Saturday, May 10, 2014

Pendidikan seksual untuk pemuda (remaja)


“Pernahkah engkau menonton konten porno anakku?”

Ehm apakah orang tua punya nyali untuk bertanya yang demikian pada anak remajanya?
Semalam saya tanyakan ini pada kerumunan 4 anakku yang menginjak remaja. Malam minggu mereka rame-rame main game pokemon di ruang tengah.

“Ya pernah lah Mi, kalau di film-film barat kan ada konten pornonya...” si Sulung yang menjawab. Adiknya pada diam.
“Iya, Umi khawatir dengan TV cable kita. Barusan Umi nonton, ternyata banyak sekali konten porno, jadinya nontonnya cepet...dicepetin sih...”

“Lha Umi nontonnya film romantik, ya terang saja...kita kan kalau nonton film perang, film action, kriminal, spionase...film hantu....bedalah mi....” ini kata di nomer 3 yang mau lulus SMA.

“Aku saja cuma nonton family guy...kan cuma kartun...” kata si kakak lagi.
“Walaupun kartun, itu banyak konten joroknya kan. Trus, kalau kalian lihat ada konten porno, diapain?”
“Kan biasanya kita cepetin...” jawab di kakak lagi.


Begitulah percakapanku. Anak-anak telah diberi filter, mereka mengerti yang seharusnya tidak mereka tonton, tapi sisi lain sebagai orang tua, ada keterbatasan. Suguhan informasi, film, bacaan mengandung konten porno ada di mana-mana.

Jaman dulu saat hanya ada TVRI, fungsi sensor lumayan berjalan. Sekarang stasiun TV berjibun, adegan pelukan, ciuman dan prolog lain seperti sudah menjadi kewajaran.
Dengan era internet dan TV cable, tak ada lagi regulasi yang berdaya menjadi badan sensor. Ratusan cannel dari luar leluasa dikonsumsi.

Jadi di manakah filter itu akan kita letakkan kalau tidak bermula dari keluarga?

Mendampingi pemuda/remaja dewasa ini tidak mudah. Terlalu banyak polutan yang meracuni dari udara informasi. Kesibukan anak dan orang tua menjadikan minimnya waktu komunikasi secara langsung.

Ini adalah tantangan tersendiri bagi orang tua zaman modern untuk bisa sukses mengawal awal masa baligh dengan selamat. Bagaimana pendidikan seksual pada awal masa baligh ini?


Selengkapnya bisa ditengok disini.Klik.

Untuk pendidkan seksual usia 0-7 tahun di sini.
Untuk pendidkan seksual usia 7-14 tahun di sini.
Untuk perkembangan masa batita di sini.

4 comments:

  1. emang ngeri ya mak..
    berita di tv aja banyak yang mengandung diksi yang nggak seharusnya dikenal anak

    ReplyDelete
  2. Bener banget mak... Semakin modern zaman ternyata orang tua harus benar - benar mengontrol, memfilter apa yang di konsumsi anak - anak.

    Menurut saya. Mulai dari keluargalah semua pengenalan itu dimulai.

    Salam kenal mak keep Blogging

    ReplyDelete