Tuesday, June 10, 2014

Tawar-menawar ala Cihampelas



Cerita ini bermula saat kami terlantar di Stasiun Bandung pada hari aAhad akhir bulan Mei 2014 jam 14.00, lantas seorang teman yang baik hati membawa kami jalan-jalan ke Cihampelas untuk mencari oleh-oleh, sambil menanti kereta jam 20.00 malam.

“Tas bagus bu…buat oleh-oleh…’”kata si abang.
“Berapa?”
“Limabelas ribu…”
“Sepuluh ribu ya…”
“Duabelas setengah ya…”
“Enggak, sepuluh ribu…saya beli banyak…”
“Ya deh…ibu pilih nih ada banyak…”

 


Dengan sukacita saya memilih 12 tas. Dan teman saya memilih 20. Si abang nampak senang. Kami juga senang.
Selepas itu saya masuk salah satu toko di kawasan Cihampelas. Mencari celana dan baju untuk Revo cs. Alhamdulillah dapat.

Ketika menuju mobil, seorang penjual tas mengejar kami.
“Tas bu…ini seratus ribu 11…”

Aku agak heran.
“Udah bang…udah beli”
Sampai di mobil, kami masih menunggu teman-teman ngumpul. Bergerombol sambil makan es krim di emper toko sambil memperhatikan keramaian sore di kawasan bisnis itu.

Seorang penjual tas setengah tua mendatangi kami.
“Tasnya bu…seratus ribu dapat 12….?”
Kami berpandangan dan tertawa.

Tadi belinya 100 ribu 10. Sekarang yang datang menawarkan 12.
Maka saya membeli 12 lagi.
Usai transaksi dengan saya. Tukang tas itu masih menawarkan ke teman saya.

“Gimana kalau seratus ribu dapat 15…”kata seorang teman iseng menawar. Dalam hati aku merasa nggak enak sama tukang tas itu. Jangan-jangan ia merugi dengan harga itu.
“Sst…kasihan dong bapaknya…” kataku sambil menyodok teman itu.
“Lho kalau boleh kok...” Ia membela diri.

Beberapa saat tukang tas itu masih berkeliaran di dekat rombongan kami.
“Saya mau kasih…tapi nggak enak sama ibunya itu…”katanya sambil menunjukku.
Hah? Tentu aku terkejut.

“Eh bapak, saya nggak papa kok, silahkan kalau mau….saya nggak papa kok. Kan saya sudah ridho dapat 12…”
Penjual tas itu masih ragu-ragu.

“Kalau gitu transaksinya di pojok sana, biar saya enggak lihat…”kataku bercanda sambil tertawa. Sungguh aku tak apa ia menjual dengan lebih murah pada temanku. Bahkan aku tak tega ia menjual semurah itu.

Aku sudah masuk mobil ketika temanku mengulurkan satu tas.
”Ni dari penjual tas tadi, saya mintakan buat ibu…penjualnya setuju kok, katanya kasihan ibu…”
Alhamdulillah…kuterima tas itu dengan tertawa lebar. Ada-ada saja bapak tadi….

 

Begitulah aku. Pada dasarnya aku tak suka menawar. Kasihan sama penjualnya. Jika kulihat orang menawarkan barang terlalu mahal, aku memilih tidak jadi membeli daripada menawar. Namun jika aku membutuhkan barangnya, kadang aku hanya mengatakan:
“Bisa diturunkan harganya…”
Apalagi jika belanja di pasar tradisional. Belanja sayuran aku nyaris tak pernah menawar.

Mendapat tas lipat dengan harga 100 rb dapat 12 itu bagiku sudah sangat murah. Aku bersyukur telah membawa  24 tas untuk oleh-oleh. Beberapa hari kemudian, saya membagikan tas itu untuk teman-teman. Tentu lengkap dengan proses pembelian dan acara tawar menawar yang menggelikan itu. Dan saya tetap menyudahi dengan mengatakan.

“Sebenarnya saya merasa kasihan banget sama penjual tas itu…saat ia menjual dengan harga 100 rb untuk 15 kepada teman…eh malah saya diberi tambahan 1…”

Tiba-tiba seorang teman yang pernah piknik ke Cihampelas berkomentar.
“Kemarin saya juga beli 100 rb 15 kok bu…nggak perlu merasa bersalah…malah waktu sampai di bus dan saling memamerkan hasil berburu oleh-oleh…ada teman yang pamer ia membeli 100rb dapat 20….!”

Hahhh?!
Tentu saja meledak tawa kami berderai-derai.
Saya sampai keluar air mata saking gelinya.

“Kok ya ada, tas sebagus itu harganya cuma Rp.5000-an…ngga bisa membayangkan di abang penjual dapat laba berapa…”
“....maksudku bu Ida nggak usah merasa bersalah karena memang harganya murah…”
”…jangan nyesel juga bu…karena beli pertama kemahalan…”
“ Haha enggak kok, saya kasihan sama yang bikin dan yang jual…Entar kalau balik ke sana lagi…saya juga tetap gak bakalan tega menawar serendah itu.”


Dan sungguh tak ada rasa menyesal. Hanya saya tak habis pikir…bagaimana bisa ada produksi semurah itu.

Kira-kira dimana ya produsennya…kalau ada yang tahu saya mau pesan buat souvenir nikah…hahaha.
Yuuk yang dari Bandung, kasih tahu saya dong....

Oleh-oleh dari cerita Bandung juga ada di sini.

18 comments:

  1. saya juga gak bisa nawar, Mbak. Suka langsung iya aja hehe

    ReplyDelete
  2. Kasihan juga produsen dan pedagangnya ya Mbak, gimana mereka bisa untung dengan harga tas semurah itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. itulah...saya juga bingung dengan sistem di negara ini. kalau mall naikin harga setinggi langit nggak nada yang menawar...

      Delete
  3. tasnya bagus mak ida,,,murah banget ya,,,itu cocok buat tempat mukena,,,

    ReplyDelete
  4. cihampelas emang surganya belanja, apalagi buat orang yg pinter nawar hhe.. jadi kangen bandung :(

    ReplyDelete
  5. saya termasuk jarang beli oleh2.. hehehe.. soalnya minim budget, paling beli makanan khas biar bisa buat orang sekantor sama tetangga dekat saja Mak.. :)
    Kalau beli barang biasanya bareng temen yg bisa nawar.. hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. naah itu dia...kadang saya malu kalau bareng tukang nawar...nawarnya kebangeten...

      Delete
  6. Itu beli oleh2 banyak banget kok saya nggak kebagian ya? Insya Allah mak, saya juga nggak pernah nawar di pasar, kecuali kalau ke pasar besar. Teman saya juragan gula jawa di Beringharjo kaya raya lo. Kalau di Jogja itu masih banyak simbah2 yg jualan nggendong rinjing, kasian kalau nggak dibeli.

    ReplyDelete
    Replies
    1. siip mak Lusi...tak sisakan 1 kalau mak Lusi berkunjung....

      Delete
  7. itu juga berlaku di dalam bus mak, bisa tambah murah jadi yg beli duluan gondok krn melihat org lain dapat lebih murah.

    ReplyDelete
  8. persis seperti yang ibu saya beli, hihi, harganya 6000

    ReplyDelete
  9. Suami saya beli itunganya @6000 tas itu bu.. ^_^

    ReplyDelete