Ada seorang anak usia sekita 5 tahun yang dijauhi teman-temannya sambil mereka menjerit-njerit.

Saya yang berada tak jauh dari lokasi segera melihat sebab keributan itu. Dan...jeng...jeng...
Betapa terkejutnya saja mendapati si anak laki-laki usia 5 tahun itu menunjukkan kemaluannya pada teman-temannya. Itulah yang membuat semua berlarian menjauh dan anak perempuan menjerit-njerit.

“Saya menghentikan aksi itu dengan menasehati sang anak itu dan mengajaknya berjanji untuk tidak melakukan lagi. Sayangnya saya gagal mencari siapa orang tua si anak karena ketika kutanya nama ortunya, ia tidak mengetahui atau tidak mau menjawab. Ia hanya menjawab ibunya bernama Mama, dan ayahnya bernama Papa...halah!.

Saya juga menasehati teman-temannya untuk tidak meniru perbuatan itu dan tidak mengucilkan temannya agar tidak bertambah nakal.
Putraku yang berusia tujuh tahun, mendapat pengalaman berharga yang kubingkai dalam percakapan.
“Tadi  ada anak yang tidak baik ya Po...”
“Iya nakal sekali dia tidak menutup aurot...” jawab Revo.
“Sebenarnya ia nakal karena ia belum tahu....tadi kan sudah diberi tahu Umi...semoga ia mengerti...”
Kulihat Revo mencerna pembicaraan kami.

“Kalau ada teman yang begitu, apa yang kamu lakukan Po...?”
“Iya di sekolah ada temanku yang pernah bercanda melorotin celana temanku yang lain...’
“Menurutmu boleh apa tidak?”
“Tidak...aku sudah bilang tidak boleh tapi mereka tidak menurut...”
“Iya, bercanda itu ada batasnya, nggak boleh mengejek, membuka aurat atau mencelakai...kalau temanmu tidak menurut, laporkan pada Bu guru saja...”
“He-eh...”
“ Kamu cerita ya sama Umi kalau ada peristiwa tidak baik...”
“He-eh”

“Kan umi pernah cerita, kalau aurat kita tidak boleh ada yang sembarangan menyentuh, memainkan atau menyakiti....dimana auraot laki-laki...?”
“Dari pusar sampai lutut.....”
“Iya betul...jadi kau jangan ijinkan orang lain menyentuh, memainkan atau menyakiti sekalipun hanya bercanda....”
“Oke...”
“Toss...” kamipun toss.
“Kalau kamu lihat peristiwa buruk, kamu harus lapor ya. Kalau ada orang dewasa memaksa kamu, teriak saja apa nangis yang keras lalu lari okee...?!”

Itu adalah bagian dari percakapan harian yang semoga menjadi bekal baginya.
Selamatkan anak-anak kami ya Allah dan anak-anak di seluruh dunia dari kejahatan seksual.


Artikel ini diikutsertakan dalam

Give Away 10 Hari

http://indahprasetyaaputri.wordpress.com/



http://indahprasetyaaputri.wordpress.com/2014/05/18/give-away-10-hari-cek-disini/

22 comments:

  1. mksh ya mak sharingnya.. ;)
    saya sering lihat ibu2 nyuruh anaknya pipis di got dkt jln raya pdhl byk rumah disitu.. :(

    ReplyDelete
  2. Subhanallah, tulisannya reminder buat saya hehee

    ReplyDelete
  3. Nice. Aku juga selalu diajarkan begitu sejak kecil, makanya suka geli kalau lihat ada ortu lagi di jalan tiba2 berhenti terus biarkan anaknya pipis di pinggir jalan (biasanya jalan tol). Atau malah ganti baju di depan umum. Anaknya ngompol, masih jauh dari WC celananya udah dibukain. Ewww :( Good luck untuk giveawaynya, ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi makasih mak, kadang kita mengambil pelajaran dari orang tua dan lingkungan

      Delete
  4. WAhh..tulisan yang bagus. Makasih sharingnya

    ReplyDelete
  5. Anak saya yang bungsu umur 4 tahun sejak kecil malu pakai singlet aja mbak, selalu mau pakai baju sementara anak-anak lain tidak malu. Allhamdulillah ada untungnya juga

    ReplyDelete
  6. Sharingnya bermanfaat sekali, mak.
    Salut sama Revo :D

    ReplyDelete
  7. Terimakasih mak Ida.. sudah mengikuti Give Away 10 Hari At-Thahirah Blog Contest :) Peluk hangat.. Yang lain mudah - mudahan ikutan jadi bisa sharing bareng :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak makasih ya...udah berkunjung. senang kok bisa partisipasi

      Delete
  8. Sharingnya bermanfaat sekali, Bu Ida :-)

    ReplyDelete
  9. Pengalaman dan pelajaran yang berharga untuk anak-anakku kelak. Terimakasih sharingnya.

    ReplyDelete